Pages

Saturday, February 20, 2016

Peek a Boo, Love

Sofi Meloni
248 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Januari 2016

Hey, Cinta. Apakah kamu di sana? Oh, tidak? Mungkin di sini ? Tidak juga ternyata. Sebenarnya kamu di mana?

Memulai kehidupan profesional tidak semudah yang kubayangkan saat aku memutuskan pindah ke Jakarta. Macet dan polusi di mana-mana, Transjakarta yang sesak, serta kopi pahit yang disodorkan rekan kerjaku setiap pagi. Belum lagi atasanku, Pak Daniel, yang kelewat misterius.
Semuanya semakin rumit saat masalah datang dan mempertemukanku kembali dengan Evan, pria yang mengajakku berkenalan di halte Transjakarta. Kejutan lainnya adalah Sam, teman chatting-ku, yang ternyata juga berada di kota yang sama denganku dan mengajak ketemuan! Entah berapa banyak lagi kejutan yang menantiku di kota metropolitan ini.

Hey, Cinta. Apa aku akhirnya akan menemukanmu di sini?
-Lulu-

Kabar terbitnya Peek a Boo, Love kudapatkan dari postingan Instagram penulis. Cover-nya menggunakan ilustrasi orang nyata (you know what I mean hehehe), tidak seperti novel Amore lainnya yang lebih sering menampilkan benda-benda yang dianggap romantis dengan warna lembut, cenderung sendu malahan. Setelah berkali-kali dibikin penasaran dengan segala promonya, aku akhirnya bisa memegang langsung dan menikmati isinya. Now, let’s review it! :D

"Ini bukan salahnya. Ini salah perasaanku yang terus berkembang tanpa bisa kukendalikan." – halaman 45

Sudah sebulan Lulu bekerja sebagai staf Purchasing di PT SmartSource. Di salah satu perjalanannya ke kantor, Lulu disapa oleh Evan. Laki-laki yang bekerja di Divisi Marketing itu dengan ramah menanyakan kabar Lulu dan pekerjaannya. Mereka bertemu lagi di salah satu rapat dan menjadi teman dekat setelahnya. Kehadiran Evan menarik perhatian Cindy, rekan Lulu. Cindy yang semula rajin mencari perhatian bos divisi mereka, Pak Daniel, berubah menjadi orang ketiga di setiap acara Lulu dan Evan.

Lulu yang hanya menganggap Evan sebagai teman biasa, mulai cemburu. Apalagi Cindy punya fisik yang jauh lebih sempurna darinya. Semua laki-laki, bahkan Evan pun, tidak bisa menolaknya. Lulu yang sedih dan bingung dengan perasaannya mencurahkan keluh kesahnya kepada Sam, teman chatting-nya yang tinggal di Manhattan. Tanpa Lulu ketahui, Sam diam-diam sudah kembali ke Indonesia. Dia mengajak Lulu untuk bertemu di dunia nyata. Lulu tentu tegang dan takut pertemanan mereka jadi berbeda.

"Anehnya, rasa hangat yang dulu sering kurasakan kini efeknya melemah. Ada kebahagiaan, tapi tidak cukup besar untuk membuat jantungku berdetak lebih kencang." – halaman 199

Peek a Boo, Love mengisahkan cerita cinta seorang introvet yang menghadapi kehidupan baru di Jakarta. Lewat gaya tulisan yang enak dibaca, pejuangan Lulu menaklukan segala tantangan jadi bacaan yang bikin nagih. Pertama sih bingung kenapa Lulu jarang banget ngomong. Dialognya lebih dikuasai sama teman-teman kerjanya. Lama-lama ngerti deh bagaimana karakter Lulu ini. Pemaparan tokoh yang sangat baik itu membuat konfliknya kuat dan sangat terasa nyeseknya huhuhu. Curhat dikit, beberapa kali aku menghadapi apa yang terjadi pada Lulu. Jadi aku tahu banget apa yang Lulu rasakan, sakit hatinya itu loh hahaha. Balik ke review, aku sempat kurang sreg dengan pembagian porsi antara Evan dan Sam. Di awal, Evan terus yang muncul dan memenuhi dunia Lulu. Sedangkan Sam datang di bagian pertengahan dan ‘timbul tenggelam’ gitu. Padahal aku seneng banget sama bagian chatting mereka, yang sepenuhnya memakai bahasa Inggris dan ditampilkan dengan format simpel. Begitu sampai di pertengahan, ternyata oh ternyata, Sam ini membawa kejutan. Tambah semangat lagi deh buat baca ceritanya. Seru banget!

Sebelum ketemu dua laki-laki yang sulit ditolak itu, aku harus sedikit berjuang mencerna bagian awalnya. Kalimat pembukanya tidak langsung menjerat pembaca masuk ke dunia Lulu ini. Latar belakang para tokohnya juga tidak banyak diceritakan. Hanya ada sedikit penjelasan kalau diperlukan untuk menggerakan ceritanya. Perpindahan paragrafnya juga terasa terpotong-potong, terutama menjelang ending. Maka dari itu ending-nya pun terasa cepat dan menyisakan banyak pertanyaan. Terakhir, melihat Lulu yang sibuk dengan kehidupan professional – yang sempet bikin kepalaku pusing hahaha – cerita ini lebih cocok masuk MetroPop daripada Amore. Tapi sebenarnya aku masih kurang paham soal perbedaan dua lini itu. Bagiku yang penting dari novel adalah tulisannya oke dan ceritanya penuh momen asyik. Novel ini masuk kriteria tersebut, terutama momen menggemaskan saat Lulu dan Sam ‘kucing-kucingan’ hahaha.

At last, Peek a Boo, Love memperlihatkan kehidupan cinta dan rintangan kerja di kota besar bagi seorang pendatang. Ceritanya disampaikan dengan gaya tulisan yang sangat baik, sehingga kejadian sesederhana sekali pun bisa membekas. Dibandingkan novel penulis sebelumnya, Stay with Me Tonight, aku lebih suka gayanya di sini. Ditunggu karya selanjutnya :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D