Pages

Monday, December 7, 2015

[Blog Tour] Suti – Review

Halooo, blog Too Early mendapat kesempatan menjadi host blog tour lagi. Kali ini buku yang dibahas adalah Suti karya Sapardi Djoko Damono. Aku menulis review untuk ceritanya, menanyakan beberapa pertanyaan ke penulis, dan tentunya ada giveaway! :D

Sapardi Djoko Damono
200 Halaman
Penerbit Buku Kompas, November 2015

Suti adalah seorang perempuan yang dengan enteng tetapi tegar menyaksikan dan menghayati proses perubahan masyarakat pramodern ke modern yang dijalaninya ketika bergerak dari sebuah kampung pinggir kota ke tengah-tengah kota besar.

Ia bergaul dengan gerombolan pemuda berandalan maupun keluarga priayi tanpa merasa kikuk, dan melaksanakan apa pun yang bisa mendewasakan dan mencerdaskan dirinya.

Suti terlibat dalam masalah yang sangat rumit dalam keluarga Den Sastro, yang sulit dibayangkan ujung maupun pangkalnya.

Meskipun sudah memiliki dua karya Sapardi Djoko Damono (SDD) yaitu novel Hujan Bulan Juni dan kumpulan sajak Melipat Jarak, Suti adalah karya yang pertama kubaca. Sempet kaget karena seorang sastrawan sekelas SDD mengadakan blog tour, sekaligus bangga karena aku masuk dalam salah satu blogger yang diajak. Thank you and now let’s review it! :D

"Perempuan muda itu yatim, dan itu mungkin sebabnya orang desa cenderung menerima sebagai hal yang wajar-sewajar-wajarnya kalau ada berita aneh tentangnya, meskipun mereka tentu juga tahu bahwa orang yatim tidak harus aneh tingkah lakunya." – halaman 5

Suti adalah perempuan muda yang tidak bisa diam. Karena tak mau dibilang tidak becus mengurus anaknya, Parni, ibu Suti, menikahkan Suti dengan Sarno, seorang duda yang kerja serabutan. Suti juga tidak punya pekerjaan tetap. Kemudian keluarga Den Sastro datang dari Ngadijayan dan menetap di desa Tungkal. Keluarga priyayi itu tinggal tak jauh dari pemakaman, tempat makam ‘keramat’ Pak Parmin berada. Suti dan suaminya menjadi orang-orang yang dimintai bantuan untuk mengerjakan apa saja.

Semakin sering berada di rumah tersebut, Suti lama-lama menjadi bagian dari keluarga itu. Dia kagum dengan kegagahan Pak Sastro sebagai kepala rumah tangga, kekuatan Bu Sastro dalam memperjuangkan keluarga, si sulung Kunto yang pintar, dan si bungsu Dewo yang nakal tapi berani. Dia juga mendapatkan hal-hal baru seperti film yang berbeda dengan pertunjukan wayang, lalu buku-buku dan lainnya. Lalu perlahan Suti merasa status ‘adik’ atau ‘anak bungsu’ yang kerap dikeluarkan Kunto dan Pak Sastro tidak lagi cukup.

"Ia merasa ada yang terbakar dalam dirinya. Bukan, bukan Sarno yang menyulut apinya." – halaman 51

Satu kata yang paling cocok menggambarkan Suti, rumit! Dari awal Suti sudah dipandang sebelah mata dan menimbulkan topik obrolan yang aneh-aneh. Kehidupannya semakin sibuk dengan keluarga Den Sastro. Dia punya konflik dengan keempat orang priyayi itu. Semuanya agak susah diselesaikan karena jika satu benang ditarik, benang lain akan ikut terbawa dan memperkeruh suasana. Pusiiing deh. Tetapi Suti ini perempuan yang menarik. Dia bisa bergaul dengan siapa saja, mudah beradaptasi dan memposisikan diri di situasi yang paling canggung sekalipun, dan kemampuannya menyerap hal baru cukup mengagumkan. Ketika pengetahuan baru muncul, Suti membandingkannya dengan pengetahuan lain yang sudah dia tahu sebelumnya dan langsung mengaplikasikannya pengetahuan gabungan tersebut dalam masalah di kehidupannya. Aku hanya berharap Suti bisa lebih terbuka kepada orang lain dan sehingga bisa mengambil keputusan yang lebih baik.

Walaupun masih memproses alur hidup Suti ini, aku rasa pengalaman pertama membaca karya SDD cukup menyenangkan. Yang paling aku suka adalah gaya penulisannya. Narasi yang mendominasi, tetapi sangat enak dibaca. Setelah membaca ulang beberapa bagian, aku menemukan banyak bagian yang ditulis sangat bagus untuk memperlihatkan karakter setiap tokohnya dan itu menimbulkan efek yang kuat. Masih sulit memilih siapa tokoh favoritku, Suti, Bu Sasro, atau Kunto. Drama tiga babaknya juga membantuku masuk ke cerita dan memperlihatkan naik turun perkembangan cerita dengan baik.

Selain itu, unsur Jawa Tengahnya sangat kental. Iya, lah, latar belakangnya, kan di Solo. Sebelum cerita dimulai, tersedia daftar kata dan istilah bahasa Jawa sebagai acuan. Untuk seseorang yang tidak familiar dan hanya sesekali membaca cerita Jawa, semuanya jadi sangat menarik. Aku mencoba menebak arti beberapa kata, karena kadang kosakatanya tidak jauh dari bahasa Sunda. Tetapi memang masih ada yang salah tebak hahaha. Lalu apa aku sudah ceritanya mengambil latar waktu yang jadul, tepatnya tahun 1960-an? Semuanya terlihat sederhana, tetapi tetap saja rumit untuk ukuran zaman tersebut. Di sini pergesekan antara kehidupan kota dan desa mulai terjadi. Kedatangan keluarga priyayi menjadi salah satu faktornya. Kebiasaan masyarakat desa pun mulai bergeser, tak jauh berbeda dari gaya hidup orang kota. Tetapi mereka masih percaya pada hal gaib dan mengkramatkan sesuatu.

Perubahan desa dan kota yang lambat tapi pasti itu cukup menyita perhatianku. Tetapi aku bingung seberapa besar dan lama perubahan itu berlangsung. Narasi dalam cerita tidak menjelaskan dengan jelas berapa tahun Suti bekerja di rumah Den Sastro. Aku kaget saat Kunto tiba-tiba saja sudah memikirkan akan bekerja di kota mana. Bukannya dia baru saja mulai kuliah di Yogya? Atau pendidikannya lebih singkat karena dia mengambil program D2 atau D3? Kebingungan lainnya dari salah ketik. Karena ini aku anggap sebagai sastra, satu penulisan yang agak lain mungkin saja menjadi atau bisa memberi arti tersembunyi. Aku berpikir seperti itu sampai Kunto disebut sebagai ‘si bontot’. Lalu yang kurang memuaskan adalah jumlah halamannya yang singkat. Aku mau cerita lebih panjang, terutama di babak ketiga yang terasa sangat cepat itu. Tapi dengan bagian yang sedikit, akhir ceritanya sukses bikin aku sesak nafas. Rumiiit, masih rumit.

At last, Suti memperlihatkan bahwa jumlah halaman yang tipis masih memperlihatkan cerita rumit dengan narasi dan tokoh-tokoh yang kuat. Malah lebih mudah dibaca ulang, terutama untuk aku yang masih ingin mengali detail-detail kecil yang terlewatkan. Selain itu, aku jadi semangat untuk membaca karya SDD selanjutnya. Oh, iya, jangan lupa ikuti giveaway-nya di sini :D :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D