Monday, November 18, 2013

Cerita Horor Kota

Anastasye, Dwitasari, Faisal Oddang, Mardian Sagiant, MB Winata, Mitha SBU, Muhamad Rivai, Putra Zaman, Rexy, Rina Kartomisastro, dan Susi Retno Juwita
268 Halaman
Plotpoint, Agustus 2013
Rp. 47.500,-

Rasa takut tak harus membuat ciut. Cerita-cerita horor dalam buku ini justru merekatkan hubungan antarpenghuni sebuah kota. Simak bersama, nikmati di tengah kehangatan. Sebab, cerita horor, seperti halnya cerita cinta, adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi sebuah kota.

Simak sebelas cerita dari sembilan kota di Indonesia ini: penyamaran di sebuah museum, kehilangan teman-teman dalam sebuah pendakian, pembalasan dendam yang kebablasan, hujan panas yang memancing keluarnya makhluk bukan manusia, pembuatan vaksin yang berujung dengan pembunuhan berantai, pekerjaan kelompok hingga petang di sekolah, penyerangan terhadap seorang penjaga makam, kunjungan pewaris takhta perusahaan ke daerah pelosok, imbalan sebuah ilmu pesugihan, desa gaib di tengah hutan, dan kebun anggrek cantik, namun misterius, yang butuh perawatan.

Ini adalah kisah dari sepuluh penulis pemenang kompetisi #CeritaHororKota bersama penulis buku bestseller Raksasa dari Jogja Dwitasari. Peringatan: Sebaiknya kamu tidak membacanya sendirian.

Di pertengahan tahun 2013, penerbit Plotpoint mengadakan kompetisi penulisan cerita horor kota. Idenya masih sama dengan omnibook sebelumnya yang menekankan cerita kota-kota di Indonesia, Cerita Cinta Kota. Setelah pemenang diumumkan dan omnibook-nya keluar, aku masih biasa aja. Tapi begitu melihat dan menyentuh bukunya secara langsung di sebuah toko buku, aku jadi tertarik. Cover-nya unik dan terkesan menyeramkan. Lalu aku jadi penasaran dengan isinya. Kayak gimana sih cerita horor dari kota-kota di Indonesia dalam bentuk cerita yang cukup singkat? Apa bisa membuatku ketakutan? Review buku Cerita Horor Kota dari blog dhynhanarun.blogspot.com

Daftar isinya unik banget!

Pada awalnya aku tersiksa sekali saat membaca cerpen-cerpen itu. Ingin rasanya berpindah baca novel lain. Tapi aku sudah punya prinsip untuk menyelesaikan semua buku yang sedang aku baca (pengecualian untuk buku kuliah ya hehehe). Kenapa coba sampe tersiksa? Yaaa, pada dasarnya aku ini gampang takut. Aku berhenti nonton film horror Indonesia setelah nonton Pocong 2 karena ingin tidur sambil meluk guling dengan tenang. Namun aku tetap nonton film horor Hollywood koq. Apalagi kalo banyak diomongin orang dan masuk jajaran box office. Filmnya semacam Paranormal Activity, Insidious dan The Conjuring. Tapi saat malam tiba, adegan film itu terus berputar di pikiran aku (terutama bagian yang paling serem) dan bikin aku susah tidur! Itu kalo film ya yang bentuknya audio visual, beda lagi sama tulisan. Ketika membaca, aku mencoba membayangkan apa yang sang narrator lihat atau deskripsikan. Ketika ada bagian mendeskripsikan penampakan mahkluk halus ataupun bagian yang seremnya, mau tak mau aku jadi ikut membayangkan dan ketakutan sendiri. Aku mencoba membaca buku ini saat siang hari, tapi ujung-ujungnya maksain baca sebelum tidur dan mimpi yang aneh-aneh (walaupun gak selalu berhubungan dengan cerita yang baru aku baca). Belum pembatas bukunya yang berbentuk cakar merah itu tiba-tiba jatuh ke tangan aku saat aku sedang membaca bagian yang cukup menegangkan. Sangat mengagetkan! Semenjak itu, aku tidak mau pake pembatas dan membalikkannya, biar warna merahnya tersembunyi. Menderitaaaaaaaaa! Review buku Cerita Horor Kota dari blog dhynhanarun.blogspot.com

Walaupun aku menderita, aku anehnya suka dengan isinya. Ketika sudah sampai cerpen kelima, aku mulai berani menebak kemana jalan ceritanya pergi. Tidak semua cerpen sih, tapi kebanyakan ide ceritanya lekat dengan tradisi, mitos dan legenda dari kota yang bersangkutan. Secara tidak langsung, cerpen-cerpen itu mengenalkan tempat-tempat, kebiasaan dan pengetahuan baru tentang kota yang asing bagiku. Ternyata masih banyak jenis hantu yang berbeda di kota lain, terutama yang bukan di pulau Jawa. Mahkluk halus yang diceritakan jauh dari Pocong ataupun Kuntilanak. Mereka lebih menyeramkan! Untuk masalah teknisnya sendiri, tidak ada typo. Hanya saja ada kata-kata yang diberi tanda strip dan tidak pada tempatnya. Mungkin itu kesalahan pada saat mengatur tata letak. Untuk gaya bahasa, cukup mengalir dan pas dengan cerita yang sedang disampaikannya. Dari sebelas cerita pendek yang ada, aku paling suka dengan ‘Dendam’ dari Manado (twist-nya oke), ‘Menjemput Leva’ dari Jakarta (aku suka gaya penulisannya), ‘Sudah Malam’ dari Malang (pesan moralnya bagus), ‘Taring’ dari Karawang (sempat mengingatkanku pada Twilight tapi tetep oke koq), ‘Obituari Parakang’ dari Makasar (ini juga twist-nya oke. Nggak ketebak), ‘Negori Silop’ dari Kayuagung (ada cerita sejarah kota tersebut yang unik dan ending-nya oke), dan ‘Rumah Taman Anggrek’ dari Pontianak (ini cerpen yang paling ketebak, tapi aku tetep suka. Twist-nya oke) ;D Review buku Cerita Horor Kota dari blog dhynhanarun.blogspot.com
At last, membaca omnibook Cerita Horor Kota adalah pengalaman yang menarik. Tidak hanya karena pengalaman ditakut-takutinnya, tapi juga pengalaman mengenal kota-kota lain. Produser film horor Indonesia mungkin bisa mengambil inspirasi dari omnibook ini. Biar filmnya lebih kreatif dan variatif gitu hehehe. Recommended! :D Review buku Cerita Horor Kota dari blog dhynhanarun.blogspot.com

2 comments:

  1. Terima kasih untuk ulasannya, Dini :)

    ReplyDelete
  2. mbak,,,aku pengen baca bukunya,,,sepertinya serem ya tiap bab ceritanya,,,eh,,sampulnya unik ya,,ada tangan nya gitu,,,dagtar isinya pake peta indonesia segala,,,keren bin unik pokoknya,,,

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D