Messages On The BalloonsProlog
Setiap sore aku menulis harapan, cita-cita, atau kekecewaan di selembar kertas. Tertuang juga kelanjutan kisahku setelah foto pernikahan kedua Papa dipajang.
Lalu aku berlari bersama semua perasaanku itu. Berlari keluar jejeran rumah kembar, meninggalkan jalanan lurus dan berbelok kesebuah gang. Sempit gelap. Tapi kemudian terasa lapang ketika melihat layang-layang berkibaran.
Hanya lahan kosong tempat bermain anak. Namun jika menelusurinya beberapa langkah, banyak pedagang kaki lima menjajakan barang yang akhirnya terbuang sia-sia.
Aku membelinya. Pilihanku jatuh pada sebuah balon gas. Kali ini kupilih warna hijau, setelah kuning kemarin, biru dua hari yang lalu dan kelabu saat sebuah makam ditutup.
Kuikatkan perasaanku lalu membebaskannya keudara. Semakin lama semakin kecil dan benar-benar menghilang. Saat itulah aku kembali ke rumah.
Ku harap balon hijau itu tidak meletus.
***
Aku bangun pagi sekali hari ini. Langsung ku sambar sapu lidi dan menyapu rumput yang basah. Sebenarnya tugas ini sudah ada yang punya dan akupun punya bagian sendiri. Tapi aku penasaran dengan apa yang terjadi kemarin.
Tukang kebun sesungguhnya datang dan mencegahku melanjutkan tugasnya. Aku menolak. Kita jadi berebut sapu dan membuat keributan. Ibuku langsung datang dan menarikku menjauh.
Ibuku mengomel, pelan tapi pedas. Anehnya malah kakiku yang merasa kesakitan dan perih. Ternyata sesuatu menyangkut. Sebuah benang ah bukan tali tipis. Sesuatu berwarna hijau juga ada didekatnya.
Ini dia yang aku tunggu!
Segera ku ambil dan benar saja. Gulungan kertas yang lembab ada disana. Aku harus mengeringkannya terlebih dahulu. Lalu aku bisa membaca kata-kata yang ada.
Aku tak bisa lama, Tuan Muda menungguku.
Aku sebenernya udah bikin prolog untuk cerita ini. Diawali dengan lagu Balonku dan monolog sang tokoh utama. Tapi terasa kurang pas. Cerita yang lain prolognya narasi tokoh utama atau konflik dan aku ingin juga di Messages On The Balloons ini juga begitu.
Ide cerita ini terkumpul dari beberapa kejadian yang sudah terjadi dari kecil. Aku pernah dibeliin balon gas saat berobat di puskesmas dan balon gas itu terlepas dari tangan aku. Memang tertahan oleh langit-langit ruang tunggu itu, tapi my mom lebih memilih beli lagi. Aku juga suka penasaran dengan balon-balon yang dilepas pada masa MOS atau ospek, kemana nyampenya?
Nb: aku udah dapet kebaya yang cocok dan warnanya PINK!
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D