Nurilla Iryani
270 halaman
Penerbit Bentang, Februari 2014
Rp. 48.000,-
Meski pesta
pernikahanku jauh sekali dari impianku, tetapi kebahagiaanku enggak berkurang
sedikit pun karena aku sudah resmi menikah dengan seorang pria yang membuatku
jatuh cinta setiap hari selama tiga tahun terakhir ini, Bara Wiryawan.
Yes Darling, let me tell you this:
When you marry the one you love, everything is perfect.
But now I know, Bara is not perfect enough, dan terutama sama kliennya yang demanding banget. Argh!
Gila, gue
nggak pernah menyangka rangkaian acara pernikahan bisa bikin badan gue
pegel-pegel. Harusnya, jasa pijet masuk dalam paket pernikahan yang
ditawarkan wedding organizer gue. But hey,
gue tetep seneng banget karena wanita yang selama ini gue cintai akhirnya resmi
jadi istri gue. Gina Anjani, you’re all mine now!
Until I know, tiga tahun
ternyata nggak cukup buat gue mengenal Gina dan semua rahasia besarnya. Sigh!
Aku tertarik membeli dan membaca novel
Yummy Tummy Marriage karena membaca
tweet promosinya di akun @bentangpustaka dan juga ikutan kuisnya (sayang, aku
nggak menang, hiks). Selain itu, aku juga pengen ngecek ceritanya yang hampir
mirip cerita yang baru selesai aku tulis. Soalnya ada cerita tentang
masak-masak dan pengantin baru gitu. Kalo idenya mirip, bisa gawatkan dan harus
revisi besar-besaran hehhe. Mirip gak ya? Let’s
review it!
Yummy
Tummy Marriage menceritakan kehidupan sepasang pengantin baru, Gina Anjani dan Bara
Wiryawan di tengah kesibukan ibu kota. Di tiga puluh hari pertama mereka
sebagai suami-istri, Gina dan Bara menemukan berbagai hal yang tidak mereka
temui di tiga tahun terakhir saat mereka masih pacaran. Ada hal-hal menarik dan
romantis, seperti usaha Gina untuk memasak sendiri dan Bara yang rela
mengantar-jemput. Ada juga yang membuat mereka cemburu dan bertengkar. Gina baru
tahu kalau salah satu klien Bara adalah mantannya semasa kuliah di Surabaya,
Elsa. Sementara Bara kaget ketika menemukan tagihan kartu kredit Gina yang
mencapai puluhan juta rupiah. Untuk mempertahankan pernikahan yang masih
berumur jagung, Gina dan Bara berusaha memecahkan masalah tersebut.
"After getting married, most of us realises that we have so many differences with our spouse. And to make our marriage work, we have to adopt. We have no other choice." – halaman 65
Cerita Yummy Tummy Marriage ini menarik karena disajikan dari dua sudut
pandang yang berbeda, Gina dan Bara. Dalam satu bulan, keduanya memberikan sisi
masing-masing dalam menghadapi pasangan. Walaupun suara Gina dan Bara hampir
sama, aku menemukan hal-hal kecil yang identik dengan pribadi masing-masing. Contohnya
bagian Bara cenderung lebih singkat, to
the point (seperti kebanyakan para lelaki) dan bagiannya itu selalu bikin
aku ketawa. Celetukan dan pikiran usilnya Bara sukses menjadikanku tontonan di
angkot karena senyum-senyum sendiri. Untuk bagian Gina tidak ada yang menonjol
kecuali resep masakannya yang tertulis detail. Lain kali bakal aku coba dan
post di sini deh ; )
Ini
contoh dari 14 resep yang ada di novelnya
Sayangnya, selain POV yang menarik dan
resep-resep oke itu, ceritanya kurang detail dan agak datar. Gina dan Bara
disebut-sebut punya penampilan fisik yang hampir sempurna, tapi tidak
dijelaskan tuh secantik atau seganteng apa mereka. Status Gina sebagai fashion blogger terkenal juga perlu
dipertanyakan. Apa benar seorang fashion
blogger bisa berpikiran sedangkal seperti rela terlilit utang jutaan rupiah
demi tampil oke dan dipuji-puji di dunia maya? Sebenarnya itu bisa saja
kejadian. Tapi, in my opinion, yang
namanya fashion blogger biasanya
punya style tersendiri dan bajunya
itu tidak selalu bermerk dan mahal. Jiwa kreatifnya yang mengambil peran
menyulap pakaian-pakaian biasa menjadi oke dan pantas dikoleksi. Selain love birds ini, ada tokoh-tokoh lain
yang juga tidak tergali. Ada mantan pacar Bara, Elsa dan teman gay Gina yang
sibuk di Paris, Wira. Padahal mereka bisa memanaskan suasana, eh ternyata malah
numpang lewat doang. Too bad :O
At
last, walau agak datar, Yummy Tummy
Marriage ini bisa kamu nikmati. Ceritanya lucu, resep-resepnya menggoda
untuk dicoba dan bisa menjadi bayangan, apalagi buat ngebet banget pengen nikah
hehehe. By the way, ceritanya ternyata
jauh dari tulisanku. Thank God ;D
Resep keempat tahun ini adalah sebuah masakan sederhana, Egg Rolls. Resepnya aku dapet dari Eugenie Kitchen. Let's get cooking! :D
Bahan-Bahan:
3 butir telur
Susu cair
Wortel, potong kecil-kecil
Bawang bombay, potong kecil-kecil
Bawang daun, potong kecil-kecil
Garam secukupnya
Merica secukupnya
Mentega
Alat:
Pisau
Sendok
Alat penyaring
Mangkok
Penggorengan
Cara Membuat:
1. Kocok telur yang sudah ditambahkan garam dan susu.
2. Saring kocokan telur tersebut ke mangkok lain. Telur disaring untuk memisahkannya dengan bagian telur yang menyebabkan kolesterol (aku lupa namanya apa hehe). Lihat telur yang disaring lebih jernih kan ;)
3. Masukan potongan wortel, bawang bombay, bawang daun dan merica ke kocokan telur yang sudah disaring.
4. Panaskan penggorengan lalu tuang sepertiga kocokan telur.
5. Biarkan sampai setengah matang, lalu gulung sisinya ke atas.
6. Setelah digulung sebagian, tarik telur ke samping lalu tuang sisa adonan telur di tempat yang kosong. Tunggu sampai setengah matang lalu gulung lagi. Lakukan sampai adonan kocokan telur habis.
7. Angkat telur dan biarkan sampai mendingin. Sudah dingin, baru deh dipotong.
8. Sajikan telur gulung ini dengan saus sambal :)
Kesulitan dalam Memasak:
Kalo melihat foto-foto di atas, udah ketauan banget lah apa kesulitannya, menggulung telur di penggorengan! Aku menggulungnya terlalu pelan dan tebal. Jadi aja telurnya keburu (keliatan) gosong :(
Komentar:
Walaupun keliatannya gosong dan gagal, telur gulungnya enak banget! Sayuran yang dicampurkan ke dalam telur memberikan rasa yang berbeda dan tentunya makin sehat. Coba yaaa! :D
When you're alone and life is making you lonely
You can always go - downtown
When you've got worries, all the noise and the hurry
Seems to help, I know - downtown
Just listen to the music of the traffic in the city
Linger on the sidewalk where the neon signs are pretty
How can you lose?
The lights are much brighter there
You can forget all your troubles, forget all your cares
So go downtown, things'll be great when you're
Downtown - no finer place, for sure
Downtown - everything's waiting for you
Don't hang around and let your problems surround you
There are movie shows - downtown
Maybe you know some little places to go to
Where they never close - downtown
Just listen to the rhythm of a gentle bossa nova
You'll be dancing with him too before the night is over
Happy again
Happy Sunday :)
Sylvia Day
388 Pages
Berkley Trade, June 2012
Gideon
Cross came into my life like lightning in the darkness …
He was
beautiful and brilliant, jagged and white-hot. I was drawn to him as I’d never
been to anything or anyone in my life. I craved his touch like a drug, even
knowing it would weaken me. I was flawed and damaged, and he opened those
cracks in me so easily …
Gideon
knew. He had demons of his own. And
we would become mirrors that reflected each other’s most private wounds … and
desires. The bonds of his love transformed me, even as I prayed that the
torment of our pasts didn’t tear us apart.
I got curious about Bared to You once I saw the sequel,
Reflected in You, in Bahasa Indonesia translation placed in the stand with a
little sticker, ‘for adult only’. Why they should put it up something like
that? What kind of story that the book tells? What differentiate it with other
adult romance books? I have to read it to find out! *grin*
Bared to You tells a story about Eva Tramell and
her new job in New York. A day before officially working, Eva visits the
building. She happens to she bumped into a super looking good man. He’s Gideon
Cross, a billionaire and the owner of the building. Gideon wants to do some
dirty thing with Eva’s body and asks it directly. Eva declines it because she
thinks that she has to know someone she’s sleeping with. Then they make an arrangement
but they can’t help it and fall in love with each other. When they relationship
became a public known, Eva tells Gideon about her haunting past. Because she does
want keeping any secret and knows that Gideon has one too.
"I’ve always seen you, angel. From the moment you found me, I’ve seen nothing but you."
So, Bared to You is erotica fiction! And I can’t help myself to compare
it to Fifty Shades of Grey. There are similarities and differences. The leading
men, Christian Grey and Gideon Cross, like to control things around them, have
a similar taste of the way they enjoy sexy time, dark past and look at their
initial name! The difference is Gideon is more eager to work things out with
Eva. While the leading ladies, Anastasia Stelle and Eva Tramell, are not so
identical. They both can drive their men crazy but Eva know what she likes,
especially sexy time, tend to control things too, easily jealous, has a dark
past but she fights it. Despite all of that, the story is obviously different
and this one is written better. So let’s focus on this one.
Because they both have unpleasant
pasts, the relationship between Eva and Gideon are very tense. They fight a lot
and make up a lot too in course of less than two weeks. I see that they use
sexual intercourse as a cure, not only for their soul but also to open up about
themselves. I didn’t know that. It’s kinda romantic, don’t you think? But the
amount of it makes me tired. And I wonder why the Dominant & Submissive
thing is not so much in this one? Luckily, an interesting thing (I won’t spoil
it ;p) comes near the end of the novel and maybe it become the main plot in the
next novel. Am I interested to find it
out in the sequel? Yeah, of course but I am not so excited.
At last, the complicated couple in Bared to You is interesting to follow,
especially when it’s beautifully written. I’m curious how they fights their pasts and
I’m eager to see the Dominant & Submissive thing working out in them too.
Any Fifty Shades of Grey’s fan understand and surely gonna love it ;p
Three Things Thursday adalah tempat aku menjelaskan tiga hal yang mempunyai satu kesamaan, ketiganya aku sukai! Tiga hal itu bisa saja merupakan tempat, makanan, minuman, buku, film ataupun lagu. Di postingan sebelumnya, aku bilang ada enam film adaptasi yang akan dibahas. Tapi ternyata banyak banget film yang bakal tayang dan diadaptasi dari buku tahun ini. Aku bahkan melewatkan film lokal. Jadi di bagian kedua ini, aku mau bahas film adaptasi Indonesia yang tayang tahun 2014, tepatnya bulan April dan Mei ini. Check them out!
1. 3600 Detik
Diadaptasi dari novel karya Charon
Mulai Tayang:
3 April 2014
Sutradara:
Nayato Fio Nuala
Cast:
Shae
Stefan William
Wulan Guritno
Feby Febiola
Indra Birowo
Joshua Suherman
Agung Udijana
Sinopsis:
Orangtua Sandra bercerai dan mempunyai kehidupan anak SMA ini hancur. Sandra mengungkapkan kekecewaannya dengan berubah menjadi anak nakal dan terus memusuhi mamanya. Di sekolah baru, dia bertemu dengan Leon. Cowok itu menawarkan sebuah pertemanan yang tulus yang membuat Sandra mau membuka diri lagi. Tapi tak disangka, Leon mempunyai rahasia besar.
Orangtua Sandra bercerai dan mempunyai kehidupan anak SMA ini hancur. Sandra mengungkapkan kekecewaannya dengan berubah menjadi anak nakal dan terus memusuhi mamanya. Di sekolah baru, dia bertemu dengan Leon. Cowok itu menawarkan sebuah pertemanan yang tulus yang membuat Sandra mau membuka diri lagi. Tapi tak disangka, Leon mempunyai rahasia besar.
Udah nonton filmnya? Udah dong. Baca review-ku di sini :)
Diadaptasi dari novel karya Stanley Meulen
Mulai Tayang:
17 April 2014
Sutradara:
Fajar Nugros
Cast:
Rio DewantoDhea Seto
Gofar Hilman
Ashilla Zahrantiara
Dera
Bucek Depp
Zoya Amirin
Juhana Sutisna
Piyu
Manohara
Atiqah Hasiholan
Sinopsis:
Jeremy dan temannya, Baron, menawarkan sebuah program petualangan di sebuah sekolah. Di sana, Jeremy bertemu dengan Sera, murid teladan yang asalnya tidak berminat dengan olahraga ekstrim. Mereka mulai dekat dan menghabiskan waktu tanpa menghiraukan bahwa umur mereka berpaut cukup jauh.
Jeremy dan temannya, Baron, menawarkan sebuah program petualangan di sebuah sekolah. Di sana, Jeremy bertemu dengan Sera, murid teladan yang asalnya tidak berminat dengan olahraga ekstrim. Mereka mulai dekat dan menghabiskan waktu tanpa menghiraukan bahwa umur mereka berpaut cukup jauh.
Udah nonton filmnya? Udah dong. Baca review-ku di sini :)
Udah baca novelnya? Belum hehehehe
Trailer!
Trailer!
Diadaptasi dari novel karya Roy Saputra
Mulai Tayang:
8 Mei 2014
Sutradara:
Fajar Nugros
Cast:
Dimas Anggara
Kimberly Ryder
Lolox
Dhea Seto
Muhadkly Acho
Soleh Solihun
Kimberly Ryder
Lolox
Dhea Seto
Muhadkly Acho
Soleh Solihun
Sinopsis:
Ari Budiman dan kedua temannya, Togar Simanjuntak dan Suketi, mencari pekerjaan selepas kuliah. Suketi lolos seleksi, Togar memutuskan untuk membuka bengkel, sementara Ari gagal dan terpaksa menerima pekerjaan sebagai sales oli. Suatu hari, bagian HDR perusahaan salah mengiranya sebagai Ari Budiman yang lain dan mengangkatnya sebagai Manajer IT. Ari mengambil kesempatan itu dan mulai berubah.
Ari Budiman dan kedua temannya, Togar Simanjuntak dan Suketi, mencari pekerjaan selepas kuliah. Suketi lolos seleksi, Togar memutuskan untuk membuka bengkel, sementara Ari gagal dan terpaksa menerima pekerjaan sebagai sales oli. Suatu hari, bagian HDR perusahaan salah mengiranya sebagai Ari Budiman yang lain dan mengangkatnya sebagai Manajer IT. Ari mengambil kesempatan itu dan mulai berubah.
Udah nonton filmnya? Belum dong. Kan belum tayang :p
Udah baca novelnya? Belum juga hehehehe
Trailer!
Itulah tiga film adaptasi Indonesia yang tayang sekitaran bulan-bulan ini. Udah ada yang kamu tonton? Atau udah baca bukunya duluan? Sound it on the comment box below. See you in the next Three Things Thursday post! :D
Trailer!
Itulah tiga film adaptasi Indonesia yang tayang sekitaran bulan-bulan ini. Udah ada yang kamu tonton? Atau udah baca bukunya duluan? Sound it on the comment box below. See you in the next Three Things Thursday post! :D
Endless Love
Genre:
Drama
Director:
Shana
Feste
Cast:
Alex
Pettyfer, Gabriella Wilde, Bruce Greenwood, Joely Richardson, Robert Patrick,
Rhys Wakefield, and Dayo Okeniyi
Jade Butterfield,
gadis yang dijaga ketat kedua orangtuanya, bertemu dengan David Elliot, teman
sekolahnya yang kharismatik dan popular.
Setelah kelulusan sekolah, Jade merancang sebuah pesta. Pesta itu hampir
saja menjadi pesta membosankan dan hanya dipenuhi teman dekat kedua orangtuanya
jika David tidak berinisiatif memanggil teman-temannya. Sejak saat itu, Jade
dan David menghabiskan waktu bersama. Jade sampai membatalkan program magangnya
di sebuah praktek dokter demi bisa terus bersama David. Hal ini memicu
kemarahan ayah Jade. Beliau mulai memisahkan pasangan yang sedang dimabuk
asmara itu.
Aku
mengharapkan cerita drama romantis yang bikin aku gemes sendiri tapi ternyata Endless Love tidak memberikan hal
tersebut. Kenapa ya? Kerasa datar aja selama nonton film ini. Interaksi kedua
tokohnya gak bisa aku terjemahankan sebagai cinta sejati. Keliatannya malah
kayak yang main-main saja, summer fling.
Tidak terlihat keseriusan, kecuali dari pihak ceweknya. Sayang sekali. Film
remake emang kadang jauh banget dari kesuksesan film aslinya. Untuk cerita,
mungkin aja aku gak suka tapi untuk teknik mengambilan gambarnya, aku suka
banget. Kesan romantisnya dapet1 Mungkin karena itulah aku masih punya bagian
favorit dari filmnya, scene di pesta kelulusan Jade di mana dua sejoli ini
membuat koreografi untuk sebuah lagu. Lagunya enakeun sih hehehehe.
At last, Endless Love agak mengecewakan buatku. Aku jadi penasaran dengan
film aslinya. Apakah ada perbedaan yang mencolok (selain hilangnya lagu
legendaris yang berjudul sama) di film ini?
***
Me & You VS The World
Drama
Director:
Fajar
Nugros
Cast:
Rio Dewanto, Dhea Seto, Gofar Hilman, Ashilla Zahrantiara, Dera, Bucek Depp, Zoya Amirin, Juhana Sutisna, Piyu, Manohara and Atiqah Hasiholan
Jeremy
dan temannya, Baron merancang sebuah acara berpetualang di alam bebas bernama
‘Menaklukan Dunia’. Mereka mencoba mencari peserta dari sebuah sekolah. Di sanalah
Jere bertemu dengan Sera, siswi teladan yang kerjaannya belajar terus. Karena
sebuah kesalahpahaman, Sera malah ikut acara tersebut. Sera juga jadi dekat
dengan Jere. Mereka lalu sering melakukan kegiatan yang memacu adrenalin.
Kedekatan mereka memberi warna baru untuk kehidupan masing-masing. Jere semakin
semangat merancang programnya dan Sera jadi tahu rasanya cinta pertama. Tapi
Sera seringkali mengorbankan sekolah dan jadwal belajarnya. Semua orang
terdekatnya, baik di sekolah dan rumah menyadari hal tersebut dan mulai
melakukan tindakan.
Me & You VS The
World ini
lumayan seru dan lucu tapi ceritanya terasa mengambang, apalagi tentang
hubungan Jere dan Sera. Apa sih yang sebenernya membuat mereka jadi dekat dan
saling suka? Aku liat sih karena mereka menikmati olahraga ekstrim. Selain itu,
tidak ada interaksi personal lainnya yang menyangkut perasaan masing-masing.
Jadi aku bingung kenapa mereka, terutama Jere, bisa begitu galau saat mereka
berpisah. Masalah perbedaan umur merekapun selesai dengan gampangnya di akhir
cerita. Ckckck. Penyelamat di film ini adalah musiknya yang terdengar sangat
India dan aksi Rio Dewanto dan Dhea Seto. Sutradara sepertinya tahu benar
pesona tampang Rio. Jadi banyak banget adegan yang memamerkan hal itu seperti
adegan mandi di sungai dan men-slow-motion adegan Rio berbalik sambil
mengembangkan senyum. Aku sampai harus mengingatkan diri kalo dia udah punya
istri hehehehe. Untuk Dhea sendiri, aku suka kepolosan dan keluguannya. Eh pas
liat tahu sekarang rambutnya di cat warna-warni, aku sempet kaget. But it suits
her. Definetly admire her for now on ;)
My favorite scene: Jere dan Sera berpandangan saat
sedang wall climbing. Romantis!
At
last, walaupun Me & You VS The World
ini sedikit di bawah ekspetasiku, aku tetep bisa menikmatinya, tertawa
kecil-kecil sampe terbayang senyumnya Jere setelah meninggalkan bioskop hehehe.
Tinggal baca bukunya aja deh. Semoga lebih asyik dan seru :D
Charon
200 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Mei 2013
Rp. 36.000,-
Sandra sangat terpukul ketika orangtuanya bercerai... Dan hatinya
semakin sakit ketika ayahnya memutuskan ia harus tinggal bersama ibunya, yang
selama ini tak pernah dekat dengannya. Kemarahan yang menggelora menjadikan
Sandra remaja yang bandel. Berulang kali ia dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya
di luar batas.
Akhirnya ibunya memutuskan untuk pindah kota. Mungkin suasana dan lingkungan baru akan mengubah perilaku putrinya. Namun di sekolahnya yang baru ini Sandra sudah bertekad untuk membuat dirinya dikeluarkan lagi. Ia bertekad akan membuat ulah agar para guru tak tahan terhadapnya. Namun ia salah perkiraan. Pak Donny sangat sabar menghadapinya. Wali kelasnya itu berpendapat, mengeluarkan Sandra berarti menuruti keinginan anak bandel ini.
Namun, lambat laun Sandra berubah. Orangtua maupun gurunya heran. Mereka yakin, Leon-lah yang membuat gadis itu berubah. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Leon bisa bersahabat dengan Sandra, sementara murid-murid yang lain justru menjauhi gadis urakan itu. Apa yang membuat Leon tertarik padanya, padahal keduanya bagaikan langit dan bumi? Leon anak rumahan yang manis, bintang pelajar, sopan, tekun... berbeda 180 derajat dari Sandra....
Akhirnya ibunya memutuskan untuk pindah kota. Mungkin suasana dan lingkungan baru akan mengubah perilaku putrinya. Namun di sekolahnya yang baru ini Sandra sudah bertekad untuk membuat dirinya dikeluarkan lagi. Ia bertekad akan membuat ulah agar para guru tak tahan terhadapnya. Namun ia salah perkiraan. Pak Donny sangat sabar menghadapinya. Wali kelasnya itu berpendapat, mengeluarkan Sandra berarti menuruti keinginan anak bandel ini.
Namun, lambat laun Sandra berubah. Orangtua maupun gurunya heran. Mereka yakin, Leon-lah yang membuat gadis itu berubah. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Leon bisa bersahabat dengan Sandra, sementara murid-murid yang lain justru menjauhi gadis urakan itu. Apa yang membuat Leon tertarik padanya, padahal keduanya bagaikan langit dan bumi? Leon anak rumahan yang manis, bintang pelajar, sopan, tekun... berbeda 180 derajat dari Sandra....
Sebuah novel jadi lebih menarik
untuk dibaca kalo sudah diangkat ke layar lebar. Paling tidak menurutku.
Perdebatan perbedaan cerita dan visualisasi di kedua media itu selalu menarik.
Kadang aku lebih suka versi filmnya, tapi lebih seringnya sih marah karena udah
suka banget sama bukunya. Untuk meminimalisir rasa marah, kesal dan kecewa
dengan filmnya, sebisa mungkin aku nonton dulu sebelum baca. Contohnya 3600 Detik ini. Aku sudah nonton
filmnya awal bulan April lalu (read my
review here) dan sekarang melirik novelnya. Apakah menyimpan sesuatu yang
tidak bisa diterjemahkan ke audio visual? Let’s
review it J
“Aku tidak takut mati, Sandra. Aku sudah bisa menerimanya sejak dahulu. Itu hanya masalah waktu saja. Yang paling aku takutkan adalah kehilanganmu.”
3600 Detik ini ternyata remaja banget dan tanpa cinta-cintaan.
Hubungan dekat Sandra dan Leon benar-benar murni persahabatan. Dialog di antara
mereka juga menarik karena terdiri dari celetukan-celetukan yang spontan. Jadi
terasa natural dan apa adanya. Yang cukup aneh adalah keterangan cerita dan
gaya bahasanya. Tidak ada keterangan detail tentang fisik para karakter,
setting maupun latar belakang sebelum Sandra dan Leon bertemu. Ini
membingungkan. Bagaimana coba Sandra dan Leon tahu tanggal ulang tahun
masing-masing, tahu-tahu ngasih hadiah aja, tahu-tahu dateng ke pesta
perayaannya aja. Sedangkan gaya bahasanya menggunakan bahasa yang cukup baku
sehingga cenderung terasa kaku. Contohnya penggunaan kata ganti orang, ‘kau’. Penggunaan
tanda seru (‘!’) sangat banyak di setiap kalimatnya. Menjadikan setiap dialog
terasa penuh penekanan dan kemarahan. Kedua hal aneh ini membuat ceritanya
terasa sangat singkat dengan klimaks yang begitu cepat. Endingnya juga singkat.
Tapi entah kenapa dada aku tetap kerasa sesak (in the good way) saat membacanya. Very weird!
Book VS Movie
Untuk urutan cerita, buku dan filmnya
menggunakan runutan alur yang sama. Bedanya di buku, langsung diceritakan
Sandra yang sudah pindah ke sekolah baru sedangkan di film, Sandra bermonolog
dulu untuk menceritakan kedua orangtuanya yang bercerai dan efeknya pada
pribadinya. Untuk bagian dialog, tidak seperti di bukunya, di film menggunakan
bahasa yang tidak baku, ‘lo-gue’. Selain itu, ada satu hal yang sangat berbeda
dan mempengaruhi cerita. Di buku, Leon diceritakan menderita kelainan jantung
sedangkan di film, dia mengidap penyakit kanker darah. Kenapa diubah? Apakah
penyakit jantung tidak cukup ampuh memisahkan kedua sahabat ini? Untuk aku
pribadi, aku lebih memilih penyakit yang di buku. Soalnya leukemia udah pasaran
banget sih.
At last, walaupun kurang menyukai gaya penceritaannya, 3600 Detik cocok untuk remaja anak
sekolahan apalagi buat yang belum mau memikirkan cinta-cintaan. It’s pure about friendship! Kinda
refreshing, don’t you think? :D
Right from the start
You were a thief
You stole my heart
And I your willing victim
I let you see the parts of me
That weren't all that pretty
And with every touch you fixed them
Now you've been talking in your sleep, oh, oh
Things you never say to me, oh, oh
Tell me that you've had enough
Of our love, our love
Just give me a reason
Just a little bit's enough
Just a second we're not broken just bent
And we can learn to love again
It's in the stars
It's been written in the scars on our hearts
We're not broken just bent
And we can learn to love again
Happy Sunday :)
Rio 2
Genre:
Animation/Comedy/Musical
Director:
Carlos Saldanha
Cast:
Jesse Eisenberg, Anne Hathaway, Leslie Mann, Bruno Mars,
Jemaine Clement, George Lopez, Jamie Foxx, and Will.I.Am
Blu dan Jewel melewati kehidupan sempurna dengan ketiga anak mereka.
Sementara itu, Linda dan Tulio sedang menjelajahi hutan tropis di Amazon dan
tak sengaja menemukan bukti kehidupan burung macaw biru yang dianggap sudah hampir
punah. Penemuan itu membuat beberapa pihak terpengaruh. Pihak Jewel yang berpikir
untuk pergi ke sana dan melihat apakah hal itu benar. Blu tidak terlalu
antusias tapi akhirnya setuju pergi dengan membawa sejumlah peralatan modern
buatan manusia. Lalu pihak penebang pohon liar di daerah Amazon yang terancam
terbongkar. Mereka mulai melacak keberadaan dua peneliti itu. Terakhir pihak
Nigel, yang kini tak sanggup terbang karena Blu. Dengan bantuan dari katak
beracun dan pemakan semut, dia siap untuk balas dendam.
Rio 2 ini lumayan bagus
tapi kerasa ada yang mengganjel. Apa ya? Mungkin karena plotnya biasa aja. Saat
mendengar kabar film sekuel ini, aku berharap cerita Blu masih seputaran Rio.
Eh, ternyata malah pindah ke Amazon. Kecewa deh. Apalagi, menurutku, kehidupan
di hutan tropis, khususnya Amazon sudah banyak dieksplor di film-film tertema
petualangan alam, perang dan juga horror.
Jadi terasa biasa aja deh. Lalu ada adegan yang bikin aku déjà vu, adegan
kawanan burung menyerang pekerja penebangan liar. Kayaknya aku pernah nonton
deh adegan yang sama di film lain tapi aku lupa. Avatar mungkin? Selain soal plotnya, tokohnya juga terlalu banyak,
terutama yang baru. Semuanya berebutan untuk muncul di layar. Aku sempet
bingung dan sampe sekarang malah nggak hapal nama tiga anak Blu dan Jewel
hehehehe. Tapi film ini tetep asyik koq. Yang menyelamatkannya tentu saja
lagu-lagunya yang keren abis. Semuanya enak didengar dan bikin aku goyang-goyang
kecil di kursi penonton. Oh iya, kebetulan aku nonton yang versi 3Dnya yang
ternyata . . nggak 3D-3D banget. Efek ‘timbul’-nya itu cuma di bagian nyanyi,
di mana banyak hamburan bunga (atau kertas gitu ya?) dan berbagai burung
berputar-putar. Jadi kalo mau nonton, mending milih versi biasa aja deh. My favorite scene: Penampilan Roberto
yang disuarakan oleh Bruno Mars dan juga aksi slow motion dari dua kura-kura tua! :D
At last, kalo mau nonton
sesuatu yang rame tapi tetep asyik, Rio 2 bisa jadi pilihan. Plotnya sederhana
dan lagu-lagunya menarik. Apakah dua tahun kedepan bakal ada film selanjutnya, Rio
3, or should I call it Amazon 2? :p
***
3600 Detik
Genre:
Drama
Director:
Nayato Fio Nuala
Cast:
Stefan William, Shae, Wulan Guritno, Indra Birowo, Feby
Febiola, Agung Udijana dan Joshua Suherman
Kehidupan
sempurna Sandra mulai retak saat kedua orangtuanya memutuskan untuk bercerai.
Ayahnya pindah ke luar negeri, meninggalkan Sandra bersama Mamanya yang selalu
sibuk dengan pekerjaannya. Sandra juga dijauhi teman-teman di sekolahnya. Marah
dan sedih, Sandra mulai memberontak. Penampilannya berubah menjadi urakan, cuek
terhadap bidang akademik dan memusuhi Mamanya. Mama Sandra mencoba memperbaiki
hubungan mereka dengan pindah ke lingkungan baru, rumah baru dan khususnya sekolah
baru untuk Sandra. Tapi Sandra tidak juga berubah. Lalu ada seorang cowok,
satu-satunya teman sekolah yang berani mendekatinya, bernama Leon. Dia
menawarkan dirinya untuk menjadi sahabat Sandra. Sandra menolak tapi dia tidak
bisa menghindari kehadiran Leon, apalagi saat Leon ditugaskan menjadi teman
belajarnya. Ketika Sandra akhirnya luluh, giliran Leon yang berubah. Dia
menghilang dan tak bisa dihubungi.
Aku
asalnya gak bakal nonton setelah liat nama sutradaranya. Tapi begitu tau film
ini adaptasi dari sebuah novel, aku jadi penasaran deh. Ternyata 3600 Detik ini film yang remaja banget!
Konfliknya masih seputaran keluarga dan sekolah. Hmm, nggak terlalu cocok buat aku yang menuju masa
remaja akhir (ups!), tapi aku suka banget sama aktingnya Shae (yang kadang
keliatan kayak Yuki Kato). Dia membawakan dialognya natural banget,
ceplas-ceplos gitu. Sayangnya adegan-adegannya bikin enek, belum lagi
backsoundnya yang bikin aku berasa nonton sinetron horor. Editingnya atau
mungkin perpindahan adegannya menurutku juga kurang rapi. Ada satu adegan yang
udah kerasa lancar dan mengalir lengkap dengan backsound yang pas, eh tiba-tiba
dipotong ke adegan lain dengan backsound menganggu. Aku akhirnya milih buat
Twitteran aja deh. Duh, bagaimana ya dengan para penggemar novelnya? My favorite scene: Acara pensi sekolah!
Leon main piano dengan gayanya dan Sandra menjadi pemeran utama di sebuah drama
:p
At last, 3600 Detik ini memang kurang cocok
untukku. Tapi untuk kalian yang masih remaja, anak sekolahan gitu, bisa memilih
film ini karena sesuai dengan kehidupan kalian. Di luar film ini, semoga makin
banyak novel, best seller atau tidak, yang diangkat menjadi film. Biar tema dan
cerita perfilman Indonesia makin berwarna! :)
Gayle Forman
399 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Februari 2014
Rp. 70.000,-
Seumur hidup, Allyson
Healey anak baik-baik. Lalu pada hari terakhir tur ke Eropa, ia bertemu Willem.
Cowok Belanda itu aktor drama berjiwa bebas, sama sekali tidak seperti Allyson.
Namun, ketika Willem mengajaknya meninggalkan rombonga dan ikut ke Paris, Allyson
setuju. Keputusan spontan yang tidak sesuai dengan sifat Allyson ini membuatnya
mengalami hari yang penuh risiko dan romantis, kebebasan, dan kemesraan: 24 jam
yang mengubah hidupnya.
Aku kayaknya gak bakalan tertarik
buat baca Just One Day – Satu Hari Saja
kalau tidak melihat review di blog Stefanie. Aku gak baca seluruh isi reviewnya,
tapi entah kenapa aku tertarik dengan buku ini. Mungkin karena lagu yang
dipasang di blog itu, Just The Two of Us. Kedua judulnya hampir sama, jadi
kerasa sangat cocok. Semenjak itu, lagu itu mengingatkanku pada novel ini. Aku
sempet liat novel versi aslinya mampang di rak Books and Beyond. Pengen beli
tapi harganya lumayan euy. Lalu awal tahun ini, aku denger kabar novel ini
diterjemahankan ke bahasa Indonesia dan di cover-nya ada gambar menara
Eiffel-nya! Aku beli aja yang versi ini. And now let’s review it :)
Just One Day – Satu Hari Saja menceritakan tentang Allyson Healey,
seorang gadis delapan belas tahun yang mengisi waktu luang sebelum mulai kuliah
dengan mengikuti tur Eropa. Turnya agak membosankan, apalagi rombongannya
terpaksa membatalkan rencana kunjungan ke Paris karena sebuah alasan. Saat
sedang mengantri untuk menonton drama Shakepears, Allyson dan teman baiknya
dari kecil, Melanie, ditawarin pertunjukan drama lain yang ditampilkan di alam
terbuka. Willem, cowok yang menawarkan brosur itu begitu menarik sehingga
Allyson dan Melanie menonton drama tersebut. Mereka bertemu lagi di dalam kereta
menuju rumah kerabat Melanie. Allyson, yang dipanggil sebagai Lulu oleh Willem,
mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke Paris. Secara spontan Willem
menawarinya untuk pergi ke kota itu untuk satu hari. Allyson setuju dan
mengalami hari yang luar biasa. Namun setelah hari itu selesai, Willem
menghilang tanpa alasan. Berbulan-bulan setelah itu, Allyson masih memikirkan
hari itu. Lalu pada suatu saat, Allyson memutuskan untuk kembali ke Paris dan
mencari Willem.
“Kita semua dilahirkan dalam satu hari. Kita semua mati dalam satu hari. Kita bisa mengubah satu hari. Dan kita bisa jatuh cinta dalam satu hari. Apa pun bisa terjadi dalam satu hari.” – halaman 144
Walaupun pada awalnya agak
membosankan, Just One Day – Satu Hari
Saja ternyata rame! Ceritanya dalam, menyentuh dan ending-nya bikin
penasaran. Konfliknya juga tidak berpusat pada rasa tertarik yang Allyson
miliki untuk si misterius Willem, tapi ada juga konflik antara Allyson dan
ibunya, Allyson dan Melanie, Allyson dan orang lain, baik yang dia temui di
kampus dan Paris yang yang paling penting adalah konflik di dalam diri
Allyson-nya sendiri. Senang rasanya membaca bagian Allyson akhirnya bisa
mengendalikan hidupnya sendiri dan merancang apa yang benar-benar dia inginkan,
salah satunya adalah mencari uang sendiri dan belajar bahasa Prancis sebagai
persiapan untuk kembali ke Paris. Dengan perencanaan yang matang dan
keberanian, dia bisa pergi ke kota itu. Uugghh, aku harus usaha bener-bener nih
kalo pengen kayak gitu juga! Oh, iya, penjelasan tentang Parisnya juga berbeda.
Tidak ada ‘penampakan’ menara Eiffel di dalamnya. Yang ada adalah sisi lain
Paris yang lebih sederhana dan intim. Paris sebagai kota untuk hidup, bukan
Paris sebagai kota untuk wisata. Aah, aku pengen banget ke sana!
At last, Just One Day – Satu
Hari Saja memberiku sudut pandangan yang baru, gimana untuk mengendalikan
diri dan kehidupan sendiri dan juga sebuah kota romantis di Eropa sana. Aku penasaran
banget sama novel kelanjutannya, Just One Year. Semoga cepet keluar versi
terjemahaannya. Nggak kuat kalo harus beli versi aslinya mah hehehe. Very recommended!
It might seem crazy what I’m about to say
Sunshine she’s here, you can take a break
I’m a hot air balloon that could go to space
With the air, like I don’t care baby by the way
Because I’m happy
Clap along if you feel like a room without a roof
Because I’m happy
Clap along if you feel like happiness is the truth
Because I’m happy
Clap along if you know what happiness is to you
Because I’m happy
Clap along if you feel like that’s what you wanna do
Here come bad news talking this and that, yeah,
Well, give me all you got, and don’t hold back, yeah,
Well, I should probably warn you I’ll be just fine, yeah,
No offense to you, don’t waste your time
Here’s why
)
You're wondering who I am-machine or mannequin
With parts made in Japan, I am the modren man
Domo arigato, Mr. Roboto, domo...domo
Domo arigato, Mr. Roboto, domo...domo
Domo arigato, Mr. Roboto, domo...domo
The time has come at last
To throw away this mask
So everyone can see
My true identity...
I see this life
Like a swinging vine
Swing my heart across the line
In my face is flashing signs
Seek it out and ye shall find
Old, but I'm not that old
Young, but I'm not that bold
And I don't think the world is sold
I'm just doing what we're told
I feel something so right
By doing the wrong thing
And I feel something so wrong
By doing the right thing
I couldn't lie, couldn't lie, couldn't lie
Everything that kills me makes me feel alive
Personal Life Moment
- Bailed on
Kampus Fiksi Workshop at Togamas Buah Batu for some silly excuses.
- The
Oscars. Check all the winners (and the epic selfie) here.
- Checked upcoming
releases for Indonesia on IMBd. The result was a shock.
- Read the
news about a college student girl murdered by her former boyfriend and his new
girlfriend. Their age still under 20. Sick!
- Watch Jamie
Dornan’s interview about the way he used to walk. Hilarious!
- The Mindy
Project and Brooklyn Nine Nine renewed. Yay!
- Jokowi run
for president! Yay or nay?
- Karaokean 3
jam with friends, dinner at Solaria. So fun!
- Naskah #JJC ditolak :’(
- Download
folder was corrupted/unreadable. Then the laptop crashed. Why this keeps
happening?
Books I read
- Mamacolle,
Vol. 2
- Mamacolle,
Vol. 3
- Mamacolle,
Vol. 4
- Five non-fiction books from First Reader workshop
Movies I watched
Songs I listen to
- Divergent’s
soundtracks
Random pictures
My currently hunger cure
Read my review of Jatuh Cinta Diam-Diam
here. The review of another books are coming next week
What a damp, damp carpet
Bought a new flashdisk for make sure I don’t
lost any data again
My 6th UP, Dahnia Cocktail
I found this show very unique. Many stories
in one night!
A new phone, what. Whaaaaat? *IYKWIM*
A serial killer should not be this sexy
#TheFall
Kembali bimbingan!
My favorites, Eiffel Tower and Rain