Pages

Friday, May 23, 2014

Jeda Dalam Koma

Padma Alina
292 halaman
Plotpoint, Maret 2014
Rp. 49.000,-

Rifka adalah cewek yang mungkin kamu kenal. Tujuh belas tahun, cewek baik-baik, tak pernah jadi pusat perhatian, namun selalu percaya, dia punya hidup yang sempurna. Dia percaya kalau hidupnya bergulir karena cinta; Cinta orangtuanya dan cinta pacar sejak SMP-nya: Vino.

Bersama Vino, Rifka mengerti arti ‘sempurna’. Vino yang setia, juga teman baiknya. Vino yang selalu ada di waktu padat atau jedanya. Vino adalah masa lalu, kini dan depannya. Tapi sekarang Vino koma, dunia Rifka seketika berubah. Keinginannya merawat Vino justru mengungkap fakta baru: Vino dan cinta mereka tak seperti yang dia tahu.

Ada yang lucu soal novel Jeda Dalam Koma ini. Aku ngeliat novel ini di Rumah Buku. Seperti biasa, kehadiran novel terbitan Plotpoint ini agak mengagetkan karena katanya masih coming soon, eh ternyata udah ada di toko buku, diskon pula. Sempet ada keinginan untuk membeli ini. Tapi akhirnya batal deh karena aku udah punya daftar belanja buku khusus (yap, harus tegas demi dompet hehe). Beberapa hari kemudian, aku dapet kiriman paket dari penerbit. Katanya sih mereka mau ngirim buku buat contoh menulis yang baik. Aku kira bakal buku non fiksi tentang kepenulisan, semacam teori gitu. Eh, taunya novel ini hehe. Now, let’s review it ;)

Rifka merasa sedih saat mengetahui pacarnya sejak SMP, Vino, kecelakaan motor dan koma. Dia juga merasa bersalah karena sebelumnya marah dan kesal dengan kelakuan Vino yang sedikit berubah, tidak mau mengantarnya daftar beasiswa dan mengingkari janji demi main futsal. Untuk menebusnya, dia rela menunggui Vino di rumah sakit selama berhari-hari. Di malam-malam itu, dia menemukan hal-hal ganjil tentang penyebab komanya Vino. Dia juga terganggu dengan isi ponsel pacarnya, yang dia dapat dari suster rumah sakit, yang memuat foto perempuan seksi yang sepertinya diambil diam-diam. Rifka lalu mencurahkan kegelisahannya pada sebuah program radio kesayangannya. Nindy, penyiar radio tersebut, dengan senang hati membantu Rifka. Dia sampai member Rifka trik masuk sebuah klub malam dan mencari perempuan seksi itu.

Jeda Dalam Koma ini oke banget. Ceritanya berbeda membuatku sedikit berpikir. Gila, ya, pacaran Rifka dan Vino ini serius banget untuk umur mereka yang masih muda. Pacarannya sih bisa dibilang sehat. Mereka saling membantu soal bidang akademik, saling dukung, selalu bareng kemana-mana dan kayaknya nggak macem-macem. Tapi aku ragu tuh, mereka emang nggak ngapa-ngapain, ya? Nggak ada reaksi hormon remaja yang lagi naik-naiknya, gitu? Sikap kedua orangtua mereka juga bikin aneh, mereka mendukung banget hubungan itu, sampe bilang calon menantu segala. Tapi ternyata, semua itu punya twist di ujungnya. Baca sendiri deh hehehe. Khusus untuk Rifka, aku juga merasa kasihan saat dia menyadari kalo dia terlalu banyak menghabiskan waktu buat Vino. Dia sampe bingung mau ngapain saat istirahat karena nggak biasa pergi ke kantin dengan orang lain kecuali Vino. Ckckck, separah itukah pacaran mereka :O

Pembatas bukunya unik, as always

Selain cerita, aku juga suka gaya bahasa yang enak dibaca, deskripsi lugas nan jelas dan selipan trend masa kini seperti ponsel yang kini jadi barang yang sangat pribadi, acara curhat di radio (sampe sekarang masih jadi trend, kan) dan curhat sekaligus minta dukungan di jejaring sosial semacam Twitter. Semua itu tak disangkal memang jadi gaya hidup remaja dan dewasa muda zaman sekarang. Kalo orang sealam dunia nyata dan maya belum tau, kayaknya nggak berarti deh hal segede apapun hihihi.

Cuma, ada satu hal yang kurang aku suka, yaitu penulisan dialognya. Dialog antara dua orang, contohnya Rifka dan Nindy, ditulis tanpa keterangan seperti ‘jawab Rifka’ atau ‘sahut Nindy’. Keterangan tersebut emang nggak harus dicantumin sih and I’m fine with that. Tapi aku pengen tau reaksi dan pikiran yang lagi ngorbol itu, misalnya abis dialog ada keterangan tingkah laku si tokoh seperti ‘Rifka ternganga’ atau ‘Nindy mengerutkan kening’, ya semacam itulah. Jadi nggak dialog doang. Soalnya aku kadang agak pusing nentuin ini siapa yang ngomong. Aku biasanya baca ulang untuk memetakan urutan tokoh mana yang lagi ngomong hehe.  Selain itu, aku kurang suka endingnya. Bagian penyelesain konflik utama menuju ending cerita terlalu cepat dan terlalu singkat. Aku sampe bertanya, ‘udah beres, nih?’ ;p

At last, Jeda Dalam Koma ini menarik untuk dibaca. Memang sih untuk cara penulisan dialognya agak membingungkan, tapi nggak ngaruh ke ceritanya yang rame dan punya twist oke. Recommended! ;D

8 comments:

  1. Nice review kak!
    Aku jadi masukin buku ini ke to-buy-list aku hehehe.
    Btw, minat tukeran link? Will be really glad if you do. xoxo

    ReplyDelete
  2. Done! Link blog kamu udah ada di daftar Blogwalkers. Thanks udah nyimpen link blog aku juga ;D

    ReplyDelete
  3. saya suka ceritanya tapi kok sesetia itu si Rifka sama Vino,sampai-sampai Vino sakit jadi bingung ke kantin sendiri.Cocok dengan keadaan anak zaman sekarang heheh :D

    ReplyDelete
  4. realita anak sekarang banget deh :)..penasaran lengkapnya, tapi udah terlanjur pilih buku yang lain:)

    ReplyDelete
  5. Aduh aduuuh. Bintang empat itu gak main-main ya kak! Aku jd pengen baca, terlepas dr kekurangan penjelasan gelagat tokoh, but I really love twist in ending. Aku gak peduli mau Sad atau Happy, tp klo cerita ini punya alur tak tertebak. Itu artinya penulis sukses >_<

    ReplyDelete
  6. aaaa, jadi pengen baca. penasaran abisssssss

    ReplyDelete
  7. Ini gak ada profil tentang penulis kak?

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D