Pages

Wednesday, September 2, 2015

Kopi Bikin Aku Ngantuk dan Agak … ‘Gila’

Sekitar tahun 2010, aku ketemuan dengan Farida Susanti dan Gabby Laupa di Reading Lights. Itu menjadi pertemuan kami setelah berbulan-bulan sebelumnya berkomunikasi lewat Twitter dan Yahoo! Messager sebagai tim di balik Writing Session. Farida jadi yang pertama datang, lalu aku, dan Gabby tentunya. Dia membuka buku menu untuk memesan minuman dan bertanya jika aku tertarik juga. Sekilas aku melihat daftar minuman yang tersedia didominasi berbagai jenis kopi. Harganya kurang bersahabat pada budget-ku waktu itu hahaha. Tapi yang membuatku urung untuk memesan adalah efek kopi. Kopi bikin aku ngantuk. Farida tentunya tertawa karena kopi biasanya diminum agar bisa melek lebih lama dan konsentrasi. Tapi yang terjadi padaku malah sebaliknya. Kopi membuat kepalaku berat, pusing, dan inginnya bersentuhan dengan bantal empuk.

Sewaktu kecil, aku menganggap kopi adalah minuman orang dewasa, khususnya laki-laki. Mereka suka minum cairan gelap yang kental itu saat berdiskusi serius dan ditemani sebatang rokok. Ampas yang tersisa di dasar gelas membuat kegiatan mencuci piring agak sulit. Tak hanya aromanya yang kuat, sisa kehitamannya kadang tidak bisa hilang. Lalu muncul kopi sachet-an yang tidak meninggalkan ampas. Tidak hanya kopi hitam, ada varian yang dilengkapi susu, krim, dan tambahan lainnya. Warna bungkusnya juga menarik, sepertinya pasarnya ditujukan untuk kaum muda. Runtunyan bungkus itu tersampir berdampingan di salah satu warung populer di SMP-ku. Pemesan kebanyakan memilih kopi itu diseduh dengan air biasa, diberi es batu yang banyak dan di-blender. Aku ikut memesannya. Kesukaanku Good Day Mocacchino karena bungkusnya yang berwarna merah tua terlihat ‘aman’ dibandingkan dengan varian lain.

Efek ngantuk, yang sebelumnya belum aku sadari, tidak terlalu terasa karena es batunya perlahan mencair dan mengencerkan kandungan kafeinnya itu. Dari sana, aku merasa kopi aman untuk dikonsumsi, asalkan disajikan dengan es batu. Kadang aku mengkonsuminya tanpa air, karena meniru kebiasaan nenekku. Kesibukan akademis dan ekskul di sekolah juga menuntutku untuk tidur lebih malam dan membuatku perlu meminum kopi. Tapi pengalaman pertamaku minum kopi agar tetap melek bukan karena pekerjaan rumah apapun, melainkan untuk bisa nonton pertandingan bola timnas Jerman di Piala Dunia 2006 yang tayang hampir tengah malam. Dalam hitungan jam juga, usiaku bertambah (atau harusnya berkurang) satu. Dua kejadian penting dalam satu malam yang tidak mau aku lewatkan. Kopi pun kupersiapkan. Kali ini diseduh dengan air panas.

Kesan pertama, cairan panas itu menyengat lidahku, meninggalkan rasa baal yang menganggu. Lalu sakit kepala pun mulai terasa. Aku jadi merasa tak enak badan, inginnya berbaring saja. Aku masih terbangun di tengah malam untuk merasa pergantian hari dan Jerman pun menang, yang kuketahui dari siaran berita paginya. Setelah itu aku kapok minum kopi panas. Selanjutnya kopi itu harus tersaji dalam keadaan dingin. Pernah aku agak kesal sekaligus kelimpungan saat memesan kopi di warnet dan disuguhkan gelas mengepul. Namun kesan ‘dewasa’ saat meminum kopi masih lekat dibenakku.

Kalau tidak terpaksa atau penasaran, aku tidak akan minum kopi. Aku percaya kopi tidak ‘mempan’ padaku karena efek yang berjadi malah sebaliknya. Aku tidak tahu istilah pastinya, yang jelas kopi membuatku mengantuk. Aku tidak pernah berusaha mencari alasan yang lebih logis sampai mendengar tawa Farida. Kalau dipikir-pikir, dulu aku meminumnnya dengan cara yang salah. Bukan soal panas dinginnya, tapi waktunya. Di tahun 2006 itu, aku meminumnya menjelang tengah malam. Padahal kopi itu seperti tidur siang yang untuk mendapatkan manfaatnya, harus dilakukan jauh sebelumnya. Menurut dosenku, tidur siang selama satu jam bisa membuat kita kuat bergadang sekitar dua jam di malam hari. Begitu pula dengan kopi. Agar pikiran fokus, kopi lebih efektif diminum saat pagi hari, tepatnya jam setengah 10an. Bisa juga diminum lagi di siang hari, lebih baiknya sekitar jam 12an. Aku mendapatkan info itu dari situs ini [LINK MANA LINK].

Aku ngeri mendengar banyak orang minum kopi sebagai sarapan mereka dan bergelas-gelas sampai siangnya. Tak terbayangkan mengalami sakit kepala hebat di pagi hari dan bad mood selama seharian penuh. Satu lagi yang aku sadari, aku tidak bisa minum kopi ketika perut kosong. Kalau nekat, selamat nyut-nyutan deh itu kepala ditambah perut mual-mual. Aku pernah dan pikiranku jadi keruan. Tidak jelas mana yang pusing, mana yang mual. Alhasil aku menulis status, ‘kepala mual, perut pusing’.

Dengan berbagai efek negatif itu, aku tidak serta merta berhenti minum kopi. Aku memang menghindarinya, tapi kadang aku mengerjarnya. Ini terjadi kalau aku sedang merasa stres atau bad mood. Tak peduli disajikan panas, belum makan, dan lewat waktu ideal (yang belum aku ketahui dulu), aku bisa saja meminumnya. Efek sakit kepala itu malah yang kucari. Yaaa, namanya juga stres. Itu mungkin jadi salah satu pelampiasannya. Tak hanya kopi, minuman berkafein lain seperti minuman bersoda dan teh kemasan juga punya efek yang sama. Jadi kalau kamu bertemu atau mendengar aku dengan salah satu jenis minuman itu, ada yang membuatku bad mood.

Belakangan aku menemukan efek lain yang tak kalah aneh, kopi membuatku sedikit maceuh (aktif). Kafeinnya sepertinya menekan satu syaraf di otak yang membuat adrenalin terpacu dan jantung berdetak lebih kencang. Tiba-tiba ada keberanian atau dorongan untuk melakukan sesuatu yang bukan aku, seperti nge-tweet hal-hal nggak jelas. Padahal aku selalu memikirkan isi tweet yang ku-posting. Aku tak segan menghapusnya jika berubah pikiran dan beranggapan tweet itu memberi image aneh pada diriku. Aku seperti mabuk, tapi bukan karena alkohol. By the way, saat menulis postingan ini aku baru menghabiskan segelas Nesface Mochacchino panas. Untungnya aku sempat sarapan dulu, nasi, tumis kangkung dan rolade, tapi sepertinya waktunya sudah lewat dari jam ideal. Tweet nggak jelas dan tak terencana sudah terposting beberapa. Tapi untuk postingan ini, aku memang sudah berencana untuk menulisnya di sini. Cuma butuh niat dan usaha, yang thank God akhirnya datang (lewat segelas kopi panas).

Nah, itu sedikit cerita pribadi dariku tentang kopi. Ternyata efek kopi yang tidak biasa ini bisa bermanfaat juga, asalkan aku salurkan ke hal-hal positif dan produktif. Aku harus coba mengendalikannya seperti Nathan dan anugerah sihirnya (maaf, aku belum bisa move on dari novel Half Wild dan ini semua efek kopi!). Terima kasih sudah membaca postingan ini sampai akhir. Tolong tinggalkan komentar jika kamu juga merasakan efek aneh sepertiku, karena aku tidak mungkin satu-satunya yang mengalami ini. Atau kamu bisa kasih saran agar aku bisa mengatasi efek ini sehingga tidak akan melakukan hal aneh yang lebih gila.

Good day (mocacchino), guys XD

~DH
August 29
2.42 PM
Was listening to Girls’ Generation – ‘You Think’, ‘Fire Alarm’, ‘Green Light’, ‘Paradise’, ‘Check’, and ‘Sign’ from ‘Lion Heart’ album

2 comments:

  1. Efek aneh dari kopi ya? bukan aku sih, tapi mamah, beliau selalu sakit perut setiap minum kopi. Tapi alih-alih berhenti minum kopi, beliau malah suka sekali kopi, 'biar pencernaan lancar' katanya.

    ReplyDelete
  2. Gak pernah suka kopi ^^ pahitnya gak kuat, enakan pahitnya coklat panas ^^

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D