Tuesday, December 9, 2014

As Seen On TV

Christian Simamora
484 Halaman
Twigora, November 2014
Rp. 80.000,-

Dear pembaca,

Jujur saja, sekali ini, aku benar-benar bingung harus mulai bercerita dari mana dulu tentang novel ini. Apakah harus kumulai dari pengakuan pribadiku bahwa novel ini yang paling melibatkanku secara emosional dibanding karya-karya sebelumnya? Ataukah tentang ide dasar ceritanya yang merupakan ketakutan terbesarku?

Mungkin kamu familier dengan alur cerita novel ketiga belasku ini. Bisa jadi, aku malah mengingatkanmu pada seseorang di masa lalu atau malah yang kau kenal sampai sekarang. Kukatakan padamu, novel ini memang tentang dia. Tentang seseorang yang setengah mati ingin kamu benci—karena mungkin hanya dengan begitu kamu bisa berhenti peduli. Tentang dia yang teramat berarti sekaligus yang sering membuatmu menangis seorang diri.

Jadi, apa keputusanmu? Apakah kamu siap berbagi tawa dan luka bersamaku sekarang? Aku tidak akan menjanjikan apa-apa lagi padamu... selain bahagia menanti di halaman akhir novel ini.
Selamat jatuh cinta.

CHRISTIAN SIMAMORA

Aku sempet panik saat mendengar kabar terbitnya As Seen On TV. Saat itu aku belum baca Come On Over. Jadi buru-buru aku beli dua buku itu sekaligus. Untung dapet diskon 20% dan sudah ada tanda tangan penulisnya (watch me haul them here). Walaupun cerita Come On Over tidak terlalu berbeda dengan novel seri #JBoyfriend sebelumnya, novel itu tetap membangkitkan ‘gairah’ dan membuatku ‘haus’ akan cerita serupa. Jeda beberapa hari, aku langsung ‘melahap’ novel yang sepertinya seri kedua dari #hawtlist ini sampai habis. Now, let’s review it :D

"Cowok itu selalu jadi bagian penting dalam hidup Kendra. Makanya, selama menulis surat resign itu, air matanya tidak berhenti keluar. Malah, sesekali dia harus berhenti untuk beberapa saat sampai dia bisa menguasai dirinya kembali. Cewek itu merasa seperti sedang menulis surat putus untuk pacar yang sudah bersamanya selama bertahun-tahun." – halaman 107

Kendra ‘Ken’ Rey dan Javier ‘Javi’ Bungsu Vimana saling mengenal dari kecil dan bersahabat dekat. Javi membuka sebuah kafe bernama Tolstoy di sebuah mall dan Ken dipercaya untuk menjadi operational manager. Mereka sering melewatkan waktu senggang di sana dengan menonton film Peter Pan. Di rumah Javi, mereka menjadi ‘orangtua’ untuk sepasang anjing. Diam-diam, Ken jatuh cinta dengan Javi yang dikenal sebagai playboy. Javi lebih suka melakukan one night stand dan tidak terlalu pilih-pilih teman kencan. Walaupun begitu Ken selalu berharap Javi sebenarnya merasakan hal yang sama dengannya.

Teman mereka, Laura Winarno dan Mario Hardiansyah, baru saja bertunangan. Mereka berempat pergi dan menginap di sebuah vila untuk merayakannya. Laura mengadakan permainan truth or dare untuk membantu Ken mengetahui perasaan Javi kepadanya. Javi ternyata hanya menganggap Ken sebagai teman. Dia bahkan mengungkapkan dirinya tidak tertarik secara seksual terhadap Ken. Itu membuat Ken patah hati dan membuat berbagai perubahan drastis. Ken mengundurkan diri dari Tolstoy dengan alasan ingin menekuni bisnis bonekanya, dia mengecat rambutnya dengan warna pink, dan mengenakan dandanan yang berbeda.

Javi tergabung dalam Komunitas Shylock Indonesia. Saat ada acara konvoi ke Bandung, Javi mengajak serta Ken. Di sana Ken berkenalan dengan Orion Sentosa dan temannya, Niagara. Orion sangat tertarik dengan Ken. Ken tak ragu menerima perhatian Orion. Javi merasa kesal karena tidak hanya lelaki itu sama playboy-nya dengannya, dia mulai merasakan sesuatu yang lebih untuk Ken. Segala perubahan Ken yang dia benci malah memperlihatkan sisi wanita yang selama ini tak terperhatikan olehnya.

"Bisa nggak sih, sekali-sekali lo nerima kebaikan orang lain tanpa menyakitinya lebih dulu?" – halaman 327-328

As Seen On TV is the best #JBoyfriend novel EVER! Novel yang satu ini punya plot yang lebih rapi, naik turunnya cerita lebih terasa, gaya bahasanya lebih formal, perkembangan karakter kedua tokoh utama lebih terlihat dan masalah percintaan lebih diutamakan. Ini sangat berbeda dan cukup mengejutkan buatku. Setiap membaca 100 halaman, aku mencoba mencari ‘kelemahan’ yang selalu aku keluhkan di setiap review novel #JBoyfriend yang aku baca. Tidak ada yang bisa aku temukan karena cerita tidak berputar-putar ke hubungan kedua tokoh utama terlalu lama, konflik utamanya tidak tiba-tiba muncul di 150 halaman terakhir, bagian yang bikin ‘kipas-kipas’-nya tidak menjadi ‘bumbu’ semata, bahkan tidak ada typo! Rasanya penulis ‘mendengar dan menjawab’ semua kritikanku. Aku seneng sekaligus terharu. Nggak sia-sia mengikuti seri ini :’)

Karakter Javi, the newest #JBoyfriend, juga membuat pandanganku sedikit berbeda. Selama ini aku beranggapan setiap #JBoyfriend harus punya keunikan sendiri, yang membedakan mereka dari #JBoyfriend yang lain. Makanya aku kurang suka dengan Jermaine yang persamaan dengan Jet, Jandro, dan Julien. Ketika ‘berkenalan’ dengan Javi, aku memang menemukan sedikit persamaan dengan Jo (punya sahabat perempuan) dan Jandro (nama belakang mereka Vimana). Tapi, selama cerita bergulir, koq semua itu terasa wajar dan fine-fine aja, ya? Mungkin karena secara keseluruhan karakter Javi memang berbeda. Segala yang dia lakukan berbeda dari Jo dan Jandro. Itu menghasilkan hal-hal yang berbeda pula dari cerita di Pillow Talk dan All You Can Eat. Dia Javi, bukan #JBoyfriend lainnya. Javi jadi terlihat stand out di mata (dan hati)ku without trying too hard. Tapi tetap saja, aku tidak bisa berpaling dari Jet :p  

Bonus paper doll

Salah satu laman akun Twitter National Riches Magazine

Ada kuis kecil di bagian belakang

Walaupun begitu, masih ada beberapa bagian yang tidak kusenangi. Ini sepertinya hanya masalah ‘selera’. Satu, ringkasan cerita Peter Pan yang ditempatkan saat cerita mau dimulai, agak membingunkanku. Dua, sifat ke-playboy-an Orion tidak tampak lagi saat dia semakin dengan Ken. Dia memang pernah bilang, dia tidak berhubungan dengan beberapa perempuan dalam waktu yang sama. Lalu apa yang membuatnya mendapat predikat itu? Tiga, halaman 408 adalah salah satu bagian yang penting. Di sana konflik sedang naik-naiknya, eh malah terselip jokes (yang sangat lucu). Itu membuat ketegangan yang kurasakan langsung menurun drastis. Saat membaca ulang, bagian itu jadi tidak ‘terlihat’ serius dan aku jadi meragukan efek kejadian itu ke hubungan para tokoh selanjutnya. Empat, ada detail yang sepertinya salah. Setauku tempat Nasi Kalong di Bandung itu di jalan Riau, bukan jalan Cipaganti. Aku melewati kedua jalan itu selama lima tahun terakhir. Tapi bisa saja aku yang keliru. Mungkin saja di jalan Cipaganti ada tempat nasi kalong yang lain ;)


At last, As Seen On TV mengangkat derajat seri #JBoyfriend lebih tinggi dengan plotnya yang tertata rapi, gaya tulisan yang berbeda tapi tetap asyik dibaca, perkembangan karakter yang menarik dan kisah Ken dan Javi sangat, sangat ‘melegakan dahaga’-ku. Sepertinya aku bisa tahan beberapa bulan untuk menunggu novel selanjutnya. Tapi jangan lama-lama loh hehehe. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D