Pages

Thursday, October 22, 2015

The Raven Boys

Maggie Stiefvater
312 Halaman
Scholastic Press, September 2012

“There are only two reasons a non-seer would see a spirit on St. Mark’s Eve,” Neeve said. “Either you’re his true love . . . or you killed him.”

It is freezing in the churchyard, even before the dead arrive.

Every year, Blue Sargent stands next to her clairvoyant mother as the soon-to-be dead walk past. Blue herself never sees them—not until this year, when a boy emerges from the dark and speaks directly to her.

His name is Gansey, and Blue soon discovers that he is a rich student at Aglionby, the local private school. Blue has a policy of staying away from Aglionby boys. Known as Raven Boys, they can only mean trouble.

But Blue is drawn to Gansey, in a way she can’t entirely explain. He has it all—family money, good looks, devoted friends—but he’s looking for much more than that. He is on a quest that has encompassed three other Raven Boys: Adam, the scholarship student who resents all the privilege around him; Ronan, the fierce soul who ranges from anger to despair; and Noah, the taciturn watcher of the four, who notices many things but says very little.

For as long as she can remember, Blue has been warned that she will cause her true love to die. She never thought this would be a problem. But now, as her life becomes caught up in the strange and sinister world of the Raven Boys, she’s not so sure anymore.

From Maggie Stiefvater, the bestselling and acclaimed author of the Shiver trilogy and The Scorpio Races, comes a spellbinding new series where the inevitability of death and the nature of love lead us to a place we’ve never been before.

The Raven Boys sudah sering wara wiri di laman recent update Goodreads-ku. Meskipun tertarik, aku tidak benar-benar mencoba membacanya sampai menonton video review dari salah satu booktuber. Lalu ini adalah buku pilihan klub buku Random Readalong untuk bulan September. Aku membacanya di awal Oktober dan masih terhitung berpartisipasi karena menyelesaikannya sebelum live show pembahasan bukunya hehehe. Let’s review it now! :D

"Blue had two rules: Stay away from boys, because they’re trouble, and stay away from raven boys, because they were bastards."

Jika Blue Sargent mencium cinta sejatinya, pemuda itu akan mati. Itu yang disampaikan Maura, ibunya dan anggota keluarga lain yang merupakan peramal. Blue tidak begitu memikirkan ramalan itu sampai Neeve, teman Maura, datang dan mengatakan dia akan segera jatuh cinta. Alasan kedatangan Neeve tidak begitu jelas tapi cukup membuatnya dipercaya untuk mengambil tugas Maura pergi di malam St. Mark bersama Blue. Di sana mereka akan bertemu arwah orang-orang yang akan meninggal setahun kemudian. Mereka mencatat nama-namanya untuk memberi orang-orang itu waktu untuk membereskan urusan duniawinya. Berbeda dengan keluarganya, Blue tidak berbakat sebagai peramal. Dia hanya punya energi yang sangat kuat. Itu tidak bisa membuatnya melihat arwah, tetapi malam itu berbeda. Dia melihat pemuda yang menggunakan seragam Aglionby, sekolah swasta berkelas dan siswanya dikenal dengan sebutan raven boys. Namanya Gansey. Kejadian langka ini berarti Blue adalah cinta sejati Gansey atau Blue membunuhnya.

Di tempat lain, Gansey memutar ulang rekaman suara yang dia ambil pada malam St. Mark. Tidak ada apa-apa kecuali suaranya sendiri yang secara ganjil mengucapkan namanya dan tanggapan suara gadis asing. Dia mendiskusikannya bersama teman-teman Aglionby-nya, ada Ronan, yang emosional sejak ayahnya meninggal dan ditekan terus oleh kakaknya, lalu Adam Parrish, siswa beasiswa yang berusaha bertahan demi kehidupan yang lebih baik, dan Noah, yang pendiam dan jarang makan. Mereka memutuskan untuk membuat janji dengan peramal. Tak hanya untuk menanyakan takdir mereka, tapi juga keberadaan ley line, jalur mengelilingi dunia yang mempunyai kekuatan supernatural. Ley line akan membantu Gansey menemukan Glendower, salah satu raja dari masa lalu yang dianggap tertidur dan menunggu untuk dibangunkan.

"Some secret only gave themselves up to those who’d proven themselves worthy.
The way Gansey saw it was this: If you had a special knack for finding things, it meant you owed the world to look."

The Raven Boys menggabungkan cinta, persahabatan, dan magis menjadi sebuah cerita petualangan yang mengagumkan. Bagian awalnya memang sangat lambat. Butuh puluhan bab sampai Blue bertemu dengan Gansey dan teman-temannya secara resmi. Tapi setiap detailnya dalam perjalanan menuju pertemuan itu sangat menarik. Setiap kelebihan dan kekurangan dari hidup mereka dikupas satu persatu. Perlahan tapi pasti. Gaya bahasanya terasa cukup santai. Namun selalu punya kejutan yang membuat jalan cerita tidak membosankan. Tidak sulit untuk langsung masuk ke ceritanya dan jatuh cinta kepada kekompakan Blue dan Raven Boys.

Blue dan Raven Boys menjadi tim yang sangat kuat dalam waktu singkat. Penjelasan panjang di awal cerita telah membangun fondasi yang tepat untuk menyanggah sepak terjang mereka dalam sebuah kelompok. Masing-masing dari mereka punya karakter yang unik. Yang cukup membuatku terkesan adalah Blue, Adam, dan Gansey. Hidup dalam keluarga dan lingkungan yang selalu menyangkut hal-hal gaib tapi tidak punya kekuatan tersebut, membuat Blue menonjol. Dia punya ‘ilmu dasar’ yang bagus tapi cukup pintar untuk melihat lain dari sudut berbeda. Dengan ramalan misterius soal cinta sejati, ciuman, dan kematian, Blue menjadi karakter yang wajib untuk diikuti. Apalagi ketika ada Adam di sampingnya. Kekurangan dalam keluarga dan hidup Adam menjadi nilai lebih karena dia menghadapinya dengan baik. Lalu hubungannya dengan Blue membuat percik-percik menggelikan, dalam artian positif, yang menghibur.

Tapi dari awal kita sudah tahu bagaimana akhir kisah Blue dan cinta sejatinya, yang erat berhubungan dengan Gransey. Pemuda itu tipe idaman semua orang! Terkadang dia agak menyebalkannya saat terpaksa menggunakan kekuatan uang dan memaksakan misinya pada orang lain. Tapi kemandiriannya, rasa ingin tahu yang besar, dan karisma yang diakui semua orang, membuat Gansey ini tidak mudah untuk ditolak. Jadinya dilema deh. Aku ingin hubungan Blue dan Adam bisa berjalan dengan baik dan cukup lama. Di sisi lain, aku ingin tahu akhir dari ramalan itu yang berarti adalah kemungkinan terburuknya. Rasanya aneh sekaligus excited.

Tokoh-tokoh kecil yang cukup berkaitan dan berlibat dalam usaha Blue dan Raven Boys mencari ley line mempunyai porsi yang tidak banyak. Memang menyenangkan melihat mereka menemukan hal-hal ajaib, tetapi rasanya seperti berada di dalam lautan air dingin dengan riak kecil. Pertama sensasi dinginnya memberikan efek kaget yang mengigit, tetapi semakin terasa nyaman semakin rendah tingkat kejutannya, dan tidak menarik lagi. Pencarian ley line-nya sebenarnya kurang menarik karena aku kurang mengerti maksud dan tujuannya. Banyak penjelasan dari Gransey yang sengaja kulewati. Aku pikir aku akan kembali lagi ke halaman itu dan menelaahnya lagi. Tapi aku terlalu malas. Ending-nya pun terlalu cepat. Untungnya ada kejutan keluar dari salah satu raven boys. Sebuah kejutan yang seharusnya kuperkirakan, karena mereka hidup di lingkungan kekuatan gaib. Belum tahu bagaimana dan kenapa dia bisa melakukan itu. Sepertinya aku harus cari tahu di buku selanjutnya, The Dream Thieves.


At last, The Raven Boys memberikan kisah yang menghanyutkan. Perpaduan petualangan remaja dalam menyingkap misteri cinta dan hal-hal gaib di sekitar mereka menghasilkan cerita yang berbeda, fresh, dan menghibur. Tempo ceritanya memang sedikit lambat dan cepat di bagian-bagian yang kurang tepat. Namun, rasa penasaranku terlalu besar dan tak sabar untuk lanjut ke buku selanjutnya. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D