Finchickup: Financial Check Up for Ladies

by - 1:48 PM

Farah Dini Novita
288 Halaman
B First (PT. Bentang Pustaka), Mei 2014
Rp. 49.000,-

Punya hobi jalan-jalan? Nggak boleh absen nonton di bioskop tiap weekend? Selalu kalap kalau ada midnight sale?
Rutin ke salon buat jaga penampilan? Suka nongkrong di kafe buat ketemuan sama teman-teman se-
gank?

Toss! Kita punya kebiasaan yang sama berarti.
Hal-hal yang menyenangkan memang susah banget buat direm.
Cari uang, kan, sudah susah, masa mau keluar uang juga masih susah. Hahaha ....

Tapi memang males banget, ya, kalau dengar nasihat teman atau ortu yang nyuruh kita buat berhemat. Buat investasi masa depan, katanya. Masuk akal, sih. Kita nggak mau juga, kan, kerja bertahun-tahun, tapi ternyata digit di tabungan nggak juga bertambah?

So, gimana ya caranya supaya tetap bisa bersenang-senang, tapi aset yang ada terus bertambah? Tenang ... buku ini solusinya.

Cheers,
Dini
Senior Financial Executor

***

“Dini seolah tahu apa yang ada di pikiran kita soal uang. Membuka lembar demi lembar buku ini, 'ketakutan' membahas uang cair sedikit demi sedikit.”
—Asteria Elanda,
Editor in-chief Majalah Good Housekeeping Indonesia

“Serius, buku ini wajib dibaca semua perempuan: yang masih
single, lebih-lebih lagi yang udah punya tanggungan.”
—VENUS,
Blogger and Author @venustweets

“Farah Dini, adalah contoh kongkrit seorang
Financial Planer yang cerdas.”
—Rani Badri kalianda,
Founder & Facilitator The Soul Of Speaking

Finchickup: Financial Check Up for Ladies sudah lama masuk ke dalam daftar buku yang pengen aku beli. Akhirnya kebeli bulan kemaren, deh. Kenapa aku tertarik dengan buku non fiksi yang tidak membahas tentang kepenulisan? Well, mungkin karena buku ini punya judul dan cover yang unik dan membahas isu finansial vs belanja yang menarik. Gimana isinya? Bagaimana caranya kita, para ladies, tetap bisa belanja tapi bisa mengelola uang? Let’s review it now :)

"Sebenarnya, ya, kalau dipikir-pikir, kita merasa susah karena belum apa-apa sudah menolak untuk belajar. Belum apa-apa sudah bilang ribet, ya, jelas mentalnya sudah diblok dan enggak mau terbuka pada hal-hal baru. Padahal, sesuatu yang baru justru bisa bikin kita berkembang sebagai individu dan jadi lebih baik dari waktu ke waktu." – halaman 23

Finchickup: Financial Check Up for Ladies mempunyai 12 bab yang terdiri dari Prakata (kisah singkat penulis dan pengalamannya mengelola keuangan), Bedah Mindset (penjelasan dan contoh tentang keuangan dan investasi), Bedah Pengeluaran (The Latte Factor dan bocor halus lainnya), Bedah Utang (KPR, KPM, KTA), Bedah Asuransi (asuransi Jiwa, Kesehatan, dll), Bedah Tujuan Keuangan (dana pendidikan, properti pertama, liburan, dll), Bedah Tabungan & Investasi (tabungan, reksadana, obligasi, saham), Bedah Cashflow & Networth (strategi mengatur pengeluaran, alokasi  aset dan utang), Bedah Kendala Perencanaan Keuangan (menunda dana darurat, investasi, pembayaran tagihan utang, shopaholic), Bedah Alternatif Penghasilan (online shop, garage sale, reseller), Bedah Action Plan (baca buku dan cari info) dan Penutup. Di sela-sela penjelasan, penulis menyertakan contoh tabel perhitungan kredit beberapa aset, utang dan investasi lengkap dengan jumlah angkanya. Lalu ada juga kutipan-kutipan, baik poin utama dari penjelasan penulis dan tokoh-tokoh yang berpengaruh dan ahli, mengenai keuangan, investasi dan hal-hal lainnya tercantum dalam kombinasi warna merah, abu-abu tua dan muda serta ilustrasi imut.

Aku bersyukur banget nemuin dan baca Finchickup: Financial Check Up for Ladies di umur yang relatif muda. Walaupun aku belum punya penghasilan sendiri, rajin menabung (cieeee) dan bisa menahan nafsu belanja barang yang tak penting, aku punya keinginan untuk beli rumah dan kendaraan bermotor di kemudian hari. Beban dan jalan yang harus ditempuh tidaklah mudah, tapi buku ini menyakinkanku bahwa semua itu bisa dicapai. Banyak banget ilmu dan pengetahuan penting yang berguna untuk mengatur dan mengevaluasi keuanganku sekarang dan kelak. Penjelasannya memang agak membingungkan, banyak istilah baru yang kadang aku hindari dan bahkan takuti sebelumnya dan jumlah nol yang muncul di beberapa contoh tabel perhitungan itu bikin lemas. Tapi penulis menyampaikannya dengan detail yang pas dan bahasa yang tidak terlalu kaku. Lucunya, penulis dan aku punya nama yang sama. Jadi poin-poinnya lebih ngena, hahaha

"Kebebasan finansial bukan berarti kita harus menjadi super-duper-kaya macam Donald Trump, melainkan ketika aset investasi yang kita punya sudah bisa membiayai semua pengeluaran tanpa kita harus mengeluarkan keringat untuk bekerja sama sekali." – halaman 227

Contoh perhituangan KPR

Walaupun bikin ketar-ketir duluan, contoh tabel perhitungan KPR di bab ‘Bedah Utang’ menjadi salah satu bagian yang aku suka. Angka-angkanya memang masih perkiraan tapi cukup menggambarkan apa yang harus aku persiapkan dan hadapi nanti. Bagian lain yang aku suka itu bab ‘Bedah Tabungan & Investasi’. Reksadana dan Saham jadi kedengaran menarik dan menjanjikan. Oh, iya, ada juga penjelasan kecil, sepertinya di bab awal, yang membahas cara untuk menyiasati pengeluaran yang dipengaruhi gaya hidup dan juga, ehem, ego. Penulis menjelaskan kalau pintar mengelola keuangan itu bukan berarti kita pelit kepada diri sendiri. Kita masih bisa nongkrong di kafe, makan di luar dan nonton film terbaru tapi disesuaikan dengan keperluan dan penuh pertimbangan. Kita butuh loh sesekali memanjakan diri dengan membelanjakan uang. Karena kalo nggak, suatu hari kita bisa ‘meledak’ dan menghabiskan dana yang lebih besar. Contohnya nih aku sangat membatasi jumlah buku yang aku beli dan anti beli makanan di luar kalau masih ada bahan masakan di rumah. Karena menekan diri terlalu keras dan jadinya stres sendiri, bulan lalu aku beli buku sampe 10 buah dan makan mie terus-terus. Cckck, itu gara-gara aku terlalu ‘sayang’ sama uang, jadinya kejam sama diri sendiri. Jangan diikuti, guys. Dan jangan terlalu ‘sayang’ sama uang ;p

Me and the book

Sayangnya, ada dua hal yang kurang pas buatku. Pertama, bahasa kasual yang penulis gunakan. Memang sih, gaya bahasanya bikin aku lebih cepet ngerti, tapi kadang malah membuat beberapa bagian jadi kurang serius atau mengacaukan mood-ku. Lalu, kedua, penyebaran dan penempatan kutipan-kutipan motivatifnya kurang sesuai dan sedikit mengacaukan layout bukunya. Ada kutipan yang muncul terlebih dahulu dibandingkan paragraf yang dimaksud atau kutipan tersebut berada di tengah-tengah penjelasan penting, yang malah mengalihkan konsentrasiku. Menurutku, sebaiknya kutipan tersebut hanya dimuat di akhir bab atau sub bab saja dan hanya poin paling penting yang ditampilkan.

At last, kedua hal tersebut tidak menganggu pentingnya para perempuan untuk membaca, memahami dan mempraktekan isi Finchickup: Financial Check Up for Ladies ini. Seriusan, bagi yang belum menikah atau sudah berkeluarga, buku ini yang wajib dibaca untuk memperluas dan membuka pengetahuan kita soal keuangan yang ternyata tidak seseram yang dibayangkan sebelumnya. Recommended! :D

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D