Pages

Friday, September 18, 2015

Hibiscus

Agnes Arina
252 Halaman
BentangPustaka, September 2013
Rp. 15.000,-
(Promo Diskon Bentang PengenBuku)

Bali gempar. Pierre Villeneuve, wisatawan asal Perancis, ditemukan tewas terbunuh di sebuah kamar hotel mewah. Tangannya menggenggam bunga sepatu dan tak ada yang bisa memecahkan arti dari bunga itu.

Bagaskara, seorang detektif yang menyamar menjadi pemandu wisata, adalah pemandu yang mengantar Pierre dan keluarganya keliling Bali pada hari naas itu. Bagas gusar. Rasa keadilannya terpancing.

Kini yang bergerak bukan Bagas si pemandu wisata, tapi Detektif Bagaskara. Meski dengan mempertaruhkan misi dan samarannya, dia bertekad mengungkap kasus pembunuhan ini sampai tuntas. Semakin dia menyelidik, semakin dia menemukan banyak korban lain.

Dia kini harus mengerahkan semua kemampuannya untuk mencari si pembunuh sebelum jatuh korban berikutnya. Bagas sadar kini dia dikejar oleh waktu, tanggung jawab dan kematian.


Hibiscus ada buku terakhir yang kubeli di diskon gila-gilaan tahun lalu. Berbeda dengan buku-buku sebelumnya, yang ini punya tema misteri. Tentunya itu yang membuatku tertarik untuk membaca(dan membeli)nya. Now, let’s review it :D

"Demi penyelidikannya, Detektif Bagaskara menghafal rute liburan dan segala informasi tentang objek wisata. Dia juga mengubah penampilannya. Seragamnya sekarang bukan baju longgar dengan gudang senjata di baliknya." – halaman 2-3

Detektif Bagaskara menyamar sebagai pemandu wisata agen perjalanan Bali Harmonie untuk bisa mengungkap kasus pencurian kayu di Bali. Tetapi dia malah dihadapkan dengan kasus pembunuhan yang terjadi pada keluarga yang dia pandu. Keluarga Villeneuve. yang berisi pasangan suami istri, Pierre dan Anne, putri mereka, Melanie, dan pacarnya, David Biguais, sebenarnya tidak begitu merepotkan sampai Pierre tidak setuju dengan hotel yang dipilih dan melayangkan protes kepada manajer pemasaran agen travel tersebut, Jean Clement. Pierre juga mendadak tidak ramah kepada pasangan Roland yang menjadi teman ngobrol beberapa jam yang lalu. Saat makan malam pun dia tidak setuju dengan rencana Melanie dan David untuk menikah. Tapi dia masih mau menolong masalah ekonomi keluarga Martine Le Coq dan anaknya, Christine.

Malamnya, Pierre ditemukan tewas dengan luka tusukan dan sedang mengenggam bunga sepatu. Anne menemukannya pertama kali, di susul oleh Melanie. Melanie menyangka pelakunya adalahnya ibunya. Dia mengamuk dan mencekik ibunya sendiri. Kabar itu menyebar dengan cepat. Bagas merasa terpanggil untuk memecahkan kasus itu. Di dekat TKP, Dia berjumpa dengan Jean, yang tampak babak belur, dan mengorek infomasi dari saksi-saksi yang ada.

"Bali Harmonie terancam bangkrut kalau pembunuhnya tidak segera tertangkap. Kami sulit yakinkan mereka kalau Bali aman. Pembunuhan itu hanya dendam pribadi yang kebetulan terpuaskan di sini. Bali tidak salah sama sekali, tapi siapa yang percaya?" – halaman 98

Hibiscus menceritakan sebuah kasus pembunuhan misterius yang cukup seru. Sulit menebak siapa pelakunya karena TKP-nya membingungkan dan orang-orang yang dicurigai punya motif yang macam-macam. Mengambil setting di pulau Bali, banyak acara jalan-jalan ke berbagai tempat wisata. Banyak yang sudah sering aku dengar, banyak pula tempat yang baru aku tahu. Dan karena turis bulenya dari Prancis, ungkapan dan percakapannya dicampur dengan bahasa Inggris dan Prancis. Tenang, ada footnote yang menjelaskan artinya. Tapi kedua mataku sempet ‘ogah’ naik turun di halaman tertentu dan mencoba menebak-nebak sendiri artinya. Lumayan lah untuk belajar sedikit hehehe.  

Sampai pertengahan cerita, Bagas dan jajarannya belum juga menemukan titik terang. Tapi satu persatu saksi yang dicurigai mulai berguguran dengan sendirinya. Aku sangat lega karena agak susah menghafalkan nama-nama dan latar belakang mereka. Lalu tiba-tiba ada sedikit twist-nya yang mengejutkan. Sayangnya penjelasan selanjutnya tidak begitu memuaskan. Pelaku terungkap karena suatu barang yang sudah diamankan sebagai barang bukti sejak lama. Jadi pemecahan misteri ini tinggal menunggu waktu saja.

Ketika akhirnya terungkap, ya hanya terungkap. Tidak ada pengakuan langsung dari pelaku untuk menjelaskan apa motif sebenarnya, bagaimana dia melakukan pembunuhan tersebut, apa arti dari perilaku aneh korban sebelumnya, dan hal lainnya yang dari awal membuatku penasaran. Sama seperti pelakunya, tokoh-tokoh lain pun tidak diberi latar belakang lebih dalam yang bisa membuat pembaca jatuh cinta. Bagas, yang merupakan tokoh utama pun tidak terlibat langsung. Orang-orang dia suruh, seperti Winih, malah mengalami kejadian menegangkan dan menemukan bukti-bukti baru. Kecurigaan kepada Bagas pun datang telat. Padahal kalau Bagas ini diberi rintangan yang lebih berat, ceritanya mungkin akan lebih seru.

At last, Hibiscus sebenarnya punya misteri yang menarik untuk diikuti. Kasus dan orang-orang di dalamnya seperti menjebak pembaca untuk berpikir ke arah yang salah. Tetapi penyelesaiannya dan tokoh-tokohnya kurang memuaskan. Kan menarik kalau Bagas dan Winih jadi sepasang detektif dan memecahkan berbagai macam kasus di buku-buku selanjutnya. Btw, tidak ada buku sekuelnya. Aku hanya berharap penulis bisa mempertimbangkannya dan terus berkarya tentunya :)  

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D