Dwitasari
236 halaman
Plotpoint, Januari 2014
Rp. 39.500,-
Setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai; memilih untuk diam,
memerhatikan dari jauh, atau mendoakan diam-diam. Setiap orang punya caranya
sendiri untuk jatuh cinta tanpa membaginya dengan orang yang dia cinta. Setiap
orang juga punya cara sendiri untuk berbagi tawa dan menyembunyikan tangisnya
sendiri.
Setelah sukses dengan Raksasa Dari Jogja, Dwitasari kini mengumpulkan 14 kisah ini. Kisah tentang kebahagiaan mencintai dan kepedihan memendam cinta. Kisah tentang orang-orang yang menyimpan sebuah nama di hati mereka. Kisah yang akan membuat kita bertanya, "Apa halangan untuk nyatakan cinta?"
Setelah sukses dengan Raksasa Dari Jogja, Dwitasari kini mengumpulkan 14 kisah ini. Kisah tentang kebahagiaan mencintai dan kepedihan memendam cinta. Kisah tentang orang-orang yang menyimpan sebuah nama di hati mereka. Kisah yang akan membuat kita bertanya, "Apa halangan untuk nyatakan cinta?"
Walaupun pernah dengar kontroversinya
lewat Twitter dan Kaskus, aku tetap penasaran dengan tulisan Dwitasari. Setelah
Cerita Horor Kota, aku mau mencoba omnibook ketiganya, Jatuh Cinta Diam-Diam. Selain itu, aku ingin tahu bagaimana sebuah
omnibook dari satu penulis yang sama, bukan rembukan seperti sebelumnya. Let’s review it :)
Jatuh Cinta Diam-Diam memuat 14 cerita pendek yang punya benang
merah yang sama, para tokohnya jatuh cinta secara diam-diam. Kenapa diam-diam? Kenapa
tidak dinyatakan saja? Karena selalu ada halangan yang menahan mereka
menyampaikan perasaan tersebut. Berikut adalah ringkasan singkat dari setiap
cerpennya :D
“Apa yang lebih sakit daripada ditinggalkan seseorang yang paling kamu sayangi? Tentu saja ada. Ada yang lebih sakit daripada itu. Mencintai seseorang yang begitu dekat, tapi cinta yang selalu bertumbuh itu tak pernah menyentuh dan menjamah.” – halaman 13
Rasa: Penjual Mie Ayam dari Wonogiri merantau ke Jakarta dan
berteman dengan anak gadis pejabat yang menjadi pelanggan setianya.
Melihatmu: Seorang dokter berteman dengan seorang pelukis
karena merasa bertanggung jawab atas kematian pacarnya.
Di Ujung Hari: Karena perusahaan Ayahnya sedang bermasalah,
Fira terpaksa menunda keinginannya untuk kuliah di Fakultas Kedokteran dan
terbang ke Palu untuk mengurus neneknya yang sudah mulai pikun.
Jari Manis: Di tengah kericuhan demo mahasiswa, Zaya
diselamatkan oleh Damar, anak Fakultas Hukum, yang tidak pernah dia lihat
sebelumnya.
Dalam Tawa: Alissa mengajari Haryo untuk menjadi stand-up comedian dan mengikuti
kompetisi yang dia menangkan tahun lalu.
“It’s okay, yang pertama selalu full
of shit, kok. Itulah makanya lebih baik kita menikah dengan cinta terakhir
daripada cinta pertama.” – halaman 65
Komedi Kampus: Raceya tertarik dengan dosen mata kuliah
Kebudayaan Indonesia, Pak Jaran. Dia tidak patah asa sekalipun mendengar
dosennya sudah punya tunangan.
Susu Kaleng: Hubungan Dian dan Reksa menjadi dekat setelah
sering bertukar pesan dan menyukai hal yang sama. Tiap pagi, jauh sebelum kelas
di mulai, mereka punya ritual khusus yang menimbulkan tanda tanya atas status
mereka.
Memilih: Ayesha dan Janu, lebih dari sekedar teman tapi
sulit untuk dibilang sepasang kekasih. Jilbab dan kalung salib yang mereka
kenakan membuat mereka tak mampu memberi kejelasan pada status hubungan mereka.
Pertemuan: Cleo memilih untuk ke Jogya dengan menggunakan
bus. Dia duduk di sebelah pemuda tampan yang menggunakan kacamata gelap. Mereka
mulai mengobrol dan rasanya sulit untuk berhenti.
Melepas Matahari: Seorang mahasiswi rajin memasak dan
membagikan sarapannya kepada temannya, Bagas. Hal ini sudah berlangsung lama
tapi Bagas tidak pernah menyebut hubungan ini lebih dari pertemanan.
“Perbedaan yang paling indah adalah perbedaan yang mampu menciptakan penyatuan.” – halaman 83
Perpisahan Sunyi: Setelah lima tahun berlalu, seorang
pendukung Persija bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Dina, yang mendukung
Persib. Diakhir pertandingan mereka berjanji untuk bertemu di suatu tempat.
Pergi: Nadea dan Regy sudah berteman sejak SD. Kedekatan
mereka membuat pacar Regy, Tasya, cemburu dan meminta putus. Nadea lalu
berusaha menyelamatkan hubungan tersebut, apapun syaratnya.
Harapan dan Bayangan: Seorang siswi SMA kelas XI menjalin hubungan
lewat telepon dengan seorang siswa SMA kelas XII di Jogya. Mereka bertemu lagi
ketika kuliah di universitas dan jurusan yang sama tapi semuanya sudah berubah.
Diakhiri Dengan Pelukan: Seorang mahasiswa berada di tengah
persahabatan dua mahasiswi, Anesh dan Elma. Dia menyayangi salah satu, tapi akhirnya
bersama dengan orang yang salah.
Ternyata membaca omnibook dari satu
penulis menyenangkan. Gaya bahasanya tidak berubah-ubah si setiap judul cerpen
dan itu jelas membuatku nyaman melahap semuanya. Tapi karena aku sudah tahu
garis besar ceritanya, aku jadi sering menebak-nebak siapa jatuh cinta diam-diam
pada siapa dan apa yang menjadi halangannya, entah status, agama, atau orang
ketiga. Aku juga mempertanyakan, apakah jatuh cinta diam-diam itu termasuk
friendzone? Karena tokohnya kebanyakan jatuh cinta mengurungkan perasaannya
untuk diungkapkan karena salah satu pihak memasang status ‘teman’. Ckckck,
kasiahan ya. Oh, ya, selain menebak siapa yang di-friendzone-in, aku punya kebiasaan aneh, mencari nama tokohnya di cover-nya hehehehe. Kamu mungkin bisa
dengan gampang melihatnya di gambar cover
di atas, tapi di buku yang aku pegang tidak begitu terlihat, jadi agak susah.
Entah apa maksud bagian belakang cover ini
Salah satu cerpen kesukaanku!
Karena kisah-kisahnya tampil
dalam cerpen di mana medium ini lumayan singkat, informasinya setiap tokoh atau
setting jadi agak menumpuk. Padahal hal-hal kecil yang tidak mendukung cerita tidak
perlu dijelaskan. Ini terjadi di cerpen-cerpen awal. Untungnya, seakan bisa
membaca pikiranku, cerpen-cerpen berikutnya jadi lebih baik. Cerpen yang
menjadi favoritku adalah Komedi Kampus, Pertemuan dan Melepas Matahari.
Sedangkan cerpen yang terasa agak konyol adalah Susu Kaleng dan Harapan dan
Bayangan. Untuk masalah teknis, ada beberapa kata yang typo dan ada kalimat
bahasa Sunda yang tidak diterjemahkan sedangkan bahasa Jawa dijelaskan. Seharusnya
aku nggak protes ya, aku kan orang Sunda dan ngerti bahasanya. Untungnya,
istilah stand-up comedy dijelasin,
jadi lumayan nambah wawasan.
At last, omnibook Jatuh
Cinta Diam-Diam ternyata lumayan asyik dinikmati, apalagi sambil dengerin
mini album baru Girls’ Generation dan suara hujan di luar (maaf, jadi agak
melankolis). Ada beberapa yang mengingatkanku pada pengalamanku sendiri dan bikin
ketawa (miris) sendiri :p
Oh ini omnibus ya, Kak? Saya suka quotenya hihi
ReplyDeleteSempet ragu mau baca karya Dwitasari lagi, tapi kayaknya yang satu ini patut dicoba deh :D
ReplyDeleteO iya kak, apa bahasa yang digunakan masih puitis-puitis yang menggalau? :3
Bahasanya masih puitis dan menggalau tapi nggak berlebihan koq ;D
ReplyDeleteUdah baca buku ini setengah jalan, tapi nyerah deh :(
ReplyDeleteLoooh, Dyah kenapa nyerah?
ReplyDeletebaca quotenya bgus-bgus... kira-kira dari semua cerita yg mana ya paling bagus :D jadi pengen baca novelnya :D
ReplyDeleteJadi pengen baca
ReplyDeletenice review :) jadi pengen baca novelnya..
ReplyDeleteisi dari bukunya saya suka tapi covernya kak kurang menarik maunya di beri gambar yang lebih bagus lagi :)
ReplyDeletepromonya kumcer ini besar-besaran. udah sering pegang tapi belum sempat beli hahaha, karena masih milih2 kalo kumcer, kalo novel kemungkinan aku ambil. Aku suka review kamu, menceritakan kesluruhan hehehe
ReplyDeletesering baca quote2 buku ini di twitter.. keren ya!
ReplyDeleteAku baru aja mau baca, ternyata mbak udah mereview nya. Banyak yang bilang buku ini bercerita tentang menggalau-galau ria. Yah, tentang, perasaan yg tersembunyi tpi, blum terungkap #cie ..
ReplyDeleteUntuk quote nya, aku suka...
Jangan baca ini dah buat yg belum move on 100% kali ya.... Bahaya :'D ahahaha
ReplyDeletesuka banget sama reviewnya kakak, apalagi cara riview kakak itu, menonjolkan keunggulan novel itu, selain itu, aku juga suka sama novel-novelnya kak dwitasari
ReplyDeletehaha ini buku galau abis
ReplyDeleteijin minta resensi nya ya kak
ReplyDeleteKak itu setiap cerita tokohnya pake sudut pandang ketiga?
ReplyDeleteDear Windi, sudut pandang yang digunakan di sini macem-macem koq, nggak cuma orang ketiga doang.
ReplyDeletePenasaran sama buku ini dan lumayan bisa jadi referensi cara ngereview buku kumpulan cerpen nih.. thanks
ReplyDelete