Wednesday, October 12, 2016

.

Seminggu yang lalu, aku menerima telepon dari nenekku. Ini hal yang sangat biasa terjadi. Biasanya beliau menanyakan keberadaan mamaku yang kadang terlalu sibuk untuk mengangkat telepon. Karena tahu aku lebih sering berada di rumah, beliau juga tak jarang mengundangku mampir ke rumahnya yang berada persis di depan rumahku. Katanya khawatir aku kesepian sendirian di rumah, menawarkan buah-buah yang sebenarnya pemberian dari mamaku dan tentunya ada di rumahku, atau mengingatkanku untuk selalu berhati-hati jika menyalakan kompor. Telepon itu biasanya singkat dan berakhir seolah-olah aku yang menelepon, bukan sebaliknya. Lucu memang.


Ada yang sedikit berbeda di telepon tersebut dan telepon-telepon di hari-hari sebelumnya. Saat aku mengucapkan salam, tidak langsung ada jawaban atau suara apapun. Aku pikir nenekku salah memencet nomor. Untungnya, beberapa saat kemudian terdengar suaranya. Itu sering terjadi, membuatku sedikit terganggu. Isi percakapannya juga sering kali hal-hal yang sama, membuatku tidak begitu semangat melihat namanya di layar hp. Di telepon minggu lalu juga begitu. Sore itu, aku sedang berada di luar dan tidak mengetahui persis posisi mamaku sehingga tidak bisa memberikan jawaban yang pasti.

Sore berikutnya, nenekku tak sadarkan diri. Kejang-kejang. Muntah-muntah.

Lewat tengah malam, nenekku dibawa ke rumah sakit. Dokternya mengatakan ada pendarahan di otak dan tidak banyak yang bisa dilakukan.

Di perawatan hari ketiga, aku sempat menjenguk ke rumah sakit. Nenekku mengigau beberapa kali dalam helaan nafasnya yang cukup cepat dan berat.

Keesokan harinya, nenekku meninggal dunia di usia 83.

.

Tidak banyak temanku yang tahu tentang kabar ini. Aku tidak biasa membagikan kabar seperti ini. Lebih tepatnya aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku memutuskan untuk menuliskannya di sini karena rasa kehilangan seperti ini harus diluapkan. Aku mungkin tidak terlihat atau terdengar sedih. Tapi rasa sakit itu tetap ada. Air mata juga tumpah.

Aku juga menolak membicarakannya. Aku akan ingat telepon terakhir itu lalu menyesal karena tidak menjawabnya dengan baik. Lalu aku mengingat telepon lain yang berisi ajakan dan tawaran yang sebagian besar kutolak. Andai saja aku bersikap lebih baik


Aku kadang masih tidak percaya nenekku sudah tidak ada. Aku sering kali berpikir nenekku masih berada di kamarnya, menonton TV sambil makan buah-buahan. Kadang menggunakan kursi roda untuk keluar, seperti saat aku akan berangkat wisuda di bulan Agustus lalu. Tapi aku ingat aku pergi ke pemakamannya, melihat mamaku dan saudara-saudaranya sibuk menyiapkan acara tahlilal, dan tidak ada telepon darinya selama seminggu ini. 

1 comment:

Thanks for leave your comment :D