Clara Canceriana
381 Halaman
Gagas Media, Juni 2013
Rp. 48.000,-
Dengarkan ini
baik-baik, karena aku tak yakin bisa mengatakannya lagi tanpa merasa malu.
Dibandingkan yang lainnya, kesan pertamamu terlalu biasa. Aku meremehkanmu saat
pertama kali berjumpa di bawah naungan payung langit. Tak ada yang istimewa.
Tapi belakangan... aku pun menyadari nilaimu ternyata lebih daripada itu. Berpisah setelah terlalu terbiasa denganmu adalah sebuah siksaan. Sekelebat memori tentangmu saja sudah terlalu menyakitiku. Ternyata, tanpamu aku tak bisa melihat warna. Tanpa dirimu, hatiku menggigil tanpa hangatnya cinta.
Jadi, sekarang giliranmu untuk menjawab: seperti apakah artiku untukmu?
Tapi belakangan... aku pun menyadari nilaimu ternyata lebih daripada itu. Berpisah setelah terlalu terbiasa denganmu adalah sebuah siksaan. Sekelebat memori tentangmu saja sudah terlalu menyakitiku. Ternyata, tanpamu aku tak bisa melihat warna. Tanpa dirimu, hatiku menggigil tanpa hangatnya cinta.
Jadi, sekarang giliranmu untuk menjawab: seperti apakah artiku untukmu?
You Are My Sunshine: Matahari
dari Tokyo adalah salah satu novel yang aku dapetin dari #17anGagas. Aku
nggak perlu repot-repot bikin kocokan untuk ngebaca novel ini karena hadiah
yang lain sudah selesai dibaca. Novel ini juga menjadi novel terakhir yang aku
baca di tahun 2013 (aku nulis review ini di minggu kedua bulan November). Agak berat sih, karena masih banyak timbunan novel yang
belum dibaca. Tapi aku harus tegas sama diri sendiri. Aku melakukan hal itu
demi menyelesaikan skripsi tepat waktu dan nggak ketinggalan jadwal sidang lagi
(udah dua kali dong!). Sekarang langsung review aja yuk :D
You Are My Sunshine: Matahari dari Tokyo menceritakan kehidupan
Kristal yang serba susah. Semenjak ayahnya bangkrut dan meninggal, Kristal
banting tulang menjadi dosen bahasa Jepang di sebuah universitas. Dia bertekad
mencari cowok yang mapan agar kehidupannya kembali seperti semula. Teman
baiknya, Kinan, malah mengenalkannya dengan teman kecilnya dari Jepang yang
bernama Ryouta. Cowok pirang itu jauh dari tipe cowok impian Kristal. Ryouta
tidak kuliah dan bekerja part time. Cowok itu terpaksa tinggal secara
sembunyi-sembunyi di kontrakan Kristal sampai tanggal pernikahanan Kinan.
Hari-hari Kristal lalu diwarnai dengan kebiasaan Ryouta yang suka minum berkaleng-kaleng
bir sebelum tidur. Tapi Ryouta dengan senang hati membersihkan kontrakan
Kristal dan memasak makanan yang sangat lezat. Bantuan Ryouta meringankan beban
Kristal. Apalagi dia kini juga bekerja sebagai penerjemah freelance di CT Group yang dipimpin cowok cakep dan menawan, Bruno.
Kristal yakin jika dia berpacaran dengan Bruno, keinginannya akan segera
terwujud.
You Are My Sunshine: Matahari dari Tokyo menawarkan sesuatu yang
baru yang tidak pernah aku dapatkan dari novel-novel lain yang mengambil
setting/orang dari luar Indonesia. Jika novel yang lain, membawa tokoh orang
Indonesia ke luar negeri, kali ini tokoh dari luar negeri dibawa ke Indonesia. Tokoh
Kristal cukup menarik. Aku belum pernah menemukan tokoh perempuan yang nggak
ngebohongin dirinya sendiri. Dia ingin kembali ke kehidupan mewahnya dan dia
bekerja keras untuk itu. Aku bisa bilang Kristal mengenal dirinya sendiri dan
cukup jujur dengan kemauannya.
Sayangnya, oh, sayangnya, aku
nggak suka dengan cara ceritanya diceritakan. Sudut pandangnya berubah terus di
tengah-tengah dan membuat aku kebingungan sendiri. Belum lagi kalimat-kalimat
yang tidak jelas dan tanpa ada penjelasan. Maksudnya apa sih? Terus kesempatan
untuk mengeksplor budaya Indonesia juga tidak dimanfaatkan dengan baik.
Kebudayaan, makanan dan bahasa Jepang aja yang terus menjadi topik. Aku tahu
ini novel bertema Jepang dan ada orang Jepang yang menjadi tokoh utama. Kalo
gitu, kenapa nggak pake setting Jepang sekalian? Belum lagi banyak footnote yang diulang-ulang. Itadakimasu
(selamat makan) sudah dijelaskan di bagian awal. Tapi ketika kata tersebut
muncul lagi di bagian lain, kata tersebut masih juga dijelaskan. Pemborosan footnote! Aku ngaku dengan semua hal di
atas, bikin aku susah banget nyelesain novel ini. Aku agak terpaksa menyelesain
novel ini karena aku punya prinsip untuk menyelesaikan setiap novel yang aku
baca.
At last, aku merasa kecewa (dan capek) dengan You Are My Sunshine: Matahari dari Tokyo. Terlalu banyak bagian
yang nggak bisa aku terima. Mungkin memang bukan seleraku. Beberapa dari kalian
mungkin suka banget sama ceritanya, tapi aku nggak. So sorry.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D