Kiera Cass
432 Halaman
Bentang Belia, Juli 2012
Rp. 64.000,-
Semua gadis di sini menginginkannya, kecuali aku.
Semua gadis di sini ingin merebut hatinya, kecuali aku.
Semua gadis di sini ingin berdiri di sana sebagai putri raja, kecuali aku.
Yang kuinginkan hanyalah hidup bersama Aspen, pujaan hatiku, cinta pertamaku. Jika bukan demi keluargaku, aku tak mungkin mau melakukannya.
Demi Tuhan, aku tidak mau ikut Seleksi konyol itu, memperebutkan seorang pangeran bodoh di dalam istana sana. Mereka menjanjikan berbagai hal yang menyilaukan bagi kami kasta bawah. Harta, tahta, dan kehidupan yang lebih dari layak.
Tapi, apa mereka punya cinta? Apa pangeran Maxon nanti akan bersikap baik? Gimana dengan Aspen? Kenapa Aspen justru ikut memaksaku.
Semua gadis di sini ingin merebut hatinya, kecuali aku.
Semua gadis di sini ingin berdiri di sana sebagai putri raja, kecuali aku.
Yang kuinginkan hanyalah hidup bersama Aspen, pujaan hatiku, cinta pertamaku. Jika bukan demi keluargaku, aku tak mungkin mau melakukannya.
Demi Tuhan, aku tidak mau ikut Seleksi konyol itu, memperebutkan seorang pangeran bodoh di dalam istana sana. Mereka menjanjikan berbagai hal yang menyilaukan bagi kami kasta bawah. Harta, tahta, dan kehidupan yang lebih dari layak.
Tapi, apa mereka punya cinta? Apa pangeran Maxon nanti akan bersikap baik? Gimana dengan Aspen? Kenapa Aspen justru ikut memaksaku.
Aku selalu dilema kalo mau baca
novel dari luar negeri, terutama novel yang berbahasa Inggris. Di satu sisi aku
penasaran banget, tapi versi bahasa Inggrisnya belum tersedia di toko buku yang
menjual buku impor. Ketika novel itu tersedia, harganya amat sangat tidak cocok
dengan keadaan dompetku. Inilah yang bikin aku selalu membeli novel The
Selection versi terjemahaan dalam bahasa Indonesia, yang keberadaannya lebih
terjamin dan harganya masih bisa dijangkau. Aku penasaran sama novel ini karena
ratingnya di Goodreads lumayan
banget. The Elite, seri kedua juga punya rating
yang bagus. Para penghuni Goodreads tampaknya sangat tidak sabar dengan
kehadiran seri ketiganya, The One. Dan, aku yang tipikal gampang ‘kepanasan’
dan gak mau ketinggalan, langsung aja nyari novelnya. Novel ini tidak langsung
aku baca karena mendadak aku beli dan dapet novel bejibun (seri STPC terbaru
terbit dan ingat hadiah 17anGagas?). Setelah agak bosan dengan karya dalam
negeri, aku akhirnya mencoba membaca The Selection ;)
America Singer dipaksa untuk
mengikuti acara Seleksi oleh ibunya. Seleksi itu diadakan untuk mencari putri
sejati yang akan menjadi pendamping putra makhota negara Illea. Tiga puluh lima
gadis dari penjuru negara akan diambil secara acak dan tinggal di istana dalam
waktu yang tidak ditentukan sampai Pangeran Maxon menemukan seseorang yang
tepat. Keluarga para gadis itu juga akan di beri kompensasi. Kompensasi yang
dijanjikan pihak kerajaan itu dalam bentuk uang yang tidak sedikit. Ini sangat
menggiurkan bagi keluarga America yang berada di kasta lima dari total delapan
kasta yang ada. Kehidupan mereka sebagai kasta lima tidak pernah pasti. Karena
kasta lima, yang merupakan seniman dan pemusik, hanya bisa mendapat pekerjaan
di saat-saat tertentu. Ibu America berharap anak gadisnya bisa memberi mereka
manfaat atau bahkan menjadi pendamping Pangeran Maxon dan naik tingkat ke kasta
satu.
America ingin sekali membantu
keluarganya, tapi tidak dengan sukarela mendaftarkan dirinya ke acara Seleksi.
Karena dia sudah punya seseorang di hatinya. Sayang pacarnya, Espan Leger,
adalah seseorang dari kasta enam yang pekerjaan melayani setiap orang yang
membutuhkan jasa mereka. Pernikahan beda kasta bisa dilakukan tapi jarang
terjadi jika pihak pria berasal dari kasta yang lebih rendah dari kasta sang
gadis. Tapi America tetap yakin dirinya dan Aspen akan bisa menikah. Anehnya,
Aspen malah mendesak America untuk ikut seleksi. Demi cintanya itu, America
akhirnya mendaftarkan diri dan terpilih!
Kehidupan America lalu berubah.
Dia kini naik ke kasta tiga, tinggal di istana bersama tiga puluh empat gadis
yang tak kalah cantiknya, mempunyai tiga pelayan pribadi yang siap menjahitkan
gaun cantik dan menata rambutnya, makan makanan lezat tiap hari, tampil di
acara Berita Ibu Kota Illea, dan mengandeng tangan Pangeran Maxon. Maxon
ternyata tidak sesombong dan sedangkal yang America pikirkan. Maxon adalah
pangeran yang bertanggung jawab, peduli dan juga sangat ingin menemukan
pasangan sejatinya. Karena statusnya sebagai penerus menghalanginya untuk
berkencan secara normal, acara Seleksi ini adalah sau-satunya cara. Acara
Seleksi tidak berjalan begitu lancar. Satu persatu gadis dipulangkan karena
adanya ketidakcocokan atau beberapa dari mereka malah meminta pulang karena
kelompok pemberontak dari Utara dan Selatan beberapa kali menyerang istana.
Tidak ada yang tau apa yang mereka mau sesungguhnya. Tapi Maxon pernah berkata
bahwa pemberontak itu selalu mengobrak-abrik setiap laci dan lemari,
seakan-akan mereka sedang mencari sesuatu.
“Bagaimana kalau aku
sudah mengirim orang itu pulang karena aku hanya mengandalkan pada suatu macam
percikan koneksi yang tidak aku rasakan? Bagaimana kalau dia sedang menunggu
untuk langsung meninggalkanku begitu tertimpa satu kemalangan? Bagaimana kalau
aku tidak menemukan seseorang sama sekali? Apa yang harus aku lakukan setelah
itu, America?” – halaman 241
Fuuihhhh, sinopsis yang cukup
panjang ya. Don’t you know why?
Karena susah sekali membahas beberapa bagian kalau aku tidak menjelaskannya
terlebih dahulu. Seperti yang kamu baca di atas, The Selection mirip-mirip
dengan The Hunger Games. Bedanya, tidak ada yang mati atau kelaparan di sini.
Ketiga puluh lima gadis malah sangat beruntung bisa jadi ‘pacar sementara’
seorang pangeran. Jika tidak terpilih pun, para gadis itu tidak rugi-rugi amat.
Paling patah hati dikit hehehehe. Awalnya aku gak kebayang gimana jika tiga
puluh lima gadis yang merebutkan pangeran tampan bisa berada dalam satu ruangan
yang sama tanpa saling menarik rambut saingannya. Well, ternyata mereka adalah gadis-gadis yang punya manner. Tapi tetep aja ada satu gadis
yang merasa paling segalanya. Ini menjadi konflik yang cukup rame. Konflik lain
yang tak kalah rame adalah cinta segitiga diantara America, Aspen dan Maxon. I know, it’s so cheesy. Tapi aku tetap
penasaran bagaimana kelanjutan kisah mereka. Apalagi tokoh America Singer
disini cukup berbeda dengan tokoh-tokoh wanita di novel lain. Dia tidak (atau
belum?) terlihat superior dari Maxon ataupun Aspen. Dia tampak seperti gadis
pada umumnya yang bergantung kepada pria. Hmm, menarik nih. Kalau saja aku
nemuin novel ini tahun lalu, mungkin aku bisa pakai jadi bahan penelitian
skripsi. Arrgghh, geregetan deh!
Selain kisah percintaannya,
ancaman pemberontakan dari wilayan Utara dan Selatan tidak bisa dianggap remeh.
Belum ada penjelasan yang pasti tentang serangan-serangan yang terjadi, tapi
aku yakin pemberontakan ini adalah hal yang cukup serius dan bisa mengubah
tatanan negara Illea. Semoga saja di buku keduanya, The Elite, cerita
pemberontakan ini mendapat tempat yang lebih banyak. Aku sudah menebak-nebak
arti pemberontakan itu tapi belum ada teori yang menyakinkan. Aku berharap isu ini menjadi sebuah twist yang mencengangkan! :D
Kasta, pemberontakan, dan acara
Seleksi. Ketiga hal itu bisa membuat The Selection dikategorikan sebagai novel dystopia. Katanya, negara Illea ini
dulunya adalah Amerika Serikat yang hancur setelah perang dunia keempat (whaaat?). Pemerintahan mereka dalam
bentuk monarki dan penduduknya terbagi dalam delapan kasta. Aku butuh waktu
yang cukup lama untuk mengingat pekerjaan para kasta tersebut. Kasta satu jelas
adalah keluarga kerajaan, kasta dua katanya sih prajurit gitu, kasta tiga
biasanya menjadi pengajar, karta empat .
. hhm, apa ya? Lalu kasta lima yang merupakan seniman dan musisi, kasta enam
biasanya menjadi pelayan, kasta tujuh? Dan terakhir kasta delapan adalah
tunawisma dan geladangan. Ah, aku suka banget novel-novel kayak gini.
Penulisnya selalu bisa menciptakan dunia yang hebat dan berbeda tapi tetap
masuk diakal (dalam batasan dunia fiksi). Aku berharap penulis dalam negeri
bisa menulis cerita dystopia di
Indonesia. Hmm, belum ada kan? :p
At last, walaupun masih ada beberapa typo dan terjemahaan yang aneh
(IMO), The Selection memang pantas mendapatkan rating yang tinggi di Goodreads.
Ini adalah novel dystopia yang
tingkat kekerasannya paling rendah dari novel-novel dystopia yang pernah aku baca. But
wait, isu pemberontakan itu harus disikapi secara serius gak? Ah, lupakah
dulu. Biarkan Pangeran Maxon menjadikanmu ‘Sayang’nya walaupun untuk sementara
hehehe. Very recommended!
Woahhhhhh! sumpah baca nih review jadi semangat pengen baca. sebenernya udah niat lama sekali pengen baca nih novel karena emang ratingnya di goodreads bagus tapi baru bisa kebeli seminggu yg lalu bareng the elite. dan masih menjadi timbunan karena harus menyelesaikan beberapa novel lain :| ahhh gak sabar pngen cepet baca :3
ReplyDelete