Tuesday, October 7, 2014

Lima Sekawan: Beraksi Kembali

Enid Blyton
240 Halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, April 2012 (Cetakan Kedua Puluh)
Rp. 30.000

Pencuri di Pondok Kirrin! Siapakah orangnya? Rasanya Lima Sekawan tahu … tapi mereka harus punya bukti! Dan mereka pun menemukan sebuah peta kuno serta tempat persembunyian yang aneh…

Lima Sekawan adalah Julian, Dick, George, Anne, dan – tentu saja - Timmy! Ke mana pun mereka pergi pasti ada petualangan yang seru dan mengasyikan! Bagaimana mereka memecahkan misteri kali ini?

Ketika memikirkan buku yang akan dibaca untuk Lucky No. 14 Reading Challenge di kategori Walking Down The Memory Lane, aku langsung memikirkan salah satu seri Lima Sekawan kesukaanku, Berkelana. Kemudian aku ingat aku punya seri lain yang belum aku baca, Lima Sekawan: Beraksi Kembali. Seri ini ternyata menjadi seri awal, sebelum Berkelana. Aku jadi ingin tahu bagaimana awal Lima Sekawan berpetualang dan sampai akhirnya bisa lumayan ahli di seri-seri berikutnya. Let’s review it now :)

Karena keluarga mereka terkena penyakit menular, Julian, Dick dan Anne menghabiskan liburan Natal mereka di rumah sepupu mereka, Georgina atau George, di Pondok Kirrin. Agar tidak merepotkan sekaligus memperbaiki nilai beberapa pelajaran, seorang guru pribadi direkrut. Guru yang terpilih adalah Pak Ronald. Dia langsung akrab dengan anggota keluarga dan anak-anak, kecuali George dan Tim. Proses belajar jadi penuh konflik.

Di sela-sela kegiatan belajar dan persiapan malam Natal, Lima Sekawan berkunjung ke Kirrin Farm yang dulunya milik keluarga George. Bu Sanders, pengelola tempat tersebut, menceritakan ubin dan dinding yang bisa digeser dan dibuka secara misterius. Lima Sekawan langsung tertarik. Mereka mengeksplorasi tempat tersebut dan menemukan benda-benda tua, salah satunya peta dari linen. Peta itu menunjukan sebuah jalan rahasia. Lima Sekawan tidak bisa melanjutkan mencari jalan tersebut karena beberapa kamar di Kirrin Farm disewa oleh doa orang seniman.

"Kedua anak laki-laki itu tahu bahwa George memang kadang-kadang konyol dan berwatak sulit, apalagi jika ada orang yang mengatakan tak suka pada anjingnya. Tetapi menurut pendapat mereka, Pak Guru Ronald pun seharusnya menunjukan pengertian yang lebih besar." – halaman 69

Di umur sekarang kayaknya aku udah nggak cocok buat baca buku anak-anak, tapi Lima Sekawan: Beraksi Kembali masih bisa membuatku bersemangat dan terhibur dengan kasus misteriusnya. Bener, loh! Yaaa, emang sih aku sebel sama kelakuan Anne yang super polos dan George yang gampang pundungan. Tapi Tim menyelamatkanku dengan tingkah lakunya yang lucu dan setia dengan teman-temannya. Lucu, ya, anjing bisa ikut berpetualang gini. Lalu penemuan jalan rahasia ini juga menarik, apalagi jika dihubungkan dengan ketidaksukaan Tim pada Pak Ronald dan kedatangan dua seniman ke Kirrin Farm. Aku sempet tidak yakin dengan teoriku, tapi petunjuk-petunjuk kecil mulai bermunculan dan saling mengaitkan hal-hal tersebut dan aku pun jadi excited sendiri!

Walaupun penemuan jalan rahasia itu menarik, kasus dan penemuan di sini masih kalah seru dengan Berkelana. Cerita penemuaanya terlalu singkat, terkesan gampang banget dan tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai sejarah jalan tersebut. Hmm, mungkin, kah, jalan itu dibahas lebih lanjut di seri selanjutnya? Karena melihat judul-judul seri berikutnya, Lima Sekawan lumayan sering berpetulang di Pulau Kirrin. Selain itu, aku kurang cocok dengan gaya bahasa yang agak ‘telling’. Sepertinya bahasa seperti itu dipakai untuk mempermudah pembaca muda memahaminya. Sepertinya, aku sudah terlalu ‘tua’, hahaha.

At last, terlepas dari beberapa hal yang tidak aku sukai, Lima Sekawan: Beraksi Kembali berhasil menghiburku dengan cerita petualangannya yang sederhana tapi tetap menantang. Ini membuatku berpikir, sepertinya, sejauh apapun kita berjalan di kehidupan, kita akan tetap menyukai kenangan dan hal-hal familiar yang didapatkan di masa kecil :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D