Pages

Monday, September 23, 2013

Melbourne: Rewind

Winna Efendi
340 Halaman
Gagas Media, Juni 2013
Rp. 52.000,-

Pembaca tersayang,

Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi menceritakan potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai, Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.

Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.

Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain. Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.

Setiap tempat punya cerita.

Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan lagu-lagu kenangan Max dan Laura.

Enjoy the journey,

EDITOR

Melbourne: Rewind adalah salah satu novel yang aku dapatkan saat ulang tahun beberapa bulan lalu. Aku penasaran banget sama seri keempat dari Setiap Tempat Punya Cerita dari Gagas Media ini. Tapi aku nahan-nahan diri baca novel ini karena aku belum baca seri ketiganya, Bangkok: The Journal. Well, walaupun berasal dari seri yang sama, cerita dari kedua novel itu tidak berhubungan sama sekali. Mereka cuma sama-sama mengambil lokasi di luar negeri. Tapi aku merasa kalo aku harus baca seri ketiga dulu, baru novel ini. Untung aja aku akhirnya beli, baca dan beres nulis review Bangkok: The Journal dan bisa lanjut ke seri keempat ini :D



Melbourne: Rewind menceritakan kedatangan Max ke Melbourne. Max, si penggila segala hal tentang cahaya ini sempat bekerja di New York dan beberapa kota di Australia. Dia memutuskan untuk kembali ke Melbourne karena kesehatan Papanya sudah memburuk. Tak disangka, saat tiba dia mendengar suara mantannya, Laura, mengudara di suatu stasiun radio. Mereka putus setelah berpacaran selama dua tahun. Mereka lalu bertemu, ngopi di tempat kesukaan mereka dulu, saling bertukar kabar tentang karir dan juga kisah cinta setelah mereka berpisah. Max kaget saat tahu Laura belum berpacaran lagi setelah mereka putus. Max juga mulai nyaman dengan kehadiran Laura di kehidupannya lagi. Laura tidak mengetahui itu dan dia cukup sibuk dengan pacar baru Cee, Evan. Laura tidak mau mengakui perasaannya. Dia memilih untuk berbohong kepada semua orang termasuk dirinya sendiri.

“You can meet someone who’s just right, but he might not be meant for you. You break up, you lose things, you never feel the same again. But maybe you should stop questioning why. Maybe you should just accept it and move on.”

Melbourne: Rewind itu bagus banget sekaligus bikin aku tertohok hahaha. At once, rasa penasaran aku agak berkurang saat tahu cerita Max dan Laura ini berkisah tentang mantan pacar yang bertemu kembali, mencoba berteman. Aku merasa canggung dan males-malesan bacanya juga. Tapi gaya bahasanya begitu mengalir, menyedot dan memaksa aku untuk terus baca sampe halaman terakhir. Setiap kalimat begitu ngena dan bisa banget dijadiin quotes. Aku sampe bingung mau ngutip yang mana saking banyaknya yang aku suka hahaha. Dan aku suka banget sama endingnya. Saat membaca kisah Max dan Laura ini, aku sangat berharap mereka nggak balikan, terlalu tertebak dan pasaran. Jadi aku deg-degan ketika jumlah halaman semakin menipis, bagaimana kisah mereka berakhir? Lalu sebuah ending yang terbilang wise dan pas muncul dan aku puas banget :D

Melbourne: Rewind mengambil sudut pandang dari dua tokoh utama, Max dan Laura. Tapi aku merasa ceritanya lebih condong ke kehidupan Laura. Soalnya dia yang masih mencari jati dirinya yang sesungguhnya. Dia juga yang memegang kendali tentang bagaimana hubungannya dengan Max, Cee atau Evan berlanjut. Selain itu, cerita juga lebih identik ke hal-hal yang berhubungan dengan musik yang menjadi dunia Laura, bukan dunia cahayanya Max. Itu bisa dilihat dari pembagian cerita ke empat bagian (Rewind, Pause, Play dan Fast Forward) dan juga judul lagu beserta kutipan liriknya yang menjadi pembuka setiap babnya :)


Di samping ceritanya, deskripsi tentang Melbournenya malah tidak sebanyak seri STPC sebelumnya. Di sini ceritanya Max dan Laura sudah tinggal di kota itu cukup lama dan mengenal betul keadaannya. Tentu akan aneh kalo sedikit-sedikit mereka baru mengenalnya sebuah tempat atau sejarah disana. Deskripsi keadaan Melbourne muncul jika berkaitan dengan kegiatan yang Max dan Laura lakukan. Bagus juga sih. Jadi kesannya deskripsi itu tidak dipaksakan dan nggak kayak baca brosur pariwisata hehe.

At last, Melbourne: Rewind adalah novel yang sangat memuaskan. Ceritanya bagus, gaya bahasanya luar biasa dan ditutup dengan ending yang aku suka. Playlist yang muncul di setiap babnya menjadi keunikannya sendiri. Seharusnya ini masuk seri STPM (Setiap Tempat Punya Musik) bukan STPC (Setiap Tempat Punya Cerita) hahaha. Very recommended! :D

4 comments:

  1. Wahh,, udah lama banget pengen baca Melbourne.. kayanya seru ya^^
    btw, reviewnya bagus.. aku suka!

    salam kenal,

    ReplyDelete
  2. oaoaoa jadi nyesel kemarin ga ambil ini...
    belum baca review-review di internet jadi masih bimbang pas mau beli.
    Akhirnya beli Bangkok sama Barcelona.
    Setelah baca review ini, masuk wishlist deh buat Melbourne :D

    ReplyDelete
  3. aaah tau gitu kemarin ambil ini juga pas beli seri stpc,
    aku malah milih Bangkok sama Barcelona karena pas mau beli ini bimbang bagus apa ngga karena belum lihat review di internet.
    Setelah baca review di blog ini, Melbourne masuk di wishlist deh :D

    ReplyDelete
  4. sejujurnya, belum baca satupun #STPC, semoga suatu saat bisa kesampaian! ;)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D