Pages

Monday, May 19, 2014

Tulis Nusantara Workshop: Bandung

Setelah berganti-ganti infomasi lokasi, Tulis Nusantara akhirnya ngadain workshop penulisan di Bandung, tepatnya di Gedung Badan Kesejahteraan Masyarakat di jalan Burangrang, hari Sabtu minggu lalu, 17 Mei 2014.

Aku sampe di tempat acara sekitar jam 11 kurang 15 menit dan menjadi pendaftar kedelapan. Setelah kegirangan sendiri dengan seminar kit-nya, aku masuk ke ruangan dan menunggu sambil baca-baca. Sampe jam 11 lebih, peserta yang datang tidak bertambah dan acarapun dipastikan ngaret. Untungnya aku ketemu dengan Nay, temen kelas #tantanganmenulis, yang ternyata udah dateng dari tadi. Kita ngobrol banyak tentang penerbit, naskah masing-masing dan bertanya-tanya kenapa acara belum dimulai juga. Setelah adzan dzuhur berkumandang, beberapa orang datang dengan bawaan yang lumayan dan tak disangka ketemu temen kelas #tantanganmenulis yang lain, Andi, acarapun dimulai.

Sambutan dari perwakilan Kemenparekraf (tengah), ditemani Mbak Mira (kiri) dan Mas Arif (kanan)

Setelah sambutan singkat dari perwakilan, sesi pertama diisi oleh Mas Arief dari Plotpoint. Pertama-tama, Mas Arief memberi penjelasan sejarah singkat tentang Plotpoint. Setelah itu mulai membahas Kearifan Lokal yang menjadi tema penulisan lomba Tulis Nusantara. Satu persatu dimintai pendapatnya tentang tema tersebut, sampai tiba ke sebuah kesimpulan. Kearifan Lokal didefiniskan sebagai cara bijak untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berkaitan dengan lokal, misalnya di kota Bandung. Lalu Mas Arief memberi contoh masalah yang berkaitan erat dengan Bandung dan tentunya tidak bisa ditemui di kota lain. Lucunya, saat pencarian contoh tersebut, Mas Arief ternyata punya pengalaman yang sama dengan salah satu peserta karena sama-sama UNPAD Jatinaggor dan ngekos di tempat yang berdekatan.

Mas Arief (Plotpoint) mengisi materi di sesi pertama

Setelah selesai menjelaskan dan semua mengerti betul tentang tema lomba Tulis Nusantara tahun ini, Mas Arief mulai membahas bagaimana membentuk cerita. Cerita dimulai dengan sebuah masalah. Untuk mencobanya, Mas Arief meminta peserta untuk memikirkan tiga hal, kondisi awal mula cerita, kondisi akhir cerita dan apa yang menyebabkan kondisi awal cerita berubah menjadi kondisi akhir cerita. Contohnya nih, mengambil dari dongeng Little Mermaid.

Kondisi awal mula cerita: Putri Duyung tinggal di dasar laut yang damai
Kondisi awal akhir cerita: Putri Duyung menjadi buih
Apa yang menyebabkan kondisi awal cerita berubah menjadi kondisi akhir cerita: Cinta Putri Duyung kepada Pangeran di daratan bertepuk sebelah tangan.

Sesederhana itu, kan? Tiga hal itu lalu dikembangkan menjadi cerita yang lebih panjang dengan menambahkan deskripsi tokoh Putri Duyung dan Pangeran, setting laut dan daratan, dan lainnya.  Hal penting lainnya, harus ada perubahan penting sehingga membuat cerita bergerak.

Setelah itu, Mas Arief mengajak semua peserta untuk berlatih menulis. Ada tiga latihan yang dicoba, menulis deskripsi tanpa karakter (foreshadowing) seperti mendeskripsikan ruangan dari gelap ke terang tanpa ada tokoh di sana, lalu deskripsi dengan karakter kecil seperti kenakalan kucing membuat surat penting terbuang dan deskripsi karakter utama seperti pegulatan batin seseorang yang akan bunuh diri. Jujur, aku agak kesulitan saat sesi latihan ini. Dalam lima menit penuh ketegangan itu, aku cuma berhasil menulis beberapa kalimat. Saat peserta lain ditunjuk untuk membacakan tulisan mereka, aku juga sedikit minder karena mereka yang menggunakan bahasa kiasan dan diksi yang wah. Ini sepertinya membuat seorang peserta, kalo nggak salah namanya Laila, bertanya tentang hal tersebut. Jawaban Mas Arief adalah membaca yang banyak, terutama jenis gaya bahasa yang ingin ditiru.

Kartu-kartu dari Mbak Mira (Grasindo) di sesi kedua

Setelah sesi dari Mas Arief selesai, Mbak Mira dari Grasindo mengambil alih. Kalo sebelumnya lebih banyak ke proses kreatif penulisan, kali ini lebih banyak sharing informasi tentang penerbitan. Lima jenis kartu ukuran sedang dibagikan. Masing-masing kartu memuat informasi singkat tentang penulisan dan penerbitan. Mbak Mira lalu bercerita tentang pihak Grasindo yang bergabung dalam acara Tulis Nusantara dan akan menerbitkan karya para pemenang lomba. Mbak Mira juga menjawab beberapa pertanyaan seputar penerbitan seperti apa yang dicari penerbit, keunikan naskah sampai kriteria buku best-seller. Di akhir sesi, Mbak Mira membagikan buku-buku fiksi dan non fiksi terbitan Grasindo yang sebelumnya dijadikan contoh karya. Semuanya langsung ke depan dan rebutan buku. Aku udah takut nggak kebagian, jadi pasrah aja nyelipin lengan di antara tubuh peserta lain dan ambil buku apa aja yang pertama aku pegang. Taunya aku dapet buku Fira & Hafez karya Fira Basuki. Aku seneng banget! Aku udah lama pengen baca buku ini. Nggak hanya karena nama penulisnya tapi juga karena beberapa hari lalu aku mendengar kabar kalau ceritanya akan diangkat menjadi film. Wuhuuuuu!

Hasil rebutan buku :p

Jam empat lewat sekian menit, acara workshop Tulis Nusantara di Bandung selesai. Puas banget. Ketemu temen, dapet ilmu baru dan buku gratis, hehehehe. Aku juga jadi pengen ngirim tulisan ke lombanya. Bagi yang nggak sempet ikutan workshopnya di kota masing-masing, kalian masih bisa ikutan lomba menulis Tulis Nusantara-nya koq. Coba cek linimasanya @TulisNusantara untuk syarat dan ketentuannya. Inget deadlinenya 7 Juli 2014 :)

3 comments:

  1. ane di bandung tpi ga tau ternyata ada workshop menulis tulis nusantara hufttttttt

    ReplyDelete
  2. Sayang banget. Kayaknya beritanya emang kurang tersebar. Kemaren pesertanya juga sedikit.

    ReplyDelete
  3. Wah sekali-kali pengen ikutan acara beginian semoga ntar bisa ikutan deh biar nambah ilmu :))

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D