Pages

Monday, August 3, 2015

3 (Tiga)

Alicia Lidwina
320 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015
Rp. 68.000,-

“Selama seseorang masih memiliki sesuatu untuk diperjuangkan, dia tidak akan bunuh diri. Kecuali jika memang bunuh diri adalah satu-satunya cara mempertahankan apa yang dia perjuangkan.”

Kalimat Hashimoto Chihiro membekas di kepala Nakamura Chidori, bahkan setelah perempuan itu bunuh diri. Apa sebenarnya yang mengubah pandangan hidup Hashimoto sampai dia mengakhiri hidupnya? Mungkinkah karena Nakamura tidak pernah menepati janjinya? Mungkinkah karena Nakamura menyimpan perasaan kepada Sakamoto, yang seharusnya merupakan sahabat mereka?
Setelah tujuh tahun tidak bertemu, Nakamura harus kembali berhadapan dengan masa lalunya. Di antara memori akan persahabatan, janji yang diingkari, impian, dan cinta yang tak berbalas, tersembunyi alasan kepergian Hashimoto yang sebenarnya.

Aku mendapat tawaran untuk mereview 3 (Tiga) dari temanku. Begitu baca sinopsisnya di Goodreads, aku langsung tertarik (atau aku memang suka novel gratisan hehe). Saat novelnya datang, aku langsung membacanya dengan cepat. Sebenarnya bisa langsung habis dalam satu hari, tapi aku sengaja tahan-tahan. Kenapa? Let’s review it :D

"Ada yang pernah berkata bahwa manusia yang dalam detik-detik terakhir kehidupannya bahagia, akan terlihat seolah sedang tertidur pulas saat meninggal. Kemudian aku melihat jenazahnya, sebelum orang-orang membawanya untuk dikremasi. Dan jenazah Hashimoto Chihiro tidak tersenyum." – halaman 13

Setelah tujuh tahun berlalu, Nakamura Chidori bertemu lagi dengan Hashimoto Chihiro. Sahabatnya itu sudah dalam keadaan tak bernyawa setelah melompat dari atas gedung sekolah. Pesan berupa tiga buah goresan berbentuk angka tiga di lantai atap gedung tersebut membuat Inspektur Yamamura menduga ini bukan kasus bunuh diri. Di upacara pemakaman, Nakamura bertemu Sakamoto Takahiro, sahabat mereka yang lain. Nakamura yang lelah akhirnya menginap di apartemen Sakamoto. Dia juga meminta agar Sakamoto mengizinkan dia tinggal di sana karena dia sedang kesulitan ekonomi dan terancam terpecat dari pekerjaannya. Sakamoto mengiyakan karena dia tinggal sendirian setelah bercerai dari istrinya, Mayumi.

Tiga hari dari setelah pemakaman, Hashimoto datang mengunjungi Nakamura. Ini terjadi saat Sakamoto pergi bekerja. Bayangan Hashimoto yang selalu mengintai dan menyapa, membuat Nakamura ketakutan dan terus teringat dengan pengkhianatannya, yang kemungkinan besar menjadi penyebab kematian Hashimoto. Setelah beberapa hari, Nakamura berani mengajak Hashimoto bicara. Dengan ekspresi yang sudah Nakamura kenal, bayangan Hashimoto mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke suatu tempat yang lebih dekat dengan langit. Itu membawa Nakamura ke masa-masa lalu, ketika dia pertama bertemu Hashimoto dalam kursus menggambar, berkenalan dengan Sakamoto yang belum menjadi siswa populer, kemudian mereka menjalin persahabatan, dan memperjuangkan sebuah impian bersama.

"Jangan menanggalkan hal-hal yang baik, Nakamura. Jangan sekalipun melakukannya. Kalau kau melakukannya, bukan saja kau kau akan kehilangan hal-hal tersebut, tapi lebih buruk lagi, mereka akan menjadi kenangan." – halaman 136

Walaupun sinopsisnya terkesan seram, aku tegaskan kalau 3 (Tiga) ini bukan cerita misteri atau horor. Aku malah dibikin nangis sesegukan oleh cerita indahnya tentang persahabatan, perjuangan mewujudkan impian, usaha memaafkan diri sendiri, sembuh dari kesedihan mendalam, cinta terpendam, dan masih banyak lagi. Cukup kompleks, ya. Tidak terasa berat untuk diikuti, koq. Gaya penyampaiannya sederhana, enak dibaca, mengalir tapi tetep efeknya begitu kena di hati. Setting Jepangnya tidak terlalu dideskripsikan tapi sangat terasa dari hal-hal kecil yang terjadi pada dan dilakukan oleh para tokoh. Contohnya Hashimoto yang diduga mengakhiri hidupnya sendiri. Di pikiranku, kasus bunuh diri itu identik dengan Jepang. Lalu, entah mengapa, aku merasa kedinginan saat membacanya. Padahal sekarang, kan, lagi kemarau parah. Sepertinya suasana sendu itu datang dari isi ceritanya.

Ceritanya sendiri menggunakan alur maju mundur. Dari upacara pemakaman, kita diajak mundur dulu ke pertemuan pertama Nakamura dan Hashimoto, lalu kembali ke keadaan Nakamura dan Sakamoto menyesuaikan diri, lalu kembali ke masa-masa sekolah mereka. Tidak membingungkan sedikit pun karena dilengkapi dengan keterangan tahunnya. Malah bikin geregetan. Aku sudah terhanyut dengan kenangan sekolah yang asyik, eh ditarik buat kembali diam mengurung diri bersama Nakamura. Alur seperti ini seolah mengabaikan misteri kematian Hashimoto dan pesan ganjilnya. Tapi aku yang sudah tenggelam ke dalam ceritanya, merasa oke-oke aja. Persahabatan tiga orang ini terlanjur menarik perhatianku. Mereka mempunyai karakter yang berbeda tapi bisa dekat dan peduli satu sama lain.   

Ada Hashimoto yang pandai, Sakamoto yang populer, dan Nakamura yang merasa dirinya biasa-biasa. Walaupun Nakamura merasa selalu tertinggal di belakang teman-temannya, dia adalah sosok yang kuat. Lewat sudut pandangnya, dia menuturkan kisah persahabatannya dari awal. Ada beberapa bagian yang sengaja dia lupakan, tapi itu menunjukan betapa besar rasa sakit dan kesedihan yang dialami. Dia juga cukup kritis, apalagi saat mempertanyakan arti cinta. Penjelasan yang didapatkan dari orang-orang terpentingnya, dia rangkum dan meramu kesimpulan baru. Keteguhannya memegang dan mempertahankan rasa cinta itu juga mengagumkan. Hanya saja dia takut mengalami perubahan. Ironis sekali melihatnya memisahkan diri karena takut akan perpisahan. Dua sahabatnya yang lain memang tampak lebih kuat, tapi mereka masih mempunyai kelemahan. Sakamoto yang menjadi pelindung seringkali memilih diam dan mengorbankan perasaannya sendiri. Sedangkan Hashimoto ternyata menyimpan beban besar sampai membuatnya mengambil keputusan tragis. Mereka punya satu-dua kesamaan denganku. Itu membuatku sangat dekat dan bisa merasakan semua yang dialami mereka. Aku juga sirik dengan persahabatan setia ini. Bersama, tiga sahabat itu saling berbagi kekuatan dan kelemahannya. Bahkan setelah kematiannya, Hashimoto masih bisa memberikan harapan untuk Nakamura dan Sakamoto. Lewat apa? Pesan kematian yang ganjil itu!

Aku beneran lupa dengan misteri itu. Selama lika-liku kehidupan tiga sahabat itu, pesan itu tidak disinggung. Aku sempat bertanya-tanya juga. Tapi karena sudah suka dengan cerita yang ada, aku rela kalau tidak terjawab juga. Ternyata di bagian akhir ada jawabannya! Saat membacanya, aku merasa kena sengatan listrik. Sangat mengejutkan sekaligus mengharukan. Semuanya terjawab, semuanya jadi lebih masuk akal. OMMGGGGGG!


Cek gambar cantik lainnya di www.cyancoholic.deviantart.com

Setelah ending dan epilog yang membuatku sesak nafas, aku dihadapkan dengan puisi tentang tiga burung yang mencapai pembebasannya. Puisi itu ada di belakang postcard yang kudapatkan dari penulisnya. Isinya menjelaskan masa depan impian yang mereka usahakan itu. Damn, kerasa lagi sengatannya! Puas sekali menyelesaikan novelnya. Sedih juga sih, tapi ceritanya sangat menyentuh. Sesudahnya, indera penglihatanku sudah sangat kabur karena air mata. Butuh pelukan, tapi nggak ada seorang pun yang bisa ngasih. Tambah sedih deh. Sakamoto, mana, Sakamoto?

At last, 3 (Tiga) adalah sebuah karya debut penulis yang memuaskan. Cerita perjuangan tiga sahabat yang mewujudkan impian besar mereka tersaji begitu indah dan mengharukan. Masalah-masalah sempat muncul dan menghentikan langkah mereka, tapi selalu ada harapan baru dan mendorong mereka untuk lebih kuat. Ketiga tokoh yang berbeda memberi warna yang unik. Dan yakinilah setiap perbedaan membawa keistimewaannya sendiri. Recommended :D 

1 comment:

  1. Cukup dalam ya untuk ukuran debut. Waktu itu sempat baca review di GR, setelah baca review dari Mbak, jadi tambah penasaran. Mesti cepet- cepet baca kalau pesanan sudah sampai..hehe..

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D