Pages

Monday, February 24, 2014

Menjadi Selamanya

Luna Torashyngu
256 halaman
Plotpoint, Desember 2013
Rp. 44.000,-

Bagi Jovanka Mileena menjadi sukses dan terkenal adalah segalanya. Setelah melalui perjuangan panjang, akhirnya Jovanka berhasil menjadi penyanyi. Sayangnya kenyataan pahit kembali untuk Jovanka: albumnya tak laku di pasaran, stasiun TV tak mempedulikan dia, dan manajernya berhenti demi penyanyi lain.

Ketika Jovanka mencari cara untuk tetap bertahan di industri musik, ia menemukan lagu "Melodi Rembulan". Mendadak sorot lampu panggung kembali meneranginya: terang dan menyilaukan. Namun kemudian kematian dan kejadian misterius mulai membayangi Jovanka. Kini semua membawanya ke sebuah pertanyaan: berapa harga yang pantas untuk menjaga keabadian?

Sesaat setelah melihat novel ini menumpuk di bagian New Arrival, aku langsung belinya. Kenapa? Karena ada nama Luna Torashyngu di cover-nya. Walaupun aku baru membaca beberapa karyanya seperti Lovasket dan D’Angel trilogy, dia adalah salah satu penulis kesukaanku. Aku menyukai gaya bahasanya yang lugas tapi tetap memberikan kesan. Tema yang diangkatnya juga mendobrak tren teenlit/young-adult yang biasanya tentang drama percintaan. Kali ini, dia menyimpan cerita sci-fi dan menawarkan cerita horor. Seperti apa jadinya? Let’s review it :)

Menjadi Selamanya menceritakan karir menyanyi Jovanka Mileena, atau biasa dipanggil Jo. Jo sempat menjadi peserta ajang pencarian bakat dan akhirnya meluncurkan album pertama. Untuk mencapai semua itu, Jo rela keluar dari Oval, band yang beranggotakan Leo, Echi, Tony dan Ryan bahkan bermusuhan dengan salah satu dari mereka. Ketika karir Jo mulai meredup, Cleo, teman dekatnya yang berprofesi sebagai jurnalis, menyarankan Jo untuk berlibur. Jo menurutinya tapi sialnya dia malah tersesat dan harus menginap di sebuah rumah sederhana di desa terpencil. Di sanalah Jo menemukan lagu berjudul ‘Melodi Rembulan’. Setelah diaransemen ulang, lagu itu sukses berat dan membawa kembali Jo ke puncak. Tapi kejadian-kejadian aneh nan misterius mulai menyerang Jo, orang-orang terdekatnya dan para penggemarnya. Satu hal yang menjadi kesamaan di setiap kejadian itu, jantung korban hilang.

pembatas bukunya unik :)

Menjadi Selamanya ternyata tidak seseram yang aku kira. Ceritanya bikin aku deg-degan, kadang kaget dan melotot di beberapa bagian, tapi, ya, hanya begitu saja. Padahal ceritanya yang dibungkus dengan tempo yang lumayan cepat memacu adrenalinku. Yang kusayangkan adalah penulisan dialog yang memusingkan, point of view (POV) yang dipakainya dan ketidakadaan footnote. Menurut buku-buku panduan menulis yang sudah aku baca, dialog yang diucapkan tokoh yang berbeda di taruh di paragraf baru. Tapi yang aku temui di sini adalah ucapan yang dikeluarkan satu tokoh (beserta penjelasan ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh) bisa hadir dalam tiga paragraf yang berbeda, pendek pula. Lalu untuk POV, yang pada bagian awal berasal dari sudut pandang Jo dan sisanya oleh Cleo, ini terasa kurang efektif untuk menghasilkan aura seram. Aku belum tahu POV mana yang cocok dipakai untuk cerita seram. Jadi ya, aku tidak bisa komentar lebih jauh. Dan untuk masalah ketidakadaan footnote, aneh sekali bukan kalau muncul tanda kurung yang berisi keterangan atau singkatan dalam sebuah dialog. kenapa tidak memilih menuliskan keterangan dalam bentuk footnote? Semua ini jelas membingungkan dan mengurangi keasyikanku membaca.

Walaupun begitu, novel ini tetap menarik. Hal yang paling menarik adalah pemakaian sejarah asli Indonesia sebagai asal mula kejadian-kejadian mistis tersebut. Apakah sejarahnya memang benar begitu adanya atau hanya dikarang demi kebutuhan cerita? Tapi tetap saja usahanya perlu diacungi jempol. Apalagi ya? Gaya bahasa yang lugasnya kusukai dan minimnya typo, hehehehe

At last, Menjadi Selamanya bisa menjadi pilihan untuk menantang diri sendiri, baik untuk menguji rasa takut dan pengetahuan kita akan sejarah Indonesia. By the way, entah mengapa aku berpikir ceritanya akan lebih bagus dan seram maksimal kalau disajikan dalam bentuk audio visual. Semoga aja ada PH yang tertarik untuk mengadaptasinya ya :D

2 comments:

  1. Saya pertama kali membaca karya Luna Torashyngu berjudul Beauty and The Best pas masih SMA. Dan dari novel itu saya ketagihan sama tulisan Luna, kemudian lanjut baca Lovasket series deh sampe sekarang. Padahal sudah bukan anak SMA lagi, tapi tetap saja saya membacanya karena saya suka tulisan Luna. Semoga dalam waktu dekat saya bisa membaca Menjadi Selamanya. Entah itu beli sendiri atau dapat pinjaman. :D

    ReplyDelete
  2. Halooo, yang penasaran sama buku ini bisa beli buku punyaku, kujual dengan harga murah. Cek https://twitter.com/23rdProject/status/477284604026437632

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D