Prisca Primasari
192 Halaman
Prisca Primasari, November 2015
Frea Rinata gadis yang sangat payah di kampus. Sementara teman-temannya
sudah melangkah ke depan, dia tetap saja berjalan di tempat, minim prestasi,
dan dipandang sebelah mata. Benar-benar menyebalkan.
Untungnya, dia punya kehidupan kedua yang lebih menarik, yang
melibatkan seorang pemuda bernama Liquor. Atau setidaknya, pemudia yang "dipanggil" Liquor. Frea nyaris
tidak tahu apa-apa tentangnya, kecuali bahwa pemuda itu sangat menarik,
memiliki profesi yang tidak biasa, dan penuh misteri. Namun, jauh di dalam
hati, Frea jatuh cinta padanya, meskipun tidak pernah mengakuinya.
Sampai
kapan Frea akan menyangkal perasaannya? Dan benarkah kehidupan keduanya
semenarik yang dia pikirkan? Karena semakin lama, segala hal tentang Liquor
semakin membuat dirinya frustrasi. Dan sangat khawatir.
Terbitnya Love Theft #1
tahun lalu membuatku terkaget-kaget. Pertama, novel ini diterbitkan secara
mandiri (self-published). Langkah ini pasti
memunculkan beberapa tanda tanya di kepala pembaca, apalagi sang penulis sudah
punya nama. Kedua, cover-nya unik banget. Aku tidak bakal ngeh maksud judul dan desainnya apa
kalau tidak ngepoin laman Goodreads-nya Love Theft #2 dan Instagram penulisnya. Berkat
rasa penasaran itu juga, aku memilih untuk super sabar dan menunggu seri keduanya
terbit dulu. Now, let’s review it! :D
"Saya
harus pulang. Bukankah itu tujuan kita pergi? Untuk pulang." – halaman 34
Karena tidak
lulus audisi untuk acara All Gustav Mahler Recital di kampusnya, Frea Rinata
memutuskan untuk cuti kuliah. Dia lalu menjalani kehidupan keduanya, bergaul
dengan para pencuri, yaitu Liquor dan Night. Tetapi Night mengundurkan diri dan
akan pulang ke Jepang secepatnya. Dia menawarkan tugas terakhirnya dan
disanggupi oleh Liquor. Tugas mencuri kalung Tifany & Co. milik Coco
Kartikaningtias berjalan mulus sampai wajah pemiliknya muncul dalam puluhan
reklame di penjuru kota. Frea, Liqour, dan Night dibuat pusing karenanya dan
harus mencari jalan keluar secepatnya.
"Lama-lama,
dia tidak mampu berhenti.
Karena
dosa yang dilakukan berkali-kali tidak akan terasa seperti dosa lagi." –
halaman 125
Love Theft #1
membeberkan kehidupan kedua Frea bersama para pencuri yang tak disangka menarik
dan penuh drama. Tugas pencurian ‘sederhana’ itu ternyata memunculkan banyak
masalah baru, yang secara tidak langsung menyentuh masalah pribadi pihak-pihak
yang terlibat. Tokoh-tokoh itu juga punya karakter kuat yang membuat ceritanya
mengasyikan untuk terus dibaca. Frea dan reaksinya menghadapi kegagalan di
bidang akademis cukup lekat dengan kehidupan kita, lalu ada Night, pencuri ‘cantik’
yang punya gaya gothic itu sempet bikin aku jatuh cinta lalu patah hati (if you know what I mean), dan tak lupa
Liquor, pemuda yang misterius tapi memabukkan dan loveable. Profesi mereka sebagai pencuri memang sedikit memberi
aura gelap, tapi tingkah laku mereka banyak juga yang bikin geleng-geleng. Didukung
dengan gaya tulisan yang menghanyutkan (dari kalimat pertama!), aku bisa
menyelesaikan ceritanya kurang dari 24 jam. Di bagian ‘Thoughts’ yang merupakan
halaman ucapan terima kasih, The Tale of Dexperaux karya Kate DiCamillo
disebut penulis sebagai inspirasi kisah ini. Aku langsung girang sendiri. Itu
salah satu buku kesukaanku sepanjang masa! Tidak terpikir sebelumnya,
buku yang seringnya bikin aku lapar (karena isinya melibatkan sup super enak),
bisa diinterpretasikan sangat berbeda oleh orang lain dan menjadi karya baru
yang tak kalah bagus.
Dari bagian ‘Thoughts’ itu juga,
aku tahu bahwa cerita Frea, Night, dan Liquor ini asalnya diunggah di Tumblr
sebagai side story. Mungkin karena
itu juga, ceritanya tidak terasa disusun menjadi satu novel utuh atau novel
dualogi. Di awal tidak ada bagian yang memperkenalkan tokoh utamanya atau
dunianya terlebih dahulu. Perkenalan itu baru ada saat tokoh baru muncul. Sebenarnya
bagus juga karena terasa mengalir. Sayangnya, tak jarang hal itu terasa ganjil.
Frea kan ceritanya sudah lama kenal dan nongkrong sama Night dan Liqour, tapi koq
dia sering canggung gitu? Karakter dia juga kurang dibahas. Beda dengan pembahasan
Night dan Liqour yang menyangkut nama, keahlian, sampai binatang pengalih
perhatian milik mereka. Semuanya memang lebih menarik daripada kehidupan Frea
yang sedikit mengingatkanku dengan kehidupan sendiri (#curhat). By the way, kenapa mereka sama-sama identik dengan peliharaan
masing-masing? Apakah itu tren di kalangan pencuri atau mereka belajar
di tempat yang sama atau menganut gaya curi yang demikian? Terakhir,
cukup banyak ungkapan dalam bahasa asing, kebanyakan bahasa Jepang, yang tidak
diberi catatan kaki. Tapi lama-lama terbiasa koq dan tidak masalah juga karena menurutku
semua ungkapan itu sudah sering dipakai di novel lokal berlatar Jepang. Jadi
pembaca pastinya cukup familiar atau paling tidak, mengerti maksud utamanya.
At last, Love Theft #1 adalah novel yang sayang untuk
dilewatkan. Kisah mahasiswi yang ‘terjebak’ dalam gerombolan pencuri ini punya
sisi terang dan gelap yang membuatmu berpikir ulang tentang tokoh-tokohnya.
Gaya tulisannya juga akan membuatmu jatuh cinta. Di bagian akhir, ada cuplikan
cerita Love Theft #2 yang bikin aku kegirangan sendiri hahaha. Recommended!
:D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D