Pages

Wednesday, May 13, 2015

Remedy

Biondy Alfian
207 Halaman
Ice Cube Publisher, Februari 2015
Rp. 48.000,-

"Lo yang nemuin dompet gue, kan?" tanya Navin.

"Ya," jawabku.

"Berarti lo sudah lihat semua isinya?"

"Ya," jawabku lagi.

"Berarti lo sudah-"

"Melihat kedua KTP-mu?" tanyaku. "Sudah."

Navin menarik napas panjang. Kedua matanya melotot padaku. Rahangnya tampak mengeras.

Ada yang aneh dalam diri Navin, si anak baru itu. Tania tidak sengaja menemukan dompetnya di tangga sekolah dan melihat di dalamnya ada dua KTP dengan data-data yang sama, hanya berbeda nama. Satunya tertera nama Navin Naftali, satunya lagi tertera nama Budi Sanjaya. Selain itu, ternyata Navin sudah berumur 20 tahun. Apa yang dilakukan seorang pria berumur 20 tahun di SMA? Sebagai seorang murid pula. Tania memutuskan untuk mencari tahu kebenaran tentang identitas ganda Navin. Sementara itu, Navin juga penasaran dengan sosok Tania yang kini mengetahui rahasianya. Karena sepertinya gadis itu punya rahasia yang lebih besar darinya.

Remedy adalah salah satu pemenang dari lomba menulis bertema Young Adult Realistic Novel (YARN). Satu persatu naskah pemenang lain terbit dan cover cantik nan uniknya berseliweran di Goodreads. Aku jadi penasaran dan pengen baca dong! Tapi bingung mau mulai dari novel yang mana, apalagi waktu itu pilihannya semakin banyak. Pertanyaan itu terjawab oleh salah satu penulisnya, yang sangat baik hati mengirimkan sebuah novelnya untukku. Now, let’s review it :D

"Andai saja semua emosiku dapat kukuras hanya dengan menangis. Mungkin aku tidak usah selalu bingung akan kedua lenganku. Tak usah berhati-hati agar tidak membuat goresan yang lebih panjang dari lengan baju seragamku. Tak usah khawatir kalau aku mengangkat tangan lalu lukaku terlihat tanpa kusadari." – halaman 41

Semenjak mamanya meninggal dunia, Tania mempunyai kebiasaan mengoreskan pisau pada kedua lengannya. Tidak ada seorang pun yang tahu, ditambah papa Tania bekerja di luar pulau Jawa. Selain itu, demi menghindari rumah, Tania sering menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan sepulang sekolah. Saat uangnya tidak cukup untuk jalan-jalan di mall, Tania menemukan sebuah dompet dengan isi yang menggoda. Selain uang, ada dua KTP dengan data yang sama, tapi nama yang terteranya beda. Tania tidak mempedulikannya sampai seorang murid baru muncul dan punya nama yang sama dengan salah satu KTP itu.

Setelah kehilangan dompet, Navin Naftali sibuk mengurus segala surat dan laporan untuk segala kartu yang ada di sana. Hal yang paling menganggunya adalah KTP lama yang ikut hilang dan beresiko menghancurkan hidup barunya di sekolah. Kekhawatiranya semakin tinggi saat melihat seorang siswi tak dikenal mengembalikan dompet dan kemungkinan sudah melihat KTP itu. Navin sempat mengancam Tania untuk tidak menyebarkannya. Reaksi acuh tak acuh dari Tania melegakan sekaligus membingungkan. Untuk berjaga-jaga, Navin mengawasi pergerakan Tania. Salah satu caranya adalah memaksanya masuk panitia acara Porseni.

"Kamu bilang ingin maju ke depan, kan? Menyelesaikan urusan masa lalu itu modal yang baik untuk maju ke depan." – halaman 85

Karena dikasih dari penulisnya, aku sempat takut tidak menyukai cerita Remedy ini. Kritikanku sering kali terlalu pedas sampai aku sendiri merasa sangat bersalah. Terus aku juga lagi kecapekan (alasan basi, dhyn), jadi jadwal baca dan reviewnya agak telat. Untungnya aku menyukai cerita Tania dan Navin ini. Sangat suka malahan! Saat membaca ulang beberapa bagian, untuk menulis review ini, aku menemukan detail yang semula terabaikan dan lebih memahami apa pesan yang ingin disampai. Jadinya semakin suka, lupa deh sama capeknya :D Gaya menulisnya yang mengalir, dua sudut pandang yang menarik, dan chemistry antara Tania dan Navin membuatku terus membaca dan menikmati ceritanya. Aku suka bagaimana mereka saling ‘menyembuhkan’ satu sama lain secara tidak sadar. Suasana remajanya juga sangat terasa dan berhasil membuatku merasa tua, hahaha. Banyak dialog yang lucu yang berhasil membuatku tertawa! Bagian kesukaanku adalah saat Tania memergoki baju Navin yang tak dikancingkan. Komentar datar Tania membuatnya sangat lucu. Seperti agak mesum, tapi sebenarnya tidak koq ;p


Sampai pertengahan cerita, rahasia Navin tidak tersentuh sama sekali. Aku tidak ambil pusing sih karena sudah cukup senang dengan apa yang ada. Tapi rahasia Navin itu adalah awal mula dari segalanya. Kalau ternyata tidak memenuhi ekspetasiku, walaupun aku tidak memasangnya, semua kesan di awalnya akan hancur. Aku nantinya malah kecewa.

Untungnya itu tidak terjadi.

Rahasia Navin memang sangat tidak terduga tapi tidak mengecewakan. Bagiku pribadi, ‘dua kata’ di halaman 159 menyelamatkannya dan ada kejutan dari Tania yang tidak aku antisipasi sama sekali. Apa dan bagaimana dua kebenaran itu terungkap terasa agak mendadak. Aku benar-benar tidak pernah berpikir ke sana. Tapi seperti yang tulis di atas, banyak petunjuk kecil yang mengarah ke sana yang baru terlihat olehku. Semuanya masih terbilang umum dan tidak mengarah ke satu permasalahan khusus. Jadi, wajar saja kalau aku kaget.

Penyelesaiannya konflik dari terungkapnya rahasia itu memang tidak sebesar dan seribet yang kubayangkan. Banyak yang bilang ending-nya agak terburu-buru dan terkesan selesai begitu saja. Lagi-lagi aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena aku bisa ‘nyambung’ dan mengerti dengan perasaan dua tokoh utamanya. Lagian ada pesan yang bagus koq yang kudapat, yaitu memberi kesempatan untuk diri sendiri. Kita pantas koq untuk mendapatkan yang lebih baik, apapun yang terjadi di masa lalu. Mungkin terdengar sepele atau malah naif, tapi sangat ngena buatku.

Sebesar apapun aku menyukai cerita sebuah novel, selalu ada yang aku pertanyakan. Dengan umur segitu, kenapa Navin tidak sekalipun dicurigai teman-temanya? Apa dia punya wajah yang terlihat muda atau malah tua? Lalu aku mengerti dengan pembaca lain yang berpendapat cerita ini kurang geregetnya. Rasanya kurang ada pendekatan antara pembaca dan tokoh-tokohnya. Aku tidak tahu harus menjelaskannya bagaimana, yang pasti tidak ada sesuatu yang khas, seperti fisik atau kebiasaan, dari mereka. Tidak ada yang menonjol dan berkesan dari mereka. Dan terakhir, aku menyesalkan ukuran huruf nama penulis dan nomor halaman yang kelewat kecil -.-


At last, Remedy menceritakan dua orang remaja yang mengalami masa lalu menyakitkan dan saling menyembuhkan dengan menarik sekaligus menghibur. Gaya penceritaan dan chemistry para tokohnya sangat baik. Pesan yang disampaikan sederhana tapi tetap menyentuh. Karya penulis selanjutnya pasti aku tunggu. Recommended! :D


Watch me on YouTube

1 comment:

  1. Beh, dibikin penasaran sama isi novel "Remedy" itu, kak :D

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D