Tuesday, February 11, 2014

Relung Rasa Raisa

Lea Agustina Citra
320 Halaman
Plotpoint, Desember 2013 (cetakan pertama)
Rp. 49.000,-

Mimpi Raisa adalah pergi ke Jerman. Dikirim pergi ke Frankfurt Book Fair? Ini melebihi mimpinya. Tapi ini adalah mimpi yang bersyarat, karena Raisa harus mendapatkan hak terbit novel best seller agar bisa menyelamatkan kantornya, AhA Publishing dari kebangkrutan.

Raisa menemukan Cedar Incense, novel best seller berlatar kerusuhan Mei 1998 yang pengarangnya, Jan Marco, sama sekali tak mau novel tersebut terbit di Indonesia. Raisa berkeras mengejar Jan Marco hingga ke Aachen, kota tua di pinggiran Jerman.

Kini hati Raisa terus larut dalam kisah Cedar Incense dan pengejarannya ternyata juga membawanya kembali kepada cinta masa lalunya. Dia yang namanya tak layak disebut.

Di tahun 2014 ini, aku punya resolusi untuk tidak 'heboh' membeli buku. Maksimal tiga buku tiap bulannya. Selain berusaha berhemat, aku juga nggak tahu bakal nyimpen buku-buku itu dimana lagi hehehehe. Ada tiga judul buku yang aku incar bulan Januari lalu. Dua diantaranya sudah tersedia di Rumah Buku tapi yang terakhir nggak jelas kabarnya. Karena tanggung pengen beli tiga (maksa banget sih, dhyn), aku comot deh Relung Rasa Raisa. Hmm, judul yang diawali huruf yang sama ini sangat unik dan sinopsis di belakangnya juga menarik. Akun penerbitnya bilang buku ini masih dalam kategori SEGERA tapi ternyata udah numpuk menjulang di Bandung.  Aku beli deh dan berusaha tidak menyesal. Sesal itu ternyata datang beberapa hari kemudian, novel incaran aku sudah tersedia di RB. Ugh! Aku harus nunggu bulan depan deh. Untuk mengurangi kekesalan, aku mulai membaca buku ini dan memastikan aku melakukan pilihan yang tepat. Did I?:o

Relung Rasa Raisa mengikuti perjalanan solo Raisa Nathaya Candrakirana ke Jerman untuk menghadiri Frankfurt Book Fair. Dia berencana membeli copyrights novel yang bisa diterjemahkan dan dijual oleh penerbitnya yang hampir bangkrut, AhA Publishing. Raisa bertemu Lilo, orang Indonesia yang sedang berkuliah di sana. Lilo dengan senang hati menemani Raisa berburu buku bahkan sampai ke depan pintu rumah Jan Marco, pengarang novel Cedar Incense, yang jadi incarannya. Walaupun sudah ditolak dua kali, Raisa tidak mau menyerah. Dia menginap di kamar teman se-flat Lilo yang katanya sedang liburan dan menyusun cara untuk membujuk Marco. Tak disangka, teman Lilo pulang lebih cepat dan dia adalah Caesar Soeprobo, seseorang dari masa lalu yang telah menghancurkan semua cita-cita Raisa. Lebih parahnya lagi Caesar dan Marco ternyata bersaudara. Raisa tak punya pilihan selain membuang gengsinya dan mengantungkan masa depannya pada cowok itu, sekali lagi.

“Anggap saja aku ini Lilo atau lelaki mana pun, yang mau melindungimu tanpa punya perkara masa lalu denganmu.” – halaman 124

Tiga bab awal Relung Rasa Raisa sukses membuatku tertidur di siang hari yang terik. Entah karena terlalu banyak informasi ‘terselubung’ dan deskripsi yang agak membosankan di bab-bab tersebut atau aku memang kecapekan setelah mencuci baju hehehe. Setelah berhasil mengumpulkan nyawa, kupasang lagu Can’t Remember to Forget You dan membuka bukunya lagi. Bab-bab selanjutnya tak disangka sangat menarik dan membuatku tak rela melepaskan buku ini. Buku yang awalnya aku anggap ‘gagal beli’ pun beres sebelum tengah malam, di hari yang sama aku membaca halaman pertama! Ternyata novel ini bagus banget, romantis, mengharukan dan bisa bikin aku ketawa ngakak! Emosiku sebagai pembaca dinaik-turunkan lewat penuturan tiap karakternya, terutama Raisa dan Caesar. Sebelumnya aku menganggap sudut pandang seperti ini mengurangi ‘kemisteriusan’ plot. Tapi tidak pada novel ini. Raisa bikin aku ngakak dengan caranya mengasosiasikan segala peristiwa yang terjadi padanya dengan legenda seperti Dayang Sumbi dan Sangkuriang, novel bestseller seperti Harry Potter, film seperti The Notebook dan juga kartun seperti Ninja Hatori. Aku juga seneng bisa tahu apa yang dipikirin Caesar tentang perasaannya terhadap Raisa. So sweet. Aku sempet geregetan dan bingung kenapa Raisa terus menghindari cowok yang menjadikannya sebagai putri ini. Lalu sedikit cerita flashback kehidupan Raisa dan Caesar di masa lalu muncul dan menjawab semuanya. Nyesek banget baca bagian itu! :’(

selalu suka bentuk pembatas buku dari penerbit ini :)

Se-nyesek-nyesek-nya, aku terus membaca halaman-halaman selanjutnya, ceritanya udah bisa tertebak tapi aku makin jatuh cinta saja. Aku suka bagaimana permasalahan milik Raisa dan Marco, yang sebetulnya berbeda, bisa berhubungan dan saling belajar satu sama lain. Aww! Walaupun tidak kentara, aku suka pilihan Jerman sebagai setting ceritanya, edisi musim gugur pula. Lalu apa yang aku nggak suka? Deskripsi yang agak membosankan, berjarak dan berputar-putar. Contohnya Raisa sedang dalam perjalanan dan dalam perjalanan itu dia mundur untuk menjelaskan tujuan perjalanan itu. Acara mundurnya itu bisa panjang dan berbelit-belit. Bikin aku nggak sabaran, apalagi kalo berkaitan dengan Caesar, hehehe. Lalu typo, as always. Tidak terlalu banyak sih. Tapi, ya, aku sempet kaget ketika menemukan ‘Marco’ sedang bersama Raisa di gudang. Mungkin seharusnya itu tertulis sebagai ‘Caesar,’ ya. Selain itu menurutku spasi footnotes-nya terlalu lebar dan hurufnya kurang kecil. Itu agak menghabiskan halaman yang seharusnya diisi cerita yang lebih penting.

At last, Relung Rasa Raisa bukanlah produk ‘gagal beli’. Aku malah seneng bisa menemukan buku yang tak terduga ini. Kisah Raisa dan Caesar yang campur aduk ini bahkan sempet bikin aku book hangover. Um, so sorry to easily judged you before. Recommended! :D

1 comment:

  1. selain pembatasnya yang unik, covernya juga selalu kece, belum banyak buku PlotPoint yang aku baca, kayaknya ini boleh dicoba :)

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D