Monday, October 27, 2014

Soul Match

Alfian Daniear
224 halaman
teen@noura, Mei 2014
Rp. 38.000,-

Jika kamu merindukan seseorang, tataplah matahari sore.
Kirimkan pesan rindumu untuknya lewat senja.

"Kau tahu tentang Kaisar?" tanya Janitra.
"Cowok ganteng di pantai Ipanema? Kau naksir dia juga?" seru Beatriz, temannya di klub sepak bola pantai St. Monica.
"Juga?" tanya Janitra.
"Hampir semua cewek di sini tahu tentang dia."
"Termasuk tentang dia adalah pacar Flavia?"
"Oh, aku benci jika itu benar. Memangnya kenapa kau tanya-tanya tentang Kaisar?"
Janitra hanya menghela napas dalam-dalam. Dia ragu memberitahu Beatriz. Janitra enggak menyangka ini terjadi selama dia jadi siswi pertukaran pelajar di Brazil. Padahal dia semakin akrab dengan Flavia. Lalu gimana dia dan Kaisar bisa ....
Tiba-tiba, Rio de Janeiro terasa lebih gerah siang itu.

***

“Keren—pencinta sepak bola harus baca novel ini!”
- Yoana Dianika, penulis
Last Minute in Manhattan, pendukung setia Tim Oranje Belanda

"Kudos to Alfian, for making a story about female soccer player!"
- Primadonna Angela, Penulis
Yuki no Hana

Niatku membeli Soul Match ini semula untuk mendapatkan formulir lomba menulis yang ada di dalamnya. Namun aku gagal menyiapkan naskah novel dan batal mengikuti lomba tersebut. Novel ini jadi terabaikan selama beberapa bulan. Minatku untuk membaca novel ini muncul lagi saat sadar tahun 2014 sebentar lagi berakhir dan tumpukan novel-novel baru masih tinggi. Lalu aku usahakan untuk ‘melahap’ mereka. Tema sepak bola dan jumlah halamannya yang lumayan tipis membuatku yakin akan membacanya dengan mudah. Now, let’s review it :)

"Hilangkanlah rasa ‘akulah yang terhebat’ saat kau bermain dalam sebuah tim. Kau harus mampu menyatu dengan pola permainan. Tiap pemain punya posisinya. Dan, kau harus memainkan peran sesuai posisi yang telah pelatih tentukan." – halaman 106

Minat Janitra dengan segala hal tentang sepak bola, membawanya mengikuti program pertukaran pelajar di Brazil. Dengan segera dia akrab dengan Beatriz, yang pandai bermain bola voli. Dia juga berkenalan dengan Flavia, yang entah kenapa dibenci Beatriz. Janitra dan Flavia dengan cepat menjadi dekat berkat satu kesamaan, gemar bermain sepak bola. Flavia mengajaknya mendaftar seleksi klub sepak bola pantai di sekolah St. Monica. Tanpa Janitra tahu, Beatriz ikut mendaftar dan muncul di jadwal latihan perdana. Beatriz punya bakat terpendam yang membuat Janitra merasa dikhianati.

Di salah satu kunjungannya ke pantai Ipanema, Janitra tak sengaja terkena bola milik Kaisar. Laki-laki yang punya darah Indonesia itu juga muncul di jadwal latihan sebagai asisten pelatih. Kedekatan tak terencana antara  Janitra dan Kaisar, yang dipercaya sebagai pacar Flavia, membuatnya prestasinya di lapangan menurun. Dia tidak terpilih masuk ke tim inti. Dia juga dijauhi Flavia dan teman setim lainnya.

"Ibuku pernah bilang, jika kita merindukan seseorang, sampaikanlah pesan rindumu lewat matahari senja. . . Kau tahu, matahari setiap saat berada pada titik yang berbeda. Ah, maksudku bumi terus mengitari matahari. Jadi, matahari esok hari pasti akan menemui ibumu dan ibuku juga." – halaman 108

Hal-hal menarik yang Soul Match tawarkan, seperti sepak bola pantai dan pesona Rio de Janeiro, tidak tersampaikan dengan baik, membuatku kecewa dan sedikit kesal. Gaya penulisannya terasa ‘terpotong-potong’. Kadang enak dibaca, seringnya sih nggak. Lalu deskripsi karakter dan informasinya kurang dalam dan ‘nyata’. Aku tidak bisa membayangkan perbedaan Beatriz dan Flavia yang sama-sama punya ‘wajah cantik dan rambut ikal’. Jangan-jangan Janitra juga punya penampilan seperti itu?

Walaupun sebagian besar cerita berpusat pada pertandingan sepak bola pantai, tidak ada penjelasan mengenai tata cara bermain, teknik atau aturan sepak bola pantai. Apa berarti semuanya sama saja dengan sepak bola di lapangan rumput? Tapi sepertinya ada sesuatu yang berbeda antara dua olahraga tersebut. Mereka main di pasir, loh. Ketidakadaan informasi tersebut tidak membuat aku penasaran sama sekali dan mencoba men-google tentang olahraga tersebut. Aku sudah terlanjur malas.  Kemudian aku masih belum mengerti hubungan yang Janitra dan Kaisar miliki. Di beberapa bagian, mereka tampak tertarik satu sama lain. Di bagian selanjutnya mereka begitu dingin terhadap masing-masing. Tapi tidak terasa ‘tarik-ulur’ sama sekali. Mereka tidak seperti saling suka, tapi ‘dipaksakan’ untuk terlihat demikian.

Dari sekian hal yang mengecewakan di atas, ada tiga hal yang menghiburku. Satu, ilustrasinya yang menarik. Ilustrasi tersebut membantuku membayangkan Janitra dan karakter lain. Dua, sedikit penjelasan tentang favela yang merupakan istilah pemukiman kumuh di Brazil. Aku tak menyangka tempat yang sering muncul di film-film tersebut punya nama sendiri. Tiga, tapioka yang merupakan sejenis crepes yang berisi daging, keju dan bahan lainnya. Makanan khas seperti ini selalu menarik buatku. Sayang, penjelasannya tidak begitu detail.

At last, Soul Match tidak sesuai dengan ekspetasiku. Padahal banyak hal menarik yang bisa diceritakan sehingga novel ini bisa lebih menarik. Aku sangat menyayangkan hal tersebut. Aku berharap penulisnya tetap berkarya agar tulisannya lebih baik lagi kedepannya :)

1 comment:

  1. oh, kurang kena yah secara keseluruhan. Padahal tema yang diangkat menarik :\

    ReplyDelete

Thanks for leave your comment :D