Pages

Wednesday, April 29, 2015

Metropolis

Windry Ramadhina
354 Halaman
Grasindo, 2013
Rp. 55.000,-

Setiap kota punya sisi gelap dan di sana mereka—mafia—berpesta.
Bram, polisi muda yang cerdas, anak seorang pecandu yang mati dibunuh pengedar. Miaa, perempuan misterius yang tidak pernah memiliki ayah. Johan, laki-laki yang lahir di kalangan mafia dan punya banyak piutang nyawa. Indira, perempuan berhati bersih, orang yang salah di tempat yang salah.

Keempatnya tenggelam dalam kegelapan metropolis, di tengah-tengah konflik antargeng pengedar narkotika Jakarta. Tapi, mereka tidak hitam, bukan pula putih sepenuhnya. Mereka manusia biasa yang punya ambisi, memendam niat buruk, melakukan kesalahan, serta merasakan benci dan cinta.

Sebenarnya bulan ini untuk tantangan membaca author wish-list, aku berencana membaca karya John Green. Tapi di Pittimos, buku-bukunya selalu dalam status dipinjam atau telat dikembalikan. Sangat membuatku kesal!Aku lewati saja dan mengambil karya penulis lain, Metropolis. Buku ini jadi semacam pembuka untuk bacaanku di bulan Mei yang bakal seputar action, thriller, misteri, pokoknya jauh dari kisah cinta berbunga-bunga. Now, let’s review it :D

"Hanya tersisa empat dari dua belas, Blur! Waktu kalian tidak banyak!" – halaman 49

Satu persatu pemimpin Sindikat 12, kelompok penguasa perdagangan narkotika di Jakarta, mati mengenaskan. Semula, mereka duga ini adalah perseteruan biasa antara penguasa wilayah 11 dan 10. Tapi kemudian kematian selanjutnya muncul dan mengisyaratkan sebuah pembunuhan berantai. Agusta Bram, Inspektur Sat Reserse Narkotika Polda Metro Jaya, menyelidiki kasus tersebut bersama asistennya, Erik. Bram tidak bisa dibilang polisi jujur karena dia kerap barter informasi dengan Ferry Saada, penguasa baru wilayah 10. Dia juga tak segan melanggar pedoman untuk mendapatan bukti yang lebih besar. Langkahnya agak tertahan dengan kehadiran Burhan D. Saputra, sebagai atasan barunya.

Bram berada di lokasi kejadian saat pembunuhan selanjutnya terjadi. Dia sempat mengikuti sang pelaku lalu bertemu dengan Miaa. Perempuan yang merupakan mantan polisi itu melakukan penyelidikan yang hampir sama dengan Bram. Dia selalu selangkah lebih maju dari Bram karena mendapat informasi dari seseorang yang menggunakan nama frank_sinatra13. Informasi itu membawanya kepada Aretha dan Johan. Ancaman yang Johan keluarkan memaksa Miaa menjadi sekutunya. Tapi Johan tidak sekuat yang dibayangkan. Dia beberapa kali harus meminta bantuan dari Indira.

"Mereka tidak harus saling membunuh demi masa lalu atau berebut wilayah bisnis. Jika memang mereka harus berhadapan, maka hal itu akan menjadi permainan semata, adu cepat, adu culas, dan tidak ada yang lebih disukainya daripada sebuah permainan." – halaman 214

Metropolis menyajikan cerita penuh ketegangan, tokoh-tokoh dengan latar belakang menarik, twists yang super oke dan memberikan warna baru untuk pikiranku yang terlalu banyak mengonsumsi kisah romantis hehe. Semula aku kira ceritanya berat karena topiknya cukup serius. Tidak mungkin menikmatinya di saat kondisiku yang capek (as usual). Tapi semuanya tidak terjadi. Istilah-istilah kepolisian, narkotik dan sebagainya dijelaskan dengan baik dan mudah dimengerti, membuatku semakin terpacu untuk membaca halaman berikutnya dan seterusnya. Setiap kebenaran yang terungkap tidak ‘membantu’-ku memecahkan misterinya. Jadi saat pelaku utamanya muncul, aku benar-benar terkejut sekaligus puas. Selain itu, aku suka dengan keempat tokoh yang menjadi pusat cerita. Setiap masa lalu yang mereka membawa peran tersendiri pada pembunuhan berantai itu. Mereka dihadirkan satu persatu yang tidak hanya membuat misterinya semakin kusut, tapi juga memberikan petunjuk-petunjuk penting. Tokoh favoritku dari empat orang itu adalah Bram karena aku selalu suka saat penulis menjadikan laki-laki sebagai tokoh utamanya. Penulis yang merupakan seorang perempuan bisa membawa sisi maskulin sang tokoh, lebih dari penulis laki-laki. Aku juga berharap aksi Bram dilanjutkan kembali dan jadi novel seri tentang polisi kotor nan karismatik hehehe.

Novel ini adalah awal yang bagus dan memantapkan diriku untuk membaca tema serupa di bulan Mei nanti. Aku yakin bisa melahap cerita rumit berturut-turut. Tapi kedepannya, aku harus memberikan perhatian yang lebih banyak pada detail kecil yang cukup penting dan tidak mengabaikannya seperti yang kulakukan pada pola pembunuhan berantai. Honestly, aku belum ngerti sampai sekarang dan tidak mau repot-repot mencari tahu. Aku abaikan karena pola itu bukan inti dari ceritanya (atau sekedar malas dengan angka-angka). Dibandingkan pola itu, aku lebih tertarik pada petunjuk-petunjuk lain dan bagaimana mereka dipecahkan. Tapi aku merasa tempo dan ketegangannya agak mengendur di tengah-tengah cerita, bukannya memuncak. Naik turunnya sih masih terasa, apalagi saat satu persatu dari empat yang utama itu dimunculkan. Hanya saja para tokoh terasa jauh dari sisi emosional. Mereka terlalu fokus pada kasus, tidak ada ruang untuk merasa terancam atau ketakutan yang disebabkan hal personal. Jadi setelah cerita latar belakang mereka yang begitu menyakitkan, sudah saja. Memang ada satu dua hal yang membuat pikiran mereka teralih, tapi sedetik kemudian kembali menjadi detektif. Mereka jadi terasa dingin seperti robot.

Untuk bagian teknis, seperti biasa aku suka dengan gaya tutur sang penulis. Tapi ada yang sedikit berbeda di sini. Di karya-karyanya yang terbit tahun 2012 sampai sekarang, deskripsi setting dan fisik tokoh kental. Sedangkan di sini, novel yang pertama kali terbit tahun 2009, tidak sedetail itu. Mungkin ada perubahan metode yang dipakai atau hanya karena berbeda penerbit. Selain itu banyak ilustrasi yang sederhana tapi sangat membantuku lebih mengerti kasus pembunuhan berantai dalam dunia itu. Sedikit sia-sia sih mengingat aku menolak mengerti polanya. Walaupun tidak terlalu peduli, aku tetap merasa agak yang kurang. Yang sudah baca, ada yang mau menjelaskannya padaku? ;p

At last, Metropolis memberiku pengalaman baru dengan cerita kejahatan lokalnya yang penuh twist bagus. Dengan gaya menulis yang enak dibaca, kerumitan kasusnya bisa menghibur sekaligus dimengerti dengan mudah. Tokoh-tokohnya membuatku jatuh hati sehingga aku ingin cerita mereka dilanjutkan dalam sebuah seri khusus. Semoga penulisnya bisa mengabulkannya, ya, hehe. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D