Enid Blyton
240 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, April 2012 (Cetakan
Kedua Puluh)
Rp. 30.000
Pencuri di Pondok Kirrin!
Siapakah orangnya?
Rasanya Lima Sekawan tahu … tapi mereka harus punya bukti! Dan mereka pun menemukan sebuah peta
kuno serta tempat persembunyian yang aneh…
Lima Sekawan adalah Julian, Dick, George, Anne, dan – tentu saja -
Timmy! Ke mana pun mereka pergi
pasti ada petualangan yang seru dan mengasyikan!
Bagaimana mereka memecahkan misteri kali ini?
Ketika memikirkan buku yang akan
dibaca untuk Lucky No. 14 Reading Challenge di kategori Walking Down The Memory Lane, aku langsung memikirkan
salah satu seri Lima Sekawan kesukaanku, Berkelana. Kemudian aku ingat aku
punya seri lain yang belum aku baca, Lima
Sekawan: Beraksi Kembali. Seri ini
ternyata menjadi seri awal, sebelum Berkelana. Aku jadi ingin tahu bagaimana
awal Lima Sekawan berpetualang dan sampai akhirnya bisa lumayan ahli di
seri-seri berikutnya. Let’s review it now
:)
Karena keluarga mereka terkena penyakit
menular, Julian, Dick dan Anne menghabiskan liburan Natal mereka di rumah
sepupu mereka, Georgina atau George, di Pondok Kirrin. Agar tidak merepotkan
sekaligus memperbaiki nilai beberapa pelajaran, seorang guru pribadi direkrut. Guru
yang terpilih adalah Pak Ronald. Dia langsung akrab dengan anggota keluarga dan
anak-anak, kecuali George dan Tim. Proses belajar jadi penuh konflik.
Di sela-sela kegiatan belajar dan
persiapan malam Natal, Lima Sekawan berkunjung ke Kirrin Farm yang dulunya milik
keluarga George. Bu Sanders, pengelola tempat tersebut, menceritakan ubin dan dinding
yang bisa digeser dan dibuka secara misterius. Lima Sekawan langsung tertarik. Mereka
mengeksplorasi tempat tersebut dan menemukan benda-benda tua, salah satunya
peta dari linen. Peta itu menunjukan sebuah jalan rahasia. Lima Sekawan tidak
bisa melanjutkan mencari jalan tersebut karena beberapa kamar di Kirrin Farm
disewa oleh doa orang seniman.
"Kedua
anak laki-laki itu tahu bahwa George memang kadang-kadang konyol dan berwatak
sulit, apalagi jika ada orang yang mengatakan tak suka pada anjingnya. Tetapi
menurut pendapat mereka, Pak Guru Ronald pun seharusnya menunjukan pengertian
yang lebih besar." – halaman 69
Di umur sekarang kayaknya aku udah
nggak cocok buat baca buku anak-anak, tapi Lima
Sekawan: Beraksi Kembali masih
bisa membuatku bersemangat dan terhibur dengan kasus misteriusnya. Bener, loh!
Yaaa, emang sih aku sebel sama kelakuan Anne yang super polos dan George yang gampang
pundungan. Tapi Tim menyelamatkanku dengan tingkah lakunya yang lucu dan setia
dengan teman-temannya. Lucu, ya, anjing bisa ikut berpetualang gini. Lalu penemuan
jalan rahasia ini juga menarik, apalagi jika dihubungkan dengan ketidaksukaan
Tim pada Pak Ronald dan kedatangan dua seniman ke Kirrin Farm. Aku sempet tidak
yakin dengan teoriku, tapi petunjuk-petunjuk kecil mulai bermunculan dan saling
mengaitkan hal-hal tersebut dan aku pun jadi excited sendiri!
Walaupun penemuan jalan rahasia
itu menarik, kasus dan penemuan di sini masih kalah seru dengan Berkelana. Cerita
penemuaanya terlalu singkat, terkesan gampang banget dan tidak ada keterangan
lebih lanjut mengenai sejarah jalan tersebut. Hmm, mungkin, kah, jalan itu dibahas
lebih lanjut di seri selanjutnya? Karena melihat judul-judul seri
berikutnya, Lima Sekawan lumayan sering berpetulang di Pulau Kirrin. Selain
itu, aku kurang cocok dengan gaya bahasa yang agak ‘telling’. Sepertinya bahasa
seperti itu dipakai untuk mempermudah pembaca muda memahaminya. Sepertinya, aku
sudah terlalu ‘tua’, hahaha.
At last, terlepas dari beberapa hal yang tidak aku sukai, Lima Sekawan:
Beraksi Kembali berhasil menghiburku dengan cerita petualangannya yang
sederhana tapi tetap menantang. Ini membuatku berpikir, sepertinya, sejauh
apapun kita berjalan di kehidupan, kita akan tetap menyukai kenangan dan
hal-hal familiar yang didapatkan di masa kecil :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D