Pages

Friday, October 25, 2013

All You Can Eat

Christian Simamora
472 Halaman
Gagas Media, 2013 (cetakan kedua)
Rp. 60.000,-

‘CINTA KOK BIKIN SEDIH?’

Dear pembaca,

Berbeda dengan penulis lain di luar sana, aku akan berterus terang mengenai akhir novel ini: bahagia. Tapi, kumohon, jangan desak aku untuk menceritakan awal ceritanya. Juga tentang siapa Sarah, siapa Jandro, dan apa yang menghubungkan mereka berdua.

Aku juga tak akan melebih-lebihkan penjelasanku mengenai novel kesepuluhku ini. ‘All You Can Eat’ memang bukan cerita yang orisinal. Jadi, jangan terkejut saat mendapati ceritanya mengingatkanmu pada curhatan seorang teman atau malah pengalaman hidupmu sendiri. Ini tentang seseorang yang istimewa di hati. Yang tak bisa kamu lupakan, juga tak bisa kamu miliki.

Jadi, apa keputusanmu?
Kalau setelah penjelasan tadi kamu masih ingin membaca novel ini, tak ada yang lagi bisa aku katakan kecuali: selamat menikmati.

Dan selamat jatuh cinta.

CHRISTIAN SIMAMORA

All You Can Eat adalah karya Christian Simamora kedua yang aku baca setelah Coklat Stroberi (iya, ada versi filmnya juga). Aku penasaran sama novel Bang Ino kesepuluh ini karena . . apa ya? Aku cuma dapet info novel ini akhirnya tersedia di toko buku diskon langganan aku (@rumahbuku96) and I thought, why not? Agak random ya hehehehe. Alasan lainnya adalah sebuah kalimat yang menjadi teaser novel yang pernah ditweet Bang Ino dulu. Kalimat itu menjadi judul bab kedua. Mau tau? Liat aja di foto yang aku unggah di bawah. Now, let’s review the book ;)

All You Can Eat menceritakan Sarah, seorang penulis skenario, yang baru saja mendapat pengakuan selingkuh dari pacarnya, Rifat. Di bantu sahabat baiknya, Anye, Sarah mengeluarkan semua barang milik Rifat dari apartemennya. Anye juga memperbolehkan Sarah terbang ke villa keluarganya di Bali untuk memenangkan diri dan mencari inspirasi untuk menulis. Jandro, adik Anye yang lebih muda tujuh tahun, ternyata menjadikan villa tersebut sebagai tempat pelarian juga. Beda dengan Sarah, dalam kisah cintanya, cowok yang pandai memasak ini malah jadi selingkuhan. Dia memilih untuk putus daripada terus-terusan menjadi orang ketiga antara Nuna dan tunangannya. Kesamaan itu lah yang membuat mereka jadi dekat dan menghabiskan waktu bersama. Sarah tidak bisa menampik dia terpesona dengan Jandro yang sudah dewasa dan sukses dengan bisnis keluarga. Jandro juga diam-diam mengagumi teman kakaknya itu yang merupakan cinta pertamanya. Jandro pernah menyatakan cintanya saat masih mengenakan seragam putih biru dan dia ditolak. Apakah jika dia mencobanya lagi, Sarah akan tetap menolaknya?

“Hanya dengan mengubah penampilan, para klien dan karyawan pun jadi bertambah respek karena untuk pertama kalinya mereka melihat gue berdasarkan kerja keras yang gue lakukan dan bukan umur gue.” halaman 432

All You Can Eat ini di ceritakan dalam tiga sudut pandang, dari mata Sarah, Jandro dan Nuna (walaupun cuma sedikit). Untuk sudut pandang milik Sarah dan Jandro lucunya nggak ketulungan dan ehem! sangat dewasa hehehe. Sarah dan Jandro terus-terusan memikirkan bentuk fisik lawannya masing-masing. Deskripsinya itu bikin (aku) gerah banget. Gerahnya lebih-lebih dari nonton adegan *sensor* di series yang tayang di HBO. Jika menonton dalam bentuk audio visual, that’s that. Tapi ketika membaca dalam bentuk tulisan, imajinasi kita bisa sangat liar. Jadi untuk kalian yang belum cukup umur, tunda dulu rasa penasaran kalian atau minta pengawasan orang yang lebih tua. Dan pastikan orang yang mengawasi kalian itu tidak suka mikir yang aneh-aneh (kayak aku :p). Selain pikiran ‘modus’ Sarah dan Jandro, masih banyak koq hal menarik. Salah satunya adalah profesi Sarah sebagai penulis skenario FTV dan layar lebar. Sarah menjelaskan sedikit kenapa dia mau berkecimpung di dunia yang seringkali mementingkan rating. Atau kalo dari sisi Jandro, keterampilannya mengolah makanan di dapur. I found that skill very sexy. Bahkan aku langsung ngebet dan ikutan bikin omelette hehehehe.


Sayangnya, fisik yang terus-terusan ditonjolkan itu membuat aku ragu dengan keseriusan Sarah dan Jandro. Apakah mereka tertarik dari segi fisik saja? Jika mereka beneran serius dan berani mengambil langkah selanjutnya, mereka tidak akan ragu dengan perbedaan umur dan pandangan publik. Terus, masalah ‘Jandro kan adiknya Anye’ awalnya menarik dan menjanjikan. Tapi malah diselesaikan dengan cara yang sangat gampang. Berarti sebenernya itu bukanlah sebuah masalah sama sekali, uh? Lalu dalam penceritaan dari ketiga sudut pandang tersebut, entah deskripsi tempat, pikiran salah satu karakter, atau percakapan panjang, kadang ada icon smile, beberapa kata di cetak tebal dan tanda titik-titik yang panjang. Ya, aku sih ngerti kenapa ada hal semacam itu. Contohnya cetak tebal untuk memberi penekanan khusus pada kata tertentu dan tanda titik-titik itu menandakan ada karakter yang terdiam cukup lama, termangu atau melongo. Tapi kesannya jadi nggak professional dan rapi. IMO, hal ini agak mengangguk dan terkesan aneh. Untungnya temanya adalah cerita romantis yang disertain komedi. Jadinya rada ketutup lah.

Untuk menutup semua itu, All You Can Eat memberikan banyak hal selain cerita yummy dari Sarah dan Jandro. Ada paper doll yang dibuat berdasarkan dua tokoh utamanya. Tinggal gunting Sarah, Jandro dan pakaian mereka. Lalu mix and match deh. This is my works!


 Jandro vs Edward Cullen

Sarah vs Spencer Hastings

Dan di halaman paling akhir, ada kuis ‘Which J Boyfriend Should You Date?’ and my result is Jet from Good Fight. Hmm, menarik nih kayaknya. Kalo belum tau, Bang Ino selalu menggunakan huruf J sebagai huruf pertama cowok-cowok di novelnya yang lain. Entah kenapa. But surely, it becomes his trademark.

At last, All You Can Eat ternyata tidak bisa di ‘makan’ sama semua usia. Beruntunglah aku bisa membacanya novel yang memperlihatkan cinta dengan perbedaan umur yang jauh bisa berjalan dan bertahan. Asalkan pasangan tersebut tau apa arti dan tujuan hubungan tersebut. Why don’t you try to read it too? :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D