Friday, August 7, 2009

3 Anak Kucing-Book 1-Chapter 6


Kehidupanku juga berubah seperti kelakuan Shyra. Setiap hari aku selalu dapet kejutan baru dari dua cowok. Siapa lagi kalo bukan Tama dan Udith. Dua cowok yang, ternyata Ayah bener, penuh misteri dan kejutan. Setelah mobil sedan mewahnya, Tama ngajak aku ketempat yang bener-bener gak pernah aku pikirin.

” Taraa! Kita sudah sampai!” seru Tama sambil membawaku keluar dari mobil dan didepanku sudah ada kafe yang terkenal. Selain karena letaknya di Dago atas, harganya juga terkenal ’sangat’ murah banget.

” Tam, kita bakal makan siang disini?” Tama mengangguk ” Uangnya . . .”

” Aku yang bayarin. Yuk”

Mentang-mentang tajir! Tapi tak apalah, soalnya aku emang doyan makan dan untungnya gak langsung jadi ’ndut. Semenjak itu Tama selalu ngajak aku ke tempat-tempat makan yang super enak dan super mahal. Jadi agak gak enak juga sih

Kalo Udith beda lagi. Penuh kejutan juga tapi mungkin bisa disebut ’dalem’. Dia baru sekali ini ngajak aku jalan-jalan dan ngajaknya itu ke . . .

” Kebun binatang?”

” Iya. Emang kayak kebun teh? ayo masuk!” Udith membawaku ke loket pembelian tiket dan membelikanku selembar tiket

” Ngapain kita kesini? Kamu gak pernah kesini ya? emang di Jakarta gak ada kebun binatang?”

” Eit, kamu jangan mikir yang aneh dulu dong” jawab Udith. Dia berjalan sambil sepertinya mencari sesuatu ” Emang kebun binatang cuma buat anak kecil?”

Udith mengajakku berkeliling kebun binatang yang terakhir kali aku kunjungin beberapa tahun yang lalu. Tak banyak yang berubah tapi binatang yang ada jadi lebih banyak dan menarik. Belum lagi sisi edukasi yang sangat menonjol. Aku sempat ketakutan melihat proses lahir seekor bayi harimau yang ada di museumnya.

” Itu sebabnya kamu harus lebih ngehargain yang namanya hidup” Udith mulai bicara ’dalem’ lagi ” Penjuangan seorang ibu buat ngelahirin anaknya itu bener-bener berat dan sakit. Kamu juga harus berjuang nanti” wajahku jadi merah

” Itukan masih lama”

” Ya, buat siap-siap aja” aku diam karena tidak bisa menjawab. Itukan hal yang pribadi banget. Kenapa aku jadi mikir yang aneh-aneh sih?. Tiba-tiba ada hp bunyi.

” Fries, ada telepon dari Ayah kamu nih” Udith buru-buru memberi hp hpnya” Cepetan jawab!”

” Halo?”

” Oh, ternyata anak kesayangan Ayah lagi ngedate. Dimana? Koq berisik? Di mall ya?”

” Ayah apaan sih? Aku lagi di kebun binatang. Ada beberapa yang bikin aku serem”

” Kalo serem peluk aja Udithnya”

” Ayah apaan sih?”

” Jangan terlalu sore ya. Ayah kesepian gak ada temen ngobrol”

” Iya. Bentar lagi pulang”

” Maaf, Ayah ganggu kencannya”

” Ayah!”

” Dagh”

Telepon langsung terputus. Aku memandang hp Udith itu dengan kesal. Ayah aneh-aneh aja deh. Loh, tulisannya . . .

” Gimana? Ayah kamu marah? Sorry, aku lupa ngasih tau kalo hari ini aku ngajak kamu pergi. Kita pulang sekarang?” aku menggeleng sambil tetap memandang layar hp

” Ayah gak marah koq”

” Trus kenapa kamu kayak yang protes gitu sama Ayah kamu?”

” Ayah cuma ngejailin aku seperti biasa. Kamu taukan Ayahku gimana?” Udith mengangguk

” Aku udah takut”

” Dith, ini maksudnya apa sih?” aku menunjuk nama yang ada di daftar panggilan masuk. Di sana tertulis ’calon mertua’. Udith langsung terdiam. Berarti Udith calon menantunya dan aku . . .

” Itu . . .” Udith sepertinya bingung menjelaskannya padahal aku udah ngerti

” Kamu ada . . rasa lain sama aku?” tanyaku. Udith mengangguk ” Sejak kapan?”

” Dari pertama kali bertemu di supermaket itu” akhirnya Udith ngomong juga

” Tapi, itukan . . .”

” Terlalu cepat?” aku mengangguk ” Aku juga ngerasa gitu. Tapi aku yakin kamu the one and only buat aku”

“ Yakin banget?”

“ Yakin seratus persen! Gimana, kamu maukan jadi cewek aku?”

Aku sering banget ngedenger kata-kata ini. Tapi cuma di film-film dia gak nyangka ada cowok yang ngucapin kata-kata itu ke dia dan semua ini nyata. Uh, ternyata deg-degan juga. Sama kayak cerita Shyra. Kayaknya muka aku merah nih.

” Ng . . .” Udith yang ngeliat betapa bingungnya aku, akhirnya menghela nafas.

” Kalo kamu bingung gak usah jawab sekarang. Pikir-pikir dulu ya. aku gak mau kamu nyesel”

” Gak papa?”

” Gak apa-apa koq. Pulang aja. Ayah kamu pasti nungguin” Udith menarik tanganku lagi, mengenggamnya sampai parkiran. Sekarang udah deg-degan. Gimana nanti? Aduh, aku harus gimana dong?.

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D