Tuesday, January 27, 2015

I Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat

Allison Pearson
468 halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Februari 2012 (cetakan kedua)
Rp. 20.000 (Obral Buku Gramedia Merdeka)

"Mummy akan mengantarku tidur nanti malam?"
"Tidak, Sayang."

Kate Reddy: manager investasi, ibu dua anak. Hidupnya diperhitungkan hingga ke menitnya, dan kepalanya berisi jutaan hal yang harus diingat. Presentasi, konser Natal di sekolah, telekonferensi dengan klien, membatalkan janji spa, mengecek indeks Dow Jones. Tambahkan pengasuh anak tukang bolos, suami yang kesepian, bos yang seksis, dan kekasih dunia maya … Dengan begitu banyak bola yang melayang di udara, cepat atau lambat salah satunya pasti jatuh juga.

Allison Pearson menyajikan dramatisasi dilema ibu bekerja pada awal abad ke-21, meski tidak nyinyir, tidak menghakimi, dan tidak memandang segalanya dengan hitam-putih maupun benar-salah.

I Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat menjadi objek skripsi salah satu seniorku di kampus. Saat itu aku tidak tahu kalau novel yang termasuk ‘baru’ ini bisa dijadikan bahan penelitian. Teori yang dipakai juga menarik dan menginspirasi skripsiku. Kemudian aku mengetahui kalau ceritanya diangkat menjadi film layar lebar. Kutonton film itu dan lumayan menyukainya. Kini aku membaca versi novelnya. Now, let’s review it ;D

"Aku sudah mengatakan satu-satunya cara untuk dapat diterima di EMF adalah bersikap seperti para lelaki; tapi begitu kau bersikap seperti laki-laki mereka mengatakan kau sulit dan mudah tersinggung, lalu begitu kau bersikap seperti wanita, mereka mengatakan kau sulit dan terlalu emosional. Sulit adalah istilah mereka untuk segala hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka." – halaman 50

Kate Reddy adalah ibu dari dua anak, Emily dan Ben, dan bekerja sebagai manajer investasi yang cemerlang. Kesibukannya seringkali membuat Kate harus terbang ke berbagai negara di belahan dunia. Kate harus rela meninggalkan kedua anaknya kepada pengasuh anak dan melewatkan segala perubahan kecil yang terjadi di rumah. Teman-teman wanita seusianya cenderung memilih berhenti bekerja atau tidak mempunyai anak sama sekali. Kate tetap menjalani keduanya di bawah komentar-komentar dari kelompok ibu rumah tangga, rekan kerja yang hampir semua laki-laki dan ibu mertuanya. Dia juga berusaha menjaga hubungan romantisnya dengan Richard, suaminya. Tetapi salah satu kliennya dari New York, Jack Abelhammer, menarik perhatiannya. Mereka rutin berkirim email, yang isinya tidak selalu tentang pekerjaan.


"Anak-anak merupakan bukti kita pernah ada di bumi ini, Momo. Kita hidup di dalam diri mereka pada saat kita sudah tidak ada. Mereka adalah yang terbaik sekaligus yang paling sulit ditangani, tapi begitulah adanya. Kau harus percaya padaku. Hidup ini seperti teka-teki, dan merekalah jawabannya. Kalau jawaban itu ada, merekalah wujudnya." – halaman 221

Walaupun I Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat mempunyai banyak konflik yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan ceritanya terlalu panjang, isinya tetap menghibur dan menggambarkan tantangan ibu bekerja yang masih berlangsung sampai sekarang dengan bagus. Bagian-bagian yang membahas kelemahan ibu bekerja dan posisinya di mata masyarakat seringkali dibalut dengan humor. Tapi bagian itu tetep bikin aku sedih, miris dan terenyuh. Tenang saja, isinya tidak membela satu kaum, ibu rumah tangga atau ibu bekerja, saja koq. Ceritanya hanya memperlihatkan apa adanya. Pembacalah yang menentukan sendiri kesimpulan mereka. Kalau aku pribadi belum sempat memikirkan lagi hal tersebut dengan serius. Dulu aku sudah pernah mengambil keputusan, yang sekarang terdengar sangat naif, lalu banyak perubahan yang terjadi. Jadi aku nggak mau terburu-buru mengambil keputusan dan mencoba ikut fleksibel dengan keadaan yang ada.

Seperti yang kutulis di atas, ceritanya terlalu banyak konflik besar. Konflik yang paling utama tentunya tantangan yang dihadapi Kate sebagai ibu bekerja dan berkembang menjadi konflik lebih kecil, tapi sama besarnya, seperti melewatkan perkembangan kedua anak, melupakan suami, dekat dengan pria lain, dan lainnya. Konflik-konflik yang lebih kecil itu mulai menunjukan ‘potensi’ dan membantu cerita menuju ‘puncak’ ketegangan. Nyatanya ‘puncak’ itu tidak ada. Cerita malah melebar ke konflik orang-orang di sekitar Kate, yang menurutku kurang penting karena hanya menyumbang sedikit cerita ke konflik besar milik Kate. Cerita jadi sangat panjang dan sempat tak jelas ujungnya. Konflik yang berpotensi tadi kemudian muncul menjelang akhir cerita. Menarik sih tapi sudah nggak ada geregetnya. Penyelesaiannya pun seperti terburu-buru dan agak mengecewakan.

Untuk masalah teknis, aku tidak menemukan typo. Terjemahannya juga lumayan bagus. Hanya saja aku agak terganggu dengan penerjemahan ungkapan-ungkapannya, baik yang sarkastik atau tidak. Contohnya adalah ‘turn on’ yang menjadi ‘tombol menyala’. Secara umum, memang tidak salah. Tapi ungkapan itu muncul saat salah satu tokoh pria mengomentari penampilan Kate yang tak sengaja memakai pakaian yang berlebihan. Ungkapan ‘tombol menyala’ jadi tidak pas. Mungkin yang lebih pasnya ‘merangsang’ atau ‘menggoda’. Ketidaktepatan ini juga sepertinya akibat perbedaan budaya dan kebiasaan di bahasa sumber, bahasa Inggris, dan bahasa target, Bahasa Indonesia. Jadi ungkapan seperti itu sering kali tidak teralihbahasakan dengan tepat.

Book vs Movie Adaptation
Film adaptasinya memiliki banyak perbedaan yang cukup signifikan seperti perbedaan setting, jumlah tokoh pembantu dan ending. Selain itu, semuanya masih setia dengan buku. Tapi harus kuakui konflik di film lebih terfokus, jelas dan tersampaikan dengan baik. Mana yang lebih aku suka, buku atau filmnya? Keduanya. Karena dua-duanya bisa bikin aku ketawa dan juga membuka mata dengan tantangan yang dihadapi para ibu di zaman modern ini.

At last, dilema ibu bekerja di II Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat ini menghibur sekaligus membuatku mengerti bahwa ibu rumah tangga dan ibu bekerja punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Tidak ada yang lebih bagus atau lebih buruk. Bagi yang penasaran kenapa, bisa membaca buku ini. Aku harap kalian juga sabar dengan isinya yang yang putar-putar dan menghabiskan banyak halaman. Recommended! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D