Winna Efendi
340 Halaman
Gagas Media,
Juni 2013
Rp. 52.000,-
Pembaca tersayang,
Kehangatan Melbourne membawa siapa pun untuk bahagia. Winna Efendi menceritakan
potongan cerita cinta dari Benua Australia, semanis karya-karya sebelumnya: Ai,
Refrain, Unforgettable, Remember When, dan Truth or Dare.
Seperti kali ini, Winna menulis tentang masa lalu, jatuh cinta, dan kehilangan.
Max dan Laura dulu pernah saling jatuh cinta, bertemu lagi dalam satu celah
waktu. Cerita Max dan Laura pun bergulir di sebuah bar terpencil di daerah West
Melbourne. Keduanya bertanya-tanya tentang perasaan satu sama lain.
Bermain-main dengan keputusan, kenangan, dan kesempatan. Mempertaruhkan hati di
atas harapan yang sebenarnya kurang pasti.
Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari Melbourne bersama pilihan
lagu-lagu kenangan Max dan Laura.
Enjoy the journey,
EDITOR
Melbourne: Rewind adalah salah satu novel yang aku dapatkan saat
ulang tahun beberapa bulan lalu. Aku penasaran banget sama seri keempat dari
Setiap Tempat Punya Cerita dari Gagas Media ini. Tapi aku nahan-nahan diri baca
novel ini karena aku belum baca seri ketiganya, Bangkok: The Journal. Well, walaupun berasal dari seri yang sama,
cerita dari kedua novel itu tidak berhubungan sama sekali. Mereka cuma
sama-sama mengambil lokasi di luar negeri. Tapi aku merasa kalo aku harus baca
seri ketiga dulu, baru novel ini. Untung aja aku akhirnya beli, baca dan beres
nulis review Bangkok: The Journal
dan bisa lanjut ke seri keempat ini :D
Melbourne: Rewind menceritakan kedatangan Max ke Melbourne. Max, si
penggila segala hal tentang cahaya ini sempat bekerja di New York dan beberapa
kota di Australia. Dia memutuskan untuk kembali ke Melbourne karena kesehatan
Papanya sudah memburuk. Tak disangka, saat tiba dia mendengar suara mantannya,
Laura, mengudara di suatu stasiun radio. Mereka putus setelah berpacaran selama
dua tahun. Mereka lalu bertemu, ngopi di tempat kesukaan mereka dulu, saling
bertukar kabar tentang karir dan juga kisah cinta setelah mereka berpisah. Max
kaget saat tahu Laura belum berpacaran lagi setelah mereka putus. Max juga
mulai nyaman dengan kehadiran Laura di kehidupannya lagi. Laura tidak
mengetahui itu dan dia cukup sibuk dengan pacar baru Cee, Evan. Laura tidak mau
mengakui perasaannya. Dia memilih untuk berbohong kepada semua orang termasuk
dirinya sendiri.
“You can meet someone who’s just right, but he might not be meant for you. You break up, you lose things, you never feel the same again. But maybe you should stop questioning why. Maybe you should just accept it and move on.”
Melbourne: Rewind itu bagus banget sekaligus bikin aku tertohok
hahaha. At once, rasa penasaran aku
agak berkurang saat tahu cerita Max dan Laura ini berkisah tentang mantan pacar
yang bertemu kembali, mencoba berteman. Aku merasa canggung dan males-malesan
bacanya juga. Tapi gaya bahasanya begitu mengalir, menyedot dan memaksa aku
untuk terus baca sampe halaman terakhir. Setiap kalimat begitu ngena dan bisa
banget dijadiin quotes. Aku sampe
bingung mau ngutip yang mana saking banyaknya yang aku suka hahaha. Dan aku
suka banget sama endingnya. Saat
membaca kisah Max dan Laura ini, aku sangat berharap mereka nggak balikan,
terlalu tertebak dan pasaran. Jadi aku deg-degan ketika jumlah halaman semakin
menipis, bagaimana kisah mereka berakhir? Lalu sebuah ending yang terbilang wise
dan pas muncul dan aku puas banget :D
Melbourne: Rewind mengambil sudut pandang dari dua tokoh utama, Max
dan Laura. Tapi aku merasa ceritanya lebih condong ke kehidupan Laura. Soalnya
dia yang masih mencari jati dirinya yang sesungguhnya. Dia juga yang memegang
kendali tentang bagaimana hubungannya dengan Max, Cee atau Evan berlanjut. Selain
itu, cerita juga lebih identik ke hal-hal yang berhubungan dengan musik yang
menjadi dunia Laura, bukan dunia cahayanya Max. Itu bisa dilihat dari pembagian
cerita ke empat bagian (Rewind, Pause,
Play dan Fast Forward) dan juga
judul lagu beserta kutipan liriknya yang menjadi pembuka setiap babnya :)
Di samping ceritanya, deskripsi
tentang Melbournenya malah tidak sebanyak seri STPC sebelumnya. Di sini
ceritanya Max dan Laura sudah tinggal di kota itu cukup lama dan mengenal betul
keadaannya. Tentu akan aneh kalo sedikit-sedikit mereka baru mengenalnya sebuah
tempat atau sejarah disana. Deskripsi keadaan Melbourne muncul jika berkaitan
dengan kegiatan yang Max dan Laura lakukan. Bagus juga sih. Jadi kesannya
deskripsi itu tidak dipaksakan dan nggak kayak baca brosur pariwisata hehe.
At last, Melbourne: Rewind
adalah novel yang sangat memuaskan. Ceritanya bagus, gaya bahasanya luar biasa
dan ditutup dengan ending yang aku suka. Playlist
yang muncul di setiap babnya menjadi keunikannya sendiri. Seharusnya ini masuk
seri STPM (Setiap Tempat Punya Musik) bukan STPC (Setiap Tempat Punya Cerita)
hahaha. Very recommended! :D
Wahh,, udah lama banget pengen baca Melbourne.. kayanya seru ya^^
ReplyDeletebtw, reviewnya bagus.. aku suka!
salam kenal,
oaoaoa jadi nyesel kemarin ga ambil ini...
ReplyDeletebelum baca review-review di internet jadi masih bimbang pas mau beli.
Akhirnya beli Bangkok sama Barcelona.
Setelah baca review ini, masuk wishlist deh buat Melbourne :D
aaah tau gitu kemarin ambil ini juga pas beli seri stpc,
ReplyDeleteaku malah milih Bangkok sama Barcelona karena pas mau beli ini bimbang bagus apa ngga karena belum lihat review di internet.
Setelah baca review di blog ini, Melbourne masuk di wishlist deh :D
sejujurnya, belum baca satupun #STPC, semoga suatu saat bisa kesampaian! ;)
ReplyDelete