224 halaman
teen@noura, Mei 2014
Rp. 38.000,-
Jika kamu merindukan seseorang, tataplah
matahari sore.
Kirimkan pesan rindumu untuknya lewat senja.
Kirimkan pesan rindumu untuknya lewat senja.
"Kau tahu tentang Kaisar?" tanya
Janitra.
"Cowok ganteng di pantai Ipanema? Kau
naksir dia juga?" seru Beatriz, temannya di klub sepak bola pantai St.
Monica.
"Juga?" tanya Janitra.
"Hampir semua cewek di sini tahu
tentang dia."
"Termasuk tentang dia adalah pacar
Flavia?"
"Oh, aku benci jika itu benar.
Memangnya kenapa kau tanya-tanya tentang Kaisar?"
Janitra hanya menghela napas dalam-dalam.
Dia ragu memberitahu Beatriz. Janitra enggak menyangka ini terjadi selama dia
jadi siswi pertukaran pelajar di Brazil. Padahal dia semakin akrab dengan
Flavia. Lalu gimana dia dan Kaisar bisa ....
Tiba-tiba, Rio de Janeiro terasa lebih gerah
siang itu.
***
“Keren—pencinta sepak bola harus baca novel
ini!”
- Yoana Dianika, penulis Last Minute in Manhattan, pendukung setia Tim Oranje Belanda
- Yoana Dianika, penulis Last Minute in Manhattan, pendukung setia Tim Oranje Belanda
"Kudos to Alfian, for making a story about female soccer player!"
- Primadonna Angela, Penulis Yuki no Hana
- Primadonna Angela, Penulis Yuki no Hana
Niatku membeli Soul Match ini semula untuk mendapatkan formulir lomba menulis yang
ada di dalamnya. Namun aku gagal menyiapkan naskah novel dan batal mengikuti
lomba tersebut. Novel ini jadi terabaikan selama beberapa bulan. Minatku untuk
membaca novel ini muncul lagi saat sadar tahun 2014 sebentar lagi berakhir dan
tumpukan novel-novel baru masih tinggi. Lalu aku usahakan untuk ‘melahap’
mereka. Tema sepak bola dan jumlah halamannya yang lumayan tipis membuatku
yakin akan membacanya dengan mudah. Now,
let’s review it :)
"Hilangkanlah
rasa ‘akulah yang terhebat’ saat kau bermain dalam sebuah tim. Kau harus mampu
menyatu dengan pola permainan. Tiap pemain punya posisinya. Dan, kau harus
memainkan peran sesuai posisi yang telah pelatih tentukan." – halaman 106
Minat Janitra dengan segala hal tentang sepak
bola, membawanya mengikuti program pertukaran pelajar di Brazil. Dengan segera
dia akrab dengan Beatriz, yang pandai bermain bola voli. Dia juga berkenalan
dengan Flavia, yang entah kenapa dibenci Beatriz. Janitra dan Flavia dengan
cepat menjadi dekat berkat satu kesamaan, gemar bermain sepak bola. Flavia
mengajaknya mendaftar seleksi klub sepak bola pantai di sekolah St. Monica.
Tanpa Janitra tahu, Beatriz ikut mendaftar dan muncul di jadwal latihan
perdana. Beatriz punya bakat terpendam yang membuat Janitra merasa dikhianati.
Di salah satu kunjungannya ke pantai Ipanema,
Janitra tak sengaja terkena bola milik Kaisar. Laki-laki yang punya darah
Indonesia itu juga muncul di jadwal latihan sebagai asisten pelatih. Kedekatan
tak terencana antara Janitra dan Kaisar,
yang dipercaya sebagai pacar Flavia, membuatnya prestasinya di lapangan
menurun. Dia tidak terpilih masuk ke tim inti. Dia juga dijauhi Flavia dan
teman setim lainnya.
"Ibuku
pernah bilang, jika kita merindukan seseorang, sampaikanlah pesan rindumu lewat
matahari senja. . . Kau tahu, matahari setiap saat berada pada titik yang
berbeda. Ah, maksudku bumi terus mengitari matahari. Jadi, matahari esok hari
pasti akan menemui ibumu dan ibuku juga." – halaman 108
Hal-hal menarik yang Soul Match tawarkan, seperti sepak bola pantai dan pesona Rio de
Janeiro, tidak tersampaikan dengan baik, membuatku kecewa dan sedikit kesal. Gaya
penulisannya terasa ‘terpotong-potong’. Kadang enak dibaca, seringnya sih
nggak. Lalu deskripsi karakter dan informasinya kurang dalam dan ‘nyata’. Aku
tidak bisa membayangkan perbedaan Beatriz dan Flavia yang sama-sama punya
‘wajah cantik dan rambut ikal’. Jangan-jangan Janitra juga punya penampilan
seperti itu?
Walaupun sebagian besar cerita berpusat pada
pertandingan sepak bola pantai, tidak ada penjelasan mengenai tata cara
bermain, teknik atau aturan sepak bola pantai. Apa berarti semuanya sama saja
dengan sepak bola di lapangan rumput? Tapi sepertinya ada sesuatu
yang berbeda antara dua olahraga tersebut. Mereka main di pasir, loh. Ketidakadaan
informasi tersebut tidak membuat aku penasaran sama sekali dan mencoba men-google tentang olahraga tersebut. Aku
sudah terlanjur malas. Kemudian aku
masih belum mengerti hubungan yang Janitra dan Kaisar miliki. Di beberapa
bagian, mereka tampak tertarik satu sama lain. Di bagian selanjutnya mereka
begitu dingin terhadap masing-masing. Tapi tidak terasa ‘tarik-ulur’ sama
sekali. Mereka tidak seperti saling suka, tapi ‘dipaksakan’ untuk terlihat
demikian.
Dari sekian hal yang mengecewakan di atas, ada
tiga hal yang menghiburku. Satu, ilustrasinya yang menarik. Ilustrasi tersebut
membantuku membayangkan Janitra dan karakter lain. Dua, sedikit penjelasan
tentang favela yang merupakan istilah pemukiman kumuh di Brazil. Aku tak
menyangka tempat yang sering muncul di film-film tersebut punya nama sendiri.
Tiga, tapioka yang merupakan sejenis crepes
yang berisi daging, keju dan bahan lainnya. Makanan khas seperti ini selalu
menarik buatku. Sayang, penjelasannya tidak begitu detail.
At last,
Soul Match tidak sesuai dengan
ekspetasiku. Padahal banyak hal menarik yang bisa diceritakan sehingga novel
ini bisa lebih menarik. Aku sangat menyayangkan hal tersebut. Aku berharap
penulisnya tetap berkarya agar tulisannya lebih baik lagi kedepannya :)
oh, kurang kena yah secara keseluruhan. Padahal tema yang diangkat menarik :\
ReplyDelete