Jojo Moyes
367 Halaman
Penguin UK, 2012
eBook
Lou Clark knows lots of things. She knows how many footsteps there are
between the bus stop and home. She knows she likes working in The Buttered Bun
tea shop and she knows she might not love her boyfriend Patrick.
What Lou doesn't know is she's about to lose her job or that knowing
what's coming is what keeps her sane.
Will Traynor knows his motorcycle accident took away his desire to
live. He knows everything feels very small and rather joyless now and he knows
exactly how he's going to put a stop to that
What Will doesn't know is that Lou is about to burst into his world in
a riot of colour. And neither of them knows they're going to change the other
for all time.
Tahun ini, aku meniatkan diri untuk
membaca Me Before You. Hal yang
mendorongku adalah film adaptasinya tayang tahun ini (classic
Dhyn) dan aku ingin membereskan bukunya sebelum menontonnya nanti.
Nama pemain dan tanggal perilisannya belum jelas agak membuatku menunda-nunda
untuk membacanya. Sampai aku sedang bingung untuk memilih buku yang akan dibaca
selanjutnya, buku ini seperti ‘memanggil’-ku. Maka, tanpa tahu sinopsis atau
detail lainnya, aku mulai membacanya. Now,
let’s review it ;D
"The think about being catapulted into a
whole new life – or at least, shoved up so hard againt someone else’s life that
you might as well have your face pressed againts their windows – is that it
forces you to rethink your idea of who you are. Or how you might seem to other
people."
Louisa ‘Lou’ Clark kehilangan
pekerjaannya di kafe The Buttered Bun karena sang pemilik memutuskan untuk
pulang ke negara asalnya. Ini membuat keluarga Lou panik karena gaji Lou
berperan besar menopang kehidupan mereka. Lou mulai melamar dan menjalani
pelatihan di beberapa bidang pekerjaan. Pengalamannya di kafe dan pendidikan
yang minim membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan yang pantas, sampai
sebuah lowongan untuk menjadi asisten perawat masuk. Pekerjaan selama enam bulan
itu mempunyai gaji di atas rata-rata. Tugas utama pekerjaan itu adalah membantu
Will Traynor, seorang pria lumpuh, untuk makan, memberi obat dan hal-hal kecil lainnya.
Untuk bagian medis yang menyangkut kursi roda dan terapi sudah diurus perawat
profesional bernama Nathan.
Walaupun bingung dengan deskripsi
tugasnya, Lou melamar dan mendapatkan pekerjaan tersebut. Will tidak menyambut
kehadiran Lou dengan hangat. Dia kerap kali menyinggung kehidupan membosankan
dan selera pakaian unik milik Lou. Lou berusaha terbiasa dengan Will dan tetap bertahan
demi gajinya. Ketika hubungannya dengan Will menjadi akrab, Lou juga mulai
mengerti kehidupan Will, terutama sebelum kecelakaan. Tak hanya itu, dia mulai menilai
kehidupannya dan hubungannya dengan Patrick. Suatu hari Lou menguping percakapan
ibu dan adik Will yang menjelaskan keinginan Will untuk pergi ke Dignitas. Lou
merasa dikhianati dan dengan segera mengajukan pengunduran diri.
"Nobody wants you to talk about being afraid,
or in pain, or being scared of dying through some stupid, random infection. Nobody
wants to know how it feels to know you will never have sex again, never eat
food you’ve made with your own hands again, never hold your own child. Nobody
wants to know that sometimes I feel so claustrophobic, being in this chair, I just
want to scream like a madman at the thought of spending another day in it."
Me Before You mempunyai cerita yang realistis, sangat menyentuh
sehingga membuatku mengalami book
hangover selama berhari-hari dan super menyesal karena sudah mengharapkan ending ‘seperti itu’. Sebenarnya bagian
awal cerita terasa sedikit membosankan dan mudah tertebak. Ah, pasti nanti
mereka gini lalu gitu. Chemistry antara
Lou dan Will dan percakapan sarkastis dan thoughtful
mereka, apalagi tentang masa lalu dan masa depan, sedikit menghibur. Belum
lagi kata-kata yang dieja dengan English–British. Cukup menarik dan membuat
ceritanya terasa … British ;p. Tapi aku belum puas dan berharap besar pada ending-nya. Begitu sampai halaman
terakhir dan hal itu benar-benar
terjadi, untuk pertama kalinya aku mengharapkan ending yang super cheesy
layaknya film Hollywood. Aku kemudian sadar ending
cheesy itu tidak akan membuat
ceritanya kuat dan aku pasti membenci buku ini. Tapi tetap saja aku
menginginkan ceritanya tidak berakhir seperti ini.
Selesai membaca halaman terakhir,
aku menangis cukup lama. Mood aku seharian
itu sangat tidak bagus. Aku sensitif dengan segala hal yang tidak atau
berhubungan dengan ending tersebut.
Beberapakali aku kembali ke halaman itu atau bab-bab lain yang sebelumnya begitu
mengugah dan menginspirasi. Semuanya terasa tidak sama lagi. Aku pun menangis
lagi. Bagian bawah mataku membengkak selama beberapa hari dan terasa sakit. Setiap
merasakan rasa sakit dan berat di mataku, aku kembali mengingat ending itu dan kembali menangis. Setelahnya,
satu novel berhasil aku selesaikan tapi isinya tidak bisa menghilangkan semua rasa
sesak ini. Oh, Will Traynor, how could
you do this to me?
Jika dipikir-pikir, setelah
berhari-hari, hal yang paling menyentuh sekaligus mengangguku adalah beberapa
persamaan antara aku dan dua karakter utamanya, Lou dan Will. Sama seperti Lou,
aku stuck di kehidupan ‘nyaman’-ku,
tinggal dekat orang tua karena kurasa itulah yang terbaik dan punya adik yang
seenaknya melebarkan sayap ke hal-hal dan tempat-tempat ‘berbahaya’. Kehadiran
Will dan segala dorongannya sedikit membuatku optimis. Semuanya hancur karena sebenarnya
aku juga sama dengan Will. Aku sadar dengan hal-hal membosankan tersebut, tapi
aku tidak punya ‘daya’ sehingga begitu putus asa dan sering berpikir untuk ‘pergi
ke Dignitas’.
Tapi keputusan yang diambil Will terasa
bertentangan dengan hatiku. Di sanalah aku merasa aku berbeda dengan Will. Di
sana aku sadar kalau aku bisa melakukan hal dan mengambil keputusan yang lebih
baik. Walaupun begitu, aku masih belum bisa lepas dari ceritanya. Aku juga masih
tidak mengerti bagaimana mungkin seseorang seperti Will mengambil keputusan itu
tanpa benar-benar merasa depresi? Dan bagaimana mungkin seseorang yang begitu
putus asa bisa mendorong orang lain untuk menikmati hidup? Aku berharap
ceritanya menghadirkan lebih banyak sudut pandang dari Will dan bukannya
tokoh-tokoh kecil lain, seperti Nathan dan Treena, yang agak menganggu ritme
cerita.
Book vs Movie Adaptation
Saat sedang membaca bagian
pertengahan, aku mencari info produksi filmnya. Diketahuilah filmnya
direncanakan untuk tayang 21 Agustus dan dua peran utama diperankan oleh Emillia Clarke dan Sam Claflin. Untungnya wajah-wajah mereka tidak ‘menghantui’
saat aku menyelesaikan bukunya. Sepertinya aku belum merasa cocok dan menemukan
aura Lou dan Will di dalam mereka. Tapi aku penasaran buat liat khaleesi dengan
gaya pakaian yang eksentrik, hehehe. Jadi aku sangat excited buat nonton filmnya nanti. Semoga, semoga, semoga masuk ke
bioskop Indonesia ;D
At last, cerita Me Before
You menurutku realitis sehingga begitu mudah menyentuh pembacanya. Aku
menangis beberapa kali saat menulis review ini tapi juga lega karena bisa mengeluarkan
semuanya. Tapi sepertinya tangisanku akan cerita Lou dan Will belum akan
berakhir karena film adaptasinya akan tayang dalam beberapa bulan dan buku sekuelnya,
After You, akan menyusul kemudian. Aku yakin ceritanya berpotensi membuatku book hangover lagi. But I don’t careeee. Don’t knock it until you try it (Oh, Will).
Recommeded! ;D
reviewnya bagus.. jadi kepingin baca sebelum nonton film nya.
ReplyDeletebeli novelnya dimana ya?
Sama pengen beli novelnya juga.. tapi di bali udah habis dimana2.. hiks...
DeleteKita mengalami hal yang sama. Book hangover. Gila kalau ingat ceritanya pasti langsung sedih....
ReplyDeleteBeruntung banget nemu buku me before you pas bazaar di gramedia wkwk
Halo Javanese Girl, novelnya bisa ditemui di Gramedia. Kalau beruntung, bisa dapet yang diskonannya seperti Utin Anya. Iya, aku juga beli di bazar super diskon itu hahahaha
ReplyDeleteQ gk nemu... nanya ma mbak2 di gramedia di seluruh gramed yg ada di Bali 0.. god.. sedih.. nunggu filmnya tgl 3 juni baru tayang di bioskop..
DeleteHalo.. Ikut nimbrung ya ☺
ReplyDeleteAq baru selesai baca me before you, beli online novel 2nd dr teman di makasar
Kalau mau pinjem gpp, drpd nunggu filmnya msh lama
Aq domisili sby
Mau pinjem donk novelnya. Mau beli lumayan juga ya. Mana ADA lagi lanjutannya
DeleteSetelah baca buku itu, sy sadar sakit hati putus cinta nggak seberapa. Banyak hal yang sy pikirkan, jelas...terutama keputusan will. Sampai saat ini pun masih nangis...kayak mereka nyata aja. Hahahha.....
ReplyDeleteOh yaa...yang mau beli di buka lapak banyak kok...
Hai..klo boleh tw buka lapak itu dmn ya??hehe soalnya di gramed makassar brgx kosong ðŸ˜
DeleteHai..barusan aku nntn filmnyaa..penasara pengen bca novelnya juga..ada yg mau jual ga novelnya biar second gpp kok..soalnya di gramed makassar gada ðŸ˜
ReplyDelete