Pages

Wednesday, January 6, 2016

Cafe Waiting Love

Giddens Ko
404 Halaman
Penerbit Haru, Januari 2016
Rp. 76.000,-

Dalam hidup ini,
ada berapa kali saat di mana jantung
berdegup dengan kencang,
dan kata-kata tidak sanggup terucap?
Aku belum pernah berpacaran,
tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta,
seharusnya menghargai momen setiap kali
jantungnya berdebar,
kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya,
kali berikutnya,
dan kali berikutnya lagi.

Di dalam sebuah cafe kecil,
setiap orang sedang menunggu seseorang.

Cafe Waiting Love adalah salah satu M-Novel Penerbit Haru yang terbit awal 2016 ini. Aku sudah baca You Are the Apple of My Eye sebelumnya. Dengan cover yang manis, aku jadi penasaran kisah apa lagi yang ditawarkan penulis. Now, let’s review it! :D

"… berpacaran itu sama seperti saat kita melakukan hal lainnya. Apa saja. Semuanya sama-sama butuh usaha. Tapi usaha yang dimaksud bukanlah berusaha untuk membuktikan sesuatu pada orang lain. Berusaha itu .. ya berusaha. Kalau sudah berusaha, tentunya tidak akan ada penyesalan setelahnya." – halaman 212

Li Siying berkerja paruh waktu di cafe bernama Waiting Love. Siswi 3 SMA itu berkerja bersama Albus, rekan senior yang pintar meracik kopi baru dan Nyonya Bos yang seharian menunggu pelanggan memesan menu ‘Racikan Spesial Nyonya Bos’. Kisah cinta masa muda Nyonya Bos adalah alasan di balik menu istimewa itu dan juga nama cafĂ© tersebut. Nyonya Bos membuat Siying berpikir dia juga sedang menunggu seseorangnya.

Siying menaruh minat kepada Zeyu, salah satu pelanggan setia cafe Waiting Love. Mereka jadi akrab karena keteledoran Siying membuat kopi. Mahasiswa klub debat itu suka minum kopi kenya. Tetapi dia mengubah pesanannya jika datang bersama pacarnya. Zeyu sangat cepat berganti pacar. Siying bersabar menunggu Zeyu menyadari kehadirannya. Untuk peluang yang lebih besar, dia juga mempersiapkan diri masuk univesitas yang sama dengan Zeyu.

Walaupun sibuk mempersiapkan ujian, siswi kelas 3 tetap mengikuti pelajaran olahraga. Saat itu ada kunjungan dari klub seluncur salah satu universitas. Ketua klubnya mengenalkan A Tuo, anggota yang paling terkenal dan sering ditertawakan karena pacarnya direbut oleh seorang lesbian. Saat A Tuo datang ke cafe Waiting Love, Siying mendorong A Tuo untuk membela diri sendiri. A Tuo sangat berterimakasih dengan dukungan Siying. Mereka pun mulai berteman. A Tuo mengenalkan Siying ke teman-teman dekatnya dari pemilik penatu yang pandai memasak sampai ketua gangster yang hobi menonton film.
"Cinta dipenuhi ujian. Sayangnya kebanyakan orang senang dengan cinta, tapi merasa kalau cobaan cinta adalah sesuatu yang berlebihan dan amat kejam." – halaman 271

Cafe Waiting Love memberikan cerita panjang yang mengharukan tentang penantian seseorang. Dengan tokoh utama yang masih polos soal urusan cinta, penantian yang terasa tak berujung dan penuh jatuh bangun itu terasa sangat manis. Walaupun kehadiran pacar-pacar baru Zeyu selalu membuat patah hati, Siying tetap kuat dan teguh menanti ‘seseorang’-nya itu. Kekuatannya itu menganggumkan, tapi aku bingung dengan konsep percintaannya. Kenapa Siying tidak menghitung masa penantian itu dalam sebuah percintaan? Pendekatan sebelum ‘resmi’ pacaran itu kan masuk juga dalam kisah cinta karena di sana ada perjuangan juga. Salah satu atau kedua pihak sudah menunjukan rasa sukanya dan mau saling menyesuaikan. Namun tentu tidak ada yang mau terus-terusan dalam masa pendekatan. Pacaran secara ‘resmi’ bukan lah sebuah akhir, tapi awal dari sesuatu yang baru lagi.

Untung saja ada A Tuo datang dan membuat perjuangan Siying lebih menarik. Kisahnya lebih merana daripada Siying, tetapi teman-teman uniknya memperlihatkan bahwa A Tuo lebih dari sekedar pria yang dikalahkan lesbian. Caranya membangun persahabatan sangat menakjubkan. Itu adalah modal tak kasatmata yang sangat penting. Anehnya dalam masalah percintaan, dia malah gagal. Dari A Tuo, kita juga bisa melihat setiap orang punya keunikan masing-masing yang sering terlewatkan. Favoritku adalah Abang Bao, sang gangster yang hobi nonton film. Dia tak segan meneteskan air mata untuk film-film bagus. Rekomendasinya juga bagus-bagus. Kekejamannya sebagai seorang tukang bacok malah membuat cerita sangat menghibur.

Selain Abang Bao, teman-teman A Tuo lain tak kalah menariknya. Latar belakang kehidupan mereka, nama panggilan mereka yang unik, dan awal pertemanan dengan A Tuo dijelaskan sangat detail. Jadi wajar aku terasa begitu mengenal mereka sampai bisa memilih teman kesukaanku. Sayangnya, penjelasan panjang lebar itu sempat membuatku bosan. Apalagi di awal cerita, saat Siying juga menjelaskan orang-orang di kehidupannya. Aku yang waktu itu belum tahu arah ceritanya, tak jarang menguap dan jadi merasa lelah untuk melanjutkan membaca. Cerita terasa lebih menarik saat Siying dan A Tuo sudah menjadi teman dekat. Kebersamaan mereka begitu mengalir. Pertemanan yang tulus dan berharga. 

Hal lain yang mendorongku terus maju adalah beberapa kalimat atau paragraf yang disimpan di awal bab. Kalimat atau paragraf itu menggambarkan inti cerita di bab tersebut. Aku tak menyadari sebelumnya. Tapi kemudian, bagian membuka itu membantuku untuk membangun mood membaca, apalagi kalau ada nama Zeyu di sana hahaha. Dalam bab tersebut juga ada pembagian lagi dan diberi tanda, misalnya di bab 6 ada 6.1, 6.2, sampai 6.6. Sepertinya sama dengan You Are the Apple of My Eye, novel ini juga semula dipublikasikan di situs seperti Wattpad. Jadi ada pembagian seperti itu.

Pembagian itu tidak terlalu menganggu. Karena aku sudah mengerti dari pengalaman sebelumnya. Tapi aku agak terganggu dengan catatan kaki yang jumlahnya cukup banyak. Dulu aku suka dengan catatan kaki di naskah terjemahan asing, khususnya Asia, karena banyak membahas soal makanan. Kini aku merasa porsinya berlebihan. Saat semua dijelaskan, mataku harus naik-turun untuk membacanya dan kembali lagi ke cerita. Tidak nyaman. Tapi kadang penjelasan nama orang atau tempat memang membantu mengerti alasan sang tokoh utama menggunakannya. Harus sedikit pintar saja menggabungkan keduanya.

Book vs Movie Adaptation


Setelah membaca novelnya, aku mendapat informasi kalau ceritanya sudah diangkat menjadi film layar lebar. Tapi banyak perubahan yang membuat ceritanya sangat berbeda. Lalu aku iseng-iseng mencari trailer-nya. Sempat menonton tanpa subtitle bahasa Inggris, aku bisa merasakan jalan ceritanya berbeda. Untung adegan-adegan penting di versi bukunya masih bisa ditemukan dan sepertinya ceritanya lebih lucu. Abang Bao-nya kurang gahar, tapi Albus dan Zeyu sangat tampan. Aku inginnonton filmnyaaaaa!

At last, penantian Siying dalam Cafe Waiting Love tak hanya memberikan pemahaman baru soal hubungan dua insan, tetapi juga memperlihatkan setiap orang punya kelebihan tersendiri yang sesuai dengan ‘seseorang’-nya nanti. Cerita bagian awalnya memang terasa lambat tetapi membuat bagian akhirnya sangat menyentuh. Bagi yang sudah nonton filmnya, baca bukunya juga ya :)

1 comment:

Thanks for leave your comment :D