169 halaman
Plotpoint, Mei 2014
Rp. 37.000,-
Aku ingin mencintai
sampai tak bisa mati,
sampai napas menolak berhenti.
Seperti bulan yang tak pergi
dari langit pagi.
Nina pergi ke Pantai Kupu-kupu untuk mencari tujuan hidupnya. Dia bertemu Sam, seorang musisi indie, yang sedang mendamba kekasih hidup. Sepanjang malam mereka jalan-jalan, mengobrol tentang musik, pemberontakan, impian yang gagal, hingga legenda Perempuan Kupu-kupu.
Pantai Kupu-kupu adalah tempat yang tiada namun ada. Tiada karena tak tercantum dalam peta mana pun. Ada karena beredar sebuah kisah tentang matahari yang terbit setiap pagi seraya menebarkan jutaan kupu-kupu.
sampai tak bisa mati,
sampai napas menolak berhenti.
Seperti bulan yang tak pergi
dari langit pagi.
Nina pergi ke Pantai Kupu-kupu untuk mencari tujuan hidupnya. Dia bertemu Sam, seorang musisi indie, yang sedang mendamba kekasih hidup. Sepanjang malam mereka jalan-jalan, mengobrol tentang musik, pemberontakan, impian yang gagal, hingga legenda Perempuan Kupu-kupu.
Pantai Kupu-kupu adalah tempat yang tiada namun ada. Tiada karena tak tercantum dalam peta mana pun. Ada karena beredar sebuah kisah tentang matahari yang terbit setiap pagi seraya menebarkan jutaan kupu-kupu.
Pantai Kupu-Kupu adalah salah satu buku dari early birthday gift dari aku sendiri hehehehe. Kenapa aku pilih
novel ini?
Aku suka cover-nya yang nggak biasa,
warna yang dominan itu warna gelap, bukan cerah ceria seperti cover novel komersil lainnya. Lalu aku
tertarik dengan sinopsisnya. Dari pendapat aku sih, petualangan dua tokoh
utamanya akan mirip film Before Sunrise, Before Sunset dan Before Midnight
gitu. Dan terakhir, aku liat tweet
Rio Dewanto yang ngungkapin dia suka banget sama novel ini hihihihi. Let’s review the book now ;)
"Lucu,
ya, bagaimana hal luar biasa bagi seseorang ternyata biasa bagi orang lain. Sebetulnya
‘biasa’ dan ‘luar biasa’ cuma masalah persepsi. Semua netral pada dasarnya."
– halaman 23
Nina, gadis delapan belas tahun,
mencari jati dirinya dengan pergi ke Pantai Kupu-Kupu. Dia mendengar ribuan
kupu-kupu keluar saat matahari terbit dengan ajaib. Fenomena tersebut akan
terjadi sekitar delapan jam lagi, maka dia mencari Penginapan Pelangi, penginapan
di mana dia dan orang-orang asing yang dianggap saudara-saudari berkumpul.
Dalam perjalanan, dia bertemu dengan Sam, penduduk lokal yang lebih tua enam tahun
darinya. Sam menawarkan diri untuk mengantar Nina. Dia juga menawarkan diri
untuk menemani Nina melihat kemunculan kupu-kupu tersebut. Dalam jam-jam menuju
pagi, Nina dan Sam mengobrol tentang hidup mereka masing-masing, pandangan
pribadi tentang isu-isu sosial dan juga legenda Perempuan Kupu-Kupu.
"Aku
pernah sangat pesimistis. Percayalah, itu tak akan membawamu ke mana-mana. Itu hanya
menyiksamu, membuatmu sulit menikmati hidup." – halaman 113
Saat membaca kalimat pertama Pantai Kupu-Kupu, aku ngerasa rada
males. Soalnya kalimatnya sekilas kayak yang penuh kiasan, berbunga-bunga dan
berpotensi bikin galau. Tapi ternyata tidak demikian. Aku terhanyut dalam
ceritanya dengan cepat. Gaya bahasanya sederhana, mengalir dan enak dibaca. Sebenarnya,
sih, aku rada bingung dengan point of
view-nya yang banyak banget, ada Nina, Sam dan ‘kami’ (entah
siapa ‘kami’ itu). POV itu berganti-ganti dengan cepat. Di satu paragraf, menggunakan POV ‘kami’ (I guess), diceritakan lah bungalo
Penginapan Pelangi berjumlah 20. Lalu di paragraf selanjutnya, dijelaskan Nina
tidak tau jenis-jenis tanaman yang ada di dalam Penginapan Pelangi, ini pasti ganti
ke POV Nina, kan? Lalu deskripsinya lumayan minim. Lebih banyak dialognya. Weirdly, I’m fine with that. Karena
kekuatan cerita ini memang ada di dialog-dialognya :D
"Waktu
remaja, kita semua ingin bebas. Tapi, saat dua puluhan, kita sadar kebebasan
itu tidak gratis. Orang paling bebas di dunia pun, yang kerjanya cuma
senang-senang dan tidur sepanjang hari, pasti bisa begitu karena ada orang lain
yang menanggung hidupnya. Dengan kata lain, ada orang lain yang menanggung
kebebasannya." – halaman 113-114
Obrolan ngalor-ngidul Nina dan
Sam menarik, nggak ngebosenin dan bikin aku senyum-senyum sendiri. Persis seperti
yang aku perkirakan. Topik-topik yang mereka bahas macem-macem, dari legenda
Pantai Kupu-Kupu, pencarian jati diri, kisah cinta masing-masing yang tidak
sempurna, pemikiran legalisasi ganja dan perkumpulan mereka yang unik sekaligus
aneh. Semua itu mengalir aja, nggak menggurui sama sekali tapi tetep bikin
mikir. Saat aku tau mereka hidup begitu bebas, aku langsung mikir mereka itu
semacam gipsy atau hipster gitu. Memang benar, tapi nggak seperti yang aku
kira. Mereka hanya pengen bebas, mandiri dan idealis. Hal-hal yang susah dijaga
di kehidupan masa kini. Lalu ending-nya,
ending-nya pas dan manis banget ;)
At last, aku suka banget sama Pantai
Kupu-Kupu ini. Ceritanya unik, suka gaya bahasanya dan dialog-dialognya
asyik. Satu hal yang ngehambat aku ngasih bintang empat adalah POV-nya itu dan jumlah
halamannya yang terlalu singkat. Gimana, ya, kehidupan Nina dan Sam setelah
hari itu?
Penulis mau bikin sekuel, gak? Atau untuk novel selanjutnya, tolong tulis
cerita yang lebih panjang, ya, please
:)
Kovernya sekilas kayak gak niat, tapi ternyata... Buku dgn kover nyeleneh justru menyimpan cerita dan ending yang manis. Iya setuju, Kak! Tp kayaknya cerita sekeren apapun bakalan terkesan kurang panjang deh :D hahaha
ReplyDeletesaya pernah melihat buku ini di gramedia namun belum sempat membelinya, sudah terlanjur beli buku yg lain.
ReplyDeleteWAH, ceritanyaaaaaaaaaaa...nyesssh
"Aku pernah sangat pesimistis. Percayalah, itu tak akan membawamu ke mana-mana. Itu hanya menyiksamu, membuatmu sulit menikmati hidup."
ReplyDeleteSukaaa sekali sama kutipan di atas.
Kayaknya novel ini sarat pesan moral.
Worth to read lah. :))
Ini novel penulis sini? Aku suka baca novel yang banyak dialog berisi. Biasanya dari pengarang luar. Jarang dapet itu dari buku pengarang sini. Jadi tertarik. ehehe
ReplyDeleteThanks ya! Review kamu keren :)
ReplyDeleteaku suka sama cerita di novel ini. Sampai aku jadiin tugas kuliah analisis novel . :D heheh
ReplyDeleteaku senang sama cerita novel ini. pertamanya sih aku coba2 baca. Tapi stelah kubaca terus, menarik banget. dan novel ini aku pernah buat tugas kuliah analisis novel :D heheh
ReplyDelete