Surat Untuk Dewi ‘Dee’ Lestari

by - 10:34 PM

Untuk Blog Contest Mizan.com

Selamat malam, Teh Dee :) (manggilnya pake teteh aja ya, kan sama-sama orang Sunda. Bener kan?)

Teh Dee mungkin bertanya-tanya, ngapain sih teteh harus susah-susah meluangkan waktu untuk membaca surat ini dan siapa pula Dini yang berani-berani menulis surat dan sok deket manggil teteh padahal dia baru baca satu novelnya, hehehehe.

Teh Dee bisa saja melewatkan surat ini dan membaca surat-surat lainnya yang menumpuk. Tapi sangat disayangkan jika itu dilakukan. Karena surat ini berbeda, sangat berbeda dengan surat-surat yang lainnya. Surat ini berbeda karena surat ini ditulis oleh seseorang yang bukan fansnya Teh Dee. Penulis itu adalah saya, Dini, yang cuma baca novel Perahu Kertas tapi kemudian jatuh cinta dengan cara menulis Teh Dee.

Jujur, awalnya tidak tahu siapa itu Dewi Lestari. Ketika grup tiga penyanyi bernama RSD, sedang bagus-bagusnya, rasanya saya belum lahir atau masih asyik mendengar lagu-lagu anak-anak yang masih eksis zaman itu. Setelah itu saya hanya melihat beberapa penampilannya sebagai penyanyi solo dan beberapa berita kontrovesial di tayangan gosip. Lalu, ketika Dewi Lestari membuat novel dan menerbitkannya dengan nama Dee, saya yang kebetulan punya minat yang cukup besar pada dunia tulis-menulis agak sangsi. Yaaah, ngapain sih penyanyi ini ngambil lahan penulis? Padahalkan dia udah jadi penyanyi terkenal dan kesempatan untuk semakin terkenal dan suksesnya jauh lebih besar daripada menjadi penulis. Itulah pikiran saya waktu itu. Mohon dimaafkan ya :(

Novel Teh Dee yang berjudul, kayaknya, Supernova yang entah seri Petir atau apa gitu, keluar dan sukses besar. Saya benar-benar tidak tahu dan tidak mencoba mencari tahu sama sekali. Saya mungkin sedang sibuk-sibuknya dengan novel Harry Potter saat itu. Sementara itu teman-teman saya sibuk menjinjing buku itu sebagai bawaan wajib setelah LKS PPKN dan sibuk memperbincangkan novel sekuelnya.

Lalu novel selanjutnya keluar, sebuah buku kumpulan cerpen Filosofi Kopi. Saya suka kopi. Saya suka judulnya yang unik. Tapi saya tidak mencoba membaca sinopsisnya sama sekali. Tak ada keinginan sedikitpun untuk mencari pinjaman dari teman-temanku yang mulai menjinjingnya kesekolah. Bahkan saat datang ke salah satu acara dimana Teh Dee hadir mempromosikan buku tersebut untuk sesi tanda tangan dan foto bareng, saya malah ngaleos dan menghampiri booth lain. Aduuuh, kalo dipikir-pikir nyesel juga ya. Kan lumayan fotonya buat sekarang, buat kenang-kenangan. Tapi saya tidak begitu nyesel karena saya sempat melihat dan bertemu dengan penulis novel Perahu Kertas yang sukses membuat saya galau tingkat tinggi.

Perahu Kertas. Akhirnya setelah sekian lama dipendam, novel itu saya buka dan baca. Saya baca beberapa halaman lalu berhenti. Saya berhenti karena lebih penasaran untuk membaca The Hunger Games dan rasanya aneh ketika membaca novel berbahasa Indonesia, saya kebanyakan baca novel berbahasa Inggris karena saya mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa Inggris UPI (Maaf, bukan sombong ya, cuma ngasih tau hehehehe). Rasanya aneh membaca sekumpulan kalimat bahasa Indonesia dan ada pikiran yang meremehkan novel teenlit atau chicklit Indonesia yang ceritanya gitu-gitu aja tanpa memberikan inspirasi yang berkelanjutan untuk kehidupan si pembaca.

Tapi setelah saya baca terus-terusan (The Hunger Games tidak tersentuh sama sekali) saya benci untuk mengakui bahwa saya jatuh cinta pada karakter Kugy dan bagaimana keanehannya membuat cerita di Perahu Kertas begitu hidup dan bermakna, bagaimana cita-cita menjadi penulis yang seringkali diremehkan digambarkan begitu nyata dan jujur tanpa berusaha untuk dibela atau dijatuhkan dan bagaimana sebuah keputusan bisa merubah kehidupan seseorang begitu berbeda. Setelah itu saya tidak menyayangkan keputusan saya untuk membaca Perahu Kertas sampai habis.

Setelah Perahu Kertas, anehnya saya tidak tertarik untuk pre-order Madre. Kenapa ya? Mungkin saya memang tidak gampang terbawa pasar dan benar-benar memilih bacaan saya. Semoga suatu hari saya dapet ilham dan tergugah untuk membaca novel-novel Teh Dee lainnya dan siapa tahu saya akan semakin jatuh cinta dan kangen untuk membaca novel-novel selanjutnya.

Saya mungkin bukan fans setia karya Teh Dee, tapi saya mengharapkan Teh Dee terus berkarya. Selamat malam Teh Dee. Salam untuk Keenan dan keluarga lainnya :)

Dari : Dini Yahdini Nurhasanah


Untuk : Mizan.com

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D