Sofi Meloni
248 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Januari 2016
Hey, Cinta. Apakah
kamu di sana? Oh, tidak? Mungkin di sini ? Tidak juga ternyata. Sebenarnya kamu
di mana?
Memulai kehidupan profesional tidak semudah yang kubayangkan saat aku
memutuskan pindah ke Jakarta. Macet dan polusi di mana-mana, Transjakarta yang
sesak, serta kopi pahit yang disodorkan rekan kerjaku setiap pagi. Belum lagi
atasanku, Pak Daniel, yang kelewat misterius.
Semuanya semakin rumit saat masalah datang dan mempertemukanku kembali
dengan Evan, pria yang mengajakku berkenalan di halte Transjakarta. Kejutan
lainnya adalah Sam, teman chatting-ku,
yang ternyata juga berada di kota yang sama denganku dan mengajak ketemuan!
Entah berapa banyak lagi kejutan yang menantiku di kota metropolitan ini.
Hey, Cinta. Apa aku
akhirnya akan menemukanmu di sini?
-Lulu-
Kabar terbitnya Peek a Boo, Love kudapatkan dari
postingan Instagram penulis. Cover-nya
menggunakan ilustrasi orang nyata (you
know what I mean hehehe), tidak seperti novel Amore lainnya yang lebih
sering menampilkan benda-benda yang dianggap romantis dengan warna lembut,
cenderung sendu malahan. Setelah berkali-kali dibikin penasaran dengan segala
promonya, aku akhirnya bisa memegang langsung dan menikmati isinya. Now, let’s review it! :D
"Ini
bukan salahnya. Ini salah perasaanku yang terus berkembang tanpa bisa
kukendalikan." – halaman 45
Sudah sebulan Lulu bekerja sebagai
staf Purchasing di PT SmartSource. Di salah satu perjalanannya ke kantor, Lulu
disapa oleh Evan. Laki-laki yang bekerja di Divisi Marketing itu dengan ramah
menanyakan kabar Lulu dan pekerjaannya. Mereka bertemu lagi di salah satu rapat
dan menjadi teman dekat setelahnya. Kehadiran Evan menarik perhatian Cindy,
rekan Lulu. Cindy yang semula rajin mencari perhatian bos divisi mereka, Pak
Daniel, berubah menjadi orang ketiga di setiap acara Lulu dan Evan.
Lulu yang hanya menganggap Evan
sebagai teman biasa, mulai cemburu. Apalagi Cindy punya fisik yang jauh lebih
sempurna darinya. Semua laki-laki, bahkan Evan pun, tidak bisa menolaknya. Lulu
yang sedih dan bingung dengan perasaannya mencurahkan keluh kesahnya kepada
Sam, teman chatting-nya yang tinggal
di Manhattan. Tanpa Lulu ketahui, Sam diam-diam sudah kembali ke Indonesia. Dia
mengajak Lulu untuk bertemu di dunia nyata. Lulu tentu tegang dan takut
pertemanan mereka jadi berbeda.
"Anehnya,
rasa hangat yang dulu sering kurasakan kini efeknya melemah. Ada kebahagiaan,
tapi tidak cukup besar untuk membuat jantungku berdetak lebih kencang." –
halaman 199
Peek a Boo, Love mengisahkan cerita cinta seorang introvet yang
menghadapi kehidupan baru di Jakarta. Lewat gaya tulisan yang enak dibaca, pejuangan
Lulu menaklukan segala tantangan jadi bacaan yang bikin nagih. Pertama sih
bingung kenapa Lulu jarang banget ngomong. Dialognya lebih dikuasai sama
teman-teman kerjanya. Lama-lama ngerti deh bagaimana karakter Lulu ini.
Pemaparan tokoh yang sangat baik itu membuat konfliknya kuat dan sangat terasa
nyeseknya huhuhu. Curhat dikit, beberapa kali aku menghadapi apa yang terjadi
pada Lulu. Jadi aku tahu banget apa yang Lulu rasakan, sakit hatinya itu loh
hahaha. Balik ke review, aku sempat kurang sreg dengan pembagian porsi antara
Evan dan Sam. Di awal, Evan terus yang muncul dan memenuhi dunia Lulu.
Sedangkan Sam datang di bagian pertengahan dan ‘timbul tenggelam’ gitu. Padahal
aku seneng banget sama bagian chatting
mereka, yang sepenuhnya memakai bahasa Inggris dan ditampilkan dengan format
simpel. Begitu sampai di pertengahan, ternyata oh ternyata, Sam ini membawa
kejutan. Tambah semangat lagi deh buat baca ceritanya. Seru banget!
Sebelum ketemu dua laki-laki yang
sulit ditolak itu, aku harus sedikit berjuang mencerna bagian awalnya. Kalimat
pembukanya tidak langsung menjerat pembaca masuk ke dunia Lulu ini. Latar
belakang para tokohnya juga tidak banyak diceritakan. Hanya ada sedikit
penjelasan kalau diperlukan untuk menggerakan ceritanya. Perpindahan
paragrafnya juga terasa terpotong-potong, terutama menjelang ending. Maka dari itu ending-nya pun terasa cepat dan
menyisakan banyak pertanyaan. Terakhir, melihat Lulu yang sibuk dengan
kehidupan professional – yang sempet bikin kepalaku pusing hahaha – cerita ini
lebih cocok masuk MetroPop daripada Amore. Tapi sebenarnya aku masih kurang
paham soal perbedaan dua lini itu. Bagiku yang penting dari novel adalah
tulisannya oke dan ceritanya penuh momen asyik. Novel ini masuk kriteria tersebut,
terutama momen menggemaskan saat Lulu dan Sam ‘kucing-kucingan’ hahaha.
At last, Peek a Boo, Love
memperlihatkan kehidupan cinta dan rintangan kerja di kota besar bagi seorang
pendatang. Ceritanya disampaikan dengan gaya tulisan yang sangat baik, sehingga
kejadian sesederhana sekali pun bisa membekas. Dibandingkan novel penulis
sebelumnya, Stay with Me Tonight, aku lebih suka gayanya di sini. Ditunggu
karya selanjutnya :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D