Pages

Friday, September 27, 2013

Mahogany Hills

Tia Widiana
344 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Mei 2013
Rp. 58.000,-

Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah.

Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan—semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.

Dengan caranya masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus mereka jawab: Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?

Mahogany Hills adalah novel kedua yang aku pinjem dari Pitimoss. Novel ini nggak masuk ke daftar buku pinjaman incaranku sih. Aku sebenarnya berencana novel terjemahan. Tapi novel itu tidak tersedia. Lalu mata aku tertuju ke novel ini. Bohong kalo aku nggak tertarik setelah sempat membaca reviewnya yang kebanyakan positif dan jangan lupa gelar juara 1 Lomba Penulisan Novel Amore 2012 oleh Gramedia. Aku juga agak penasaran dengan terbitan Amore. Apa bedanya dengan Metropop? How about a try? ;)

Mahogany Hills bercerita tentang kehidupan baru yang ditempuh Jagad Arya dan Paras Ayunda setelah mengikat diri dalam janji suci. Jagad langsung membawa istrinya jauh dari Jakarta, menuju sebuah rumah kokoh bernama Mahagony Hills di Sukabumi. Alasannya sih karena Jagad sedan mengurus proyek resor di sana. Paras sih senang-senang aja karena mereka bisa lebih mengenal pasangan masing-masing ditempat yang sepi itu. Tapi Jagad sama sekali tidak berminat menyentuh Paras. Dia sebenarnya tidak ingin setuju dengan perjodohan ini. Tapi kesehatan ibunya memaksa dirinya mengnikahi Paras dan menjauhi wanita yang dia cintai bernama Nadia. Paras tidak menyadari hal itu. Dia mengira bahwa sikapnya sebagai istri atau masakannya kurang menyenangkan Jagad. Tapi begitu melihat Jagad dan Nadia bermesraan di depannya, Paras harus memilih untuk bertahan atau mengaku kalah dengan mengugat cerai. Tapi Paras tidak pernah berniat menikah untuk bercerai.

“Setelah menikah denganmu, cinta jadi tidak begitu rumit. Denganmu, cinta menjadi sangat sederhana. Cinta adalah memberi, menerima, dan memaafkan.” – halaman 329

Mahogany Hills menceritakan kisah pasangan pengantin baru yang cukup kompleks, tapi masih bisa di nikmati. Thanks to gaya bahasanya yang mengalir dan lugas, apa adanya. Tidak kalimat-kalimat yang sok puitis atau bikin kening berkerut. Kalimat-kalimat yang ada sangat sederhana tapi bisa begitu bermakna, mengena di hati pembaca karena begitu dekat dengan apa yang dirasakan oleh para karakter. Jujur, sudah lama rasanya aku tidak merasakan kedekatan dengan karakter dari novel yang aku baca. Biasanya setelah novel selesai dibaca, ditulis reviewnya, dan disimpan di rak, hubungan aku dan novel itu berhenti disana. Tapi sekarang, aku selalu pengen buka beberapa halaman dan mengulang bagian Jagad dan Paras saling membohongi perasaan masing-masing. Aku mengulangnya sampai aku bosan dan kayaknya aku belum bosan hahahaha. Apa ini termasuk book hangover? Aku ngalamin hal ini lagi? Terakhir ngalamin ini adalah ke Four dari Divergent, tapi alasan ke-book hangover-an itu adalah si Theo James dan upcoming movienya. Tapi sekarang? Aku bener-bener suka dengan alur cerita, para karakter (kecuali si Nadia) dan kejujuran dalam penulisannya :)

Untuk alur ceritanya sendiri, aku menemukan beberapa formula yang biasa ditemukan dan digunakan novel-novel romance untuk ‘menjebak’ kedua karakter di tempat yang sama. Formula itu adalah perjodohan, benci jadi cinta dan juga amnesia. Garing? Pasaran? Nggak sama sekali. Aku juga kaget kenapa aku bisa menerima formula itu tanpa mengeluh ataupun mengejeknya sekali pun. Yang aku lakukan malahan menahan tangis saking sukanya. Aku selalu berpikir tentang cerita dimana suami istri dijodohan dan tinggal bersama tanpa dasar cinta. Mereka tidak berpisah, tidak juga segera menyatu. Apa yang menahan mereka? Ketika mereka mulai berubah, yang cinta jadi benci dan yang benci jadi cinta, bagaimana menyelesaikannya? Dengan penyakit yang ‘paling gampang didapat dan dihilangkan’, amnesia! Pemikiran itu sempat aku anggap tidak logis ataupun realistis. Namun novel ini menawarkan hal yang serupa dan cukup realitis. Dengan setting di pelosok Sukabumi yang tenang, pemilihan nama karakter yang menurutku sangat Indonesia, I never thought I would find the one. Really love it! Pantas saja novel ini jadi pemenang pertama :D

Walaupun kekaguman dan kecintaanku kepada Mahogany Hills menggunung, aku menemukan ada beberapa hal kecil yang menganggu. Ada beberapa bagian yang sedikit rancu dan bertentangan. Aku tidak menemukan dimama Jagad menyatakan langsung bahwa dia tidak pernah sarapan kepada Paras dan aku bingung bagian wajah Jagad mana yang Nadia cium, pipi atau bibir? Aku nggak tau kenapa hal-hal yang tidak-terlalu-penting-tapi-menganggu itu bisa muncul. Apakah bagian itu hilang saat diedit atau malah tidak melewati proses pengeditan sama sekali? Aku selalu penasaran apakah novel pemenang lomba seperti ini diedit lagi atau nggak, ya paling nggak untuk koreksi tanda baca :O


At last, Mahogany Hills adalah sebuah novel yang sederhana. Sederhana dalam gaya bahasan dan juga kisah cinta yang disampaikannya. Tanpa perlu basa basi ataupun kalimat puitis. Less is more. Mungkin ego manusia lah yang membuatnya menjadi rumit hehehe. Aku tidak memberikan spoiler lebih lanjut. Biarkan kamu sendiri yang menemukan dan menikmati kesederhanaan itu. Very recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D