Pages

Saturday, February 15, 2014

Pillow Talk

Christian Simamora
430 halaman
GagasMedia, 2013 (cetakan kesembilan, edisi repackege)
Rp. 65.000,-

Kami ‘bersahabat’ sejak kecil.

Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui ‘sahabat’, maka kata itulah kami.

Berbagi cerita, berbagi rahasia. Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.

Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?

Percayalah, ini lebih buruk dari sekadar patah hati.

Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.

Semenjak kesemsem sama omelette bikinan Jandro di All You Can Eat, aku jadi penasaran dengan novel seri JBoyfriend lainnya. Lalu muncul kabar Pillow Talk dicetak ulang membuat aku kegirangan sendiri. Sebelumnya Bang Ino, demikian si penulis sering disapa, melempar tiga opsi cover baru untuk novel yang aslinya terbit tahun 2010 ini dan betapa senangnya cover kesukaanku terpilih! Mari kita lihat, apakah isinya bisa se-‘ehem’ cover-nya? :p

Pillow Talk menceritakan persahabatan antara Emilia dan Joshua yang sudah terjalin dari kecil. Emi dan Jo, biasa mereka dipanggil, selalu berbagi dan selalu tahu cerita kehidupan masing-masing. Dari hal-hal tidak penting, masalah kerjaan sampai sex life. Hubungan mereka sangat dekat sampai membuat pacar masing-masing cemburu buta. Begitu Dimas, melamar Emi, Jo lah menjadi orang pertama yang ditemuinya. Jo tidak percaya Emi yang sudah lama menganut open-relationship, serius dengan hubungan monogaminya dengan cowok yang lebih tua 15 tahun dan berpikir untuk menikah. Jo ingin melarang Emi tapi dengan itu dia akan membeberkan bahwa selama ini dia memendam perasaan khusus, lebih dari sahabat, terhadap Emi. Tanpa Jo ketahui, Emi juga sempat memendam rasa untuk Jo. Semua itu tetap tersimpan dengan rahasia karena keduanya mengetahui bahwa hubungan sahabat-jadi-pacar membuat Emi trauma. Jadi kesempetan mereka untuk menjalin hubungan lebih jauh sudah tertutup rapat.

“Aku sebenernya pengen ngelupain kamu – beneran pengen banget. Tapi kalo aku ngelupain kamu . . . aku juga lupa caranya bahagia.” – halaman 420

Emang sih cerita sahabat-jadi-pacar dalam Pillow Talk ini bukan sesuatu yang baru lagi, tapi dengan balutan humor dan sisi ‘dewasa’, hal itu masih bisa dinikmati. Sayangnya, aku merasa ceritanya terlalu dipanjang-panjangkan. Seperti tokoh yang, bisa dibilang, hanya sekali lewat dibahas habis-habisan atau pergolakan batin Emi dan Jo terlalu didramatisir. Cerita baru mulai terasa bergerak *thank God* mulai halaman 100an. Tapi aku tetap enjoy koq bacanya. Selain cover-nya, aku juga senang dengan isinya yang sesuai dengan harapanku. Deskripsi fisik karakter yang bikin mikir yang ‘aneh-aneh’, bagian-bagian ‘panas’ yang bikin kipas-kipas dan lainnya hehe *dirty mind*. Favorite part? Ketika Emi dan Jo liburan di Bali dong :p

Pembuka bab dan judulnya yang sama ‘ehem’-nya dengan cover :p

Nggak tega ngegunting paperdoll-nya!

Aduuh, aku merasa telat banget ya baru baca novel ini sekarang. Tidak hanya karena melewatkan ceritanya yang asyik, tapi juga aku agak nggak nyambung sama referensi popular culture-nya yang kebanyakan udah nggak populer lagi. Jika aku membacanya empat tahun yang lalu, mungkin semua itu akan lebih menarik dan mendukung cerita. But better be late than never. Di novel ini aku menemukan cara menyampaian yang mirip-mirip dengan All You Can Eat (iyalah, penulisnya kan orang yang sama). Dari kata-kata yang dicetak tebal, icon smiley (J L) dan dialog kosong (“…”) bertebaran di mana-mana. Untuk dua hal pertama, aku nggak masalah sih, mereka malah memberi efek lucu dan pengen ketawa. Tapi untuk yang terakhir, agak berlebihan dan pemborosan, ya. Aku terpaksa harus menghitung dan memastikan siapa yang berbicara duluan setelah aksi diam-diaman itu. Kenapa tidak menulis “Emi tidak mampu menjawab” atau “Jo terdiam sejenak”?. Ah, mungkin sudah ciri khasnya. What else? Typo, tanda baca, nama yang tertukar dan aku dapet halaman 223-224 ekstra. Hmm, edisi repackage ternyata belum tentu edisi revisi :o


At last, jangan lihat ide lama yang ditawarkannya, tapi lihat Pillow Talk sebagai novel yang dapat menghibur, kocak dan . . um, sexy. Cocok untuk kamu-kamu yang pengen dibuat melayang-layang sama kesetiaan dan perhatian dari Jo. Ah, seri JBoyfriend ini semacam guilty pleasure buatku. Nggak sabar nungguin seri selanjutnya yang memang berjudul Guilty Pleasure :D

2 comments:

  1. Emang Jboyfriend itu singkatan apa sih, kak? Japan-boyfriend? ._.

    *nggak pernah punya buku Gagas soalnya, jadi nggak tahu xD

    ReplyDelete
  2. JBoyfriend itu artinya cowok-cowok yang dijadiin pacar dan punya nama huruf pertama J ;D

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D