Pages

Tuesday, August 9, 2016

Alkisah Kasih

Lea Agustina Citra
Desain sampul: Orkha Creative
304 Halaman
Gramedia Pustaka Utama, Juli 2016
Rp. 75.000,-

Andjani Safira nyaris memiliki segalanya: kecantikan, kecerdasan, karier, dan popularitas sebagai penyiar berita. Semua itu masih disempurnakan oleh kehadiran pria tampan blasteran Maroko bernama Eadja yang pernah menjadi kekasihnya.

Tapi semua itu tidak berarti dengan adanya ultimatum Eyang Putri: Andjani harus menikah di usia 25 tahun dengan pria yang belum pernah ia temui! Satu-satunya petunjuk tentang pria itu hanya selembar foto usang seorang anak SMP gemuk berkacamata. Dia menolak ultimatum itu keras-keras. Baginya, pernikahan harus berlandaskan cinta dan cintanya hanya satu: Radja.

Sampai akhirnya ia bertemu Ardian, doktek anestesi dengan selera humor payah yang mengajarinya bahwa cinta saja tidak cukup membuat pernikahan bahagia. Dan hal itu yang membuat Andjani berpikir dua kali tentang ultimatum Eyang Putri.

Alkisah Kasih adalah novel mbak Lea kedua yang kubaca. Sebelumnya aku baca Relung Rasa Raisa dan sukaaa bangeeeet! Sempet tertarik baca novelnya yang lain. Tapi novel yang selanjutnya merupakan sekuel novel Teenlit yang sudah susah dicari. Penulis ternyata menerbitkan novel romance lagi tahun ini. Aku beruntung bisa mendapatkannya langsung dari penulis. Nggak usah pergi ke toko buku, bukunya nyamperin ke rumah hehehe. Now, let’s review it! :D

"Kenapa Ibu dan Eyang lebih memikirkan bagaimana membayar utang nyawa itu ketimbang memikirkan perasaanku?" – halaman 123

Andjani Safira diberi ultimatum untuk menikah di usia 25 dengan seorang pria yang belum pernah dia temui. Eyang Putri merancang perjodohan itu demi membayar utang leluhur mereka. Andjani jelas tidak mau. Dia berharap Radja, cinta pertamanya, segera melamarnya dan membebaskannya dari kewajiban itu. Di hari yang Andjani anggap spesial, Radja ternyata menyiapkan kejutan lagi. Lebih sial lagi, Andjani kemudian tertabrak mobil milik Adrian, seorang dokter anestasi yang hendak menjemput tunangannya. Pria itu tak menyangka akan bertemu penyiar berita ternama. Dia lalu bertanggung jawab dengan membawa Andjani ke rumah sakit. Pertemuan mereka tidak berhenti sampai di sana. Lewat kisah cinta Adrian dan calon istrinya, Andjani mulai berpikir ulang soal perjodohannya.

"Kamu tahu kan profesiku ini bikin aku mampu dan bertanggung jawab membuat pasienku sadar dan nggak sadar, termasuk membuat seseorang sadar telah mencintai atau nggak sadar telah melupakan orang yang menghancurkan hatinya." – halaman 198

Alkisah Kasih memberikan kisah perjodohan dengan bumbu-bumbu yang pas dengan seleraku. Buat orang lain, konflik seperti ini sudah sering dipakai dan akhir ceritanya bisa ditebak dari pertama kali dua tokoh utamanya bertemu. Aku setuju dengan dua hal itu. Yah, namanya juga cerita romance. Tapi tetap saja aku suuuuukaaaa! Aku tetap excited saat tokoh-tokoh tertentu terlibat dalam hal-hal yang sudah kuperkirakan. Tidak mudah loh membuat kisah cinta yang menyakinkan, apalagi konflik dan motifnya harus kuat. Di sini, batu sandungan Andjani adalah perjodohan yang dibalut tradisi Jawa. Andjani yang berpendidikan tinggi dan karier yang sukses tetap saja tidak berkutik dengan nilai-nilai yang dianut Ibu dan Eyangnya. Benturan dua hal yang berbeda tersebut membuat ceritanya tidak hanya berputar pada kisah cintanya saja, tapi bagaimana sisi tradisional terselip di kehidupan kota metropolitan.

Karena keluarga Andjani berasal dari suku Jawa, banyak dialog dan ungkapan yang menggunakan berbahasa Jawa. Ada yang dijelaskan lewat catatan kakinya, ada juga yang tidak. Tapi jawaban lawan bicara secara tidak langsung menerjemahkan maksudnya. Trik penulisan seperti itu menahanku untuk tidak menebak-nebak sembarangan hahaha. Secara keseluruhan pun aku menyukai gaya tulisannya. Menggunakan tata bahasa yang cukup formal dan baku tapi tidak kaku sehingga enak dibaca. Aku juga tidak kebingungan saat cerita beralih dari masa kini ke masa lalu. Sebagian bagian flashback itu untuk menjelaskan awal mula perjodohan Andjani. Penyampaiannya pun tidak diselipkan di tengah-tengah kejadian di masa kini. Ada yang disampaikan di bab terpisah dan ada yang diberi keterangan waktu dan tempat. Bagian itu juga memuat beberapa petunjuk tentang calon suami Andjani dan masalah-masalah lainnya.

Kalau ngomongin Andjaninya sendiri, dia itu gambaran wanita muda yang sempurna. Cantik, cerdas, dan benci sama asap rokok. Hal yang terakhir itu sama banget dengan prinsip hidupku, jadi aku suka banget hehehe. Untungnya dia diberi beberapa kekurangan seperti mendadak bego karena cinta. Yang satu ini pasti bikin pembaca gampang related dengan kisahnya. Kekurangan lain yang agak kusayangkan adalah motivasinya tidak selalu berasal dari dirinya. Seringnya sih pengaruh orang-orang di sekitarnya. Pilihan karirnya pun muncul karena ingin menyaingi orang lain. Kalau Adrian, tidak banyak yang bisa diketahui selain pekerjaannya dan selera humornya yang sangaaaat parah. Beneran deh, jokes-nya itu bikin aku mikir ‘apaan sih?’. Nggak banget. Masuk pertengahan cerita, jokes-nya bisa bikin senyum-senyum. Eiits, senyuman itu bukan karena lelucoannya beneran lucu, tapi senyuman yang maklum. Mungkin kedekatan dan rasa tertarik yang muncul sepanjang cerita membuat perilaku ajaib seseorang bisa ditolerir ;)

Sayangnya di bagian pertengahan, aku merasa ceritanya tidak jelas tujuannya. Perbedaan pendapat mereka tentang perjodohan dan cinta sejati kurang bisa menyakinkanku. Perjodohan Andjani jarang disebut dan nasib calon istri Adrian juga terlupakan. Dunia sepertinya serasa milik mereka berdua, ya. Hubungan keduanya juga menurutku bisa lebih rumit dan panjang. Salah satu alasannya karena banyak hal yang kurang dieksplor. Seperti, kenapa Andjani bisa adem ayem aja menerima setiap panggilan ‘akrab’ dari Adrian. Padahal sebelumnya pikiran dia tidak lepas dari kecurigaan bahwa Adrian membuntutinya dan berniat buruk. Aku juga berharap Adrian diberi ruang lebih banyak untuk menyampaikan cerita dari sudut pandangnya. Soalnya di bagian awal, Adrian menjelaskan sendiri bagian tabrakan itu. Begitu cerita berlanjut, koq cuma Andjani yang bercerita? Aku mengerti menyuruh Adrian bercerita akan membocorkan banyak hal penting. Tapi tetep aja aku pengen dia diberi bagian juga. Hal yang sama juga berlaku buat teman-teman dekat Andjani, Gitta dan Aren. Mereka beneran seperti tokoh mendukung doang .. karena memang itu tugas mereka. Paling nggak hadirkan interaksi Andjani dengan mereka yang menunjukan level keakraban mereka, tidak hanya saat membahas Radja atau Adrian. Ah, sepertinya aku hanya ingin cerita asyik ini punya halaman yang lebih banyak ;p

At last, walaupun kisah perjodohan dalam Alkisah Kasih tidak menawarkan hal yang benar-benar baru, aku sangat menikmati perjuangan Andjani lolos dari ultimatum Eyangnya. Tradisi Jawa dan kegaringan si dokter memberikan kesan tersendiri untuk ceritanya. Semoga saja penulis sedang menulis cerita percintaan lain karena aku sukaaaaa.  Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D