468 halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Februari 2012 (cetakan
kedua)
Rp. 20.000 (Obral Buku Gramedia Merdeka)
"Mummy
akan mengantarku tidur nanti malam?"
"Tidak,
Sayang."
Kate
Reddy: manager investasi, ibu dua anak. Hidupnya diperhitungkan hingga ke
menitnya, dan kepalanya berisi jutaan hal yang harus diingat. Presentasi,
konser Natal di sekolah, telekonferensi dengan klien, membatalkan janji spa,
mengecek indeks Dow Jones. Tambahkan pengasuh anak tukang bolos, suami yang
kesepian, bos yang seksis, dan kekasih dunia maya … Dengan begitu banyak bola
yang melayang di udara, cepat atau lambat salah satunya pasti jatuh juga.
Allison Pearson menyajikan dramatisasi dilema ibu bekerja
pada awal abad ke-21, meski tidak nyinyir, tidak menghakimi, dan tidak
memandang segalanya dengan hitam-putih maupun benar-salah.
I
Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat menjadi objek skripsi salah satu seniorku di
kampus. Saat itu aku tidak tahu kalau novel yang termasuk ‘baru’ ini bisa
dijadikan bahan penelitian. Teori yang dipakai juga menarik dan menginspirasi
skripsiku. Kemudian aku mengetahui kalau ceritanya diangkat menjadi film layar
lebar. Kutonton film itu dan lumayan menyukainya. Kini aku membaca versi
novelnya. Now, let’s review it ;D
"Aku
sudah mengatakan satu-satunya cara untuk dapat diterima di EMF adalah bersikap
seperti para lelaki; tapi begitu kau bersikap seperti laki-laki mereka
mengatakan kau sulit dan mudah tersinggung, lalu begitu kau bersikap seperti
wanita, mereka mengatakan kau sulit dan terlalu emosional. Sulit adalah istilah
mereka untuk segala hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan mereka." –
halaman 50
Kate Reddy adalah ibu dari dua anak,
Emily dan Ben, dan bekerja sebagai manajer investasi yang cemerlang.
Kesibukannya seringkali membuat Kate harus terbang ke berbagai negara di
belahan dunia. Kate harus rela meninggalkan kedua anaknya kepada pengasuh anak
dan melewatkan segala perubahan kecil yang terjadi di rumah. Teman-teman wanita
seusianya cenderung memilih berhenti bekerja atau tidak mempunyai anak sama
sekali. Kate tetap menjalani keduanya di bawah komentar-komentar dari kelompok
ibu rumah tangga, rekan kerja yang hampir semua laki-laki dan ibu mertuanya.
Dia juga berusaha menjaga hubungan romantisnya dengan Richard, suaminya. Tetapi
salah satu kliennya dari New York, Jack Abelhammer, menarik perhatiannya.
Mereka rutin berkirim email, yang isinya tidak selalu tentang pekerjaan.
"Anak-anak
merupakan bukti kita pernah ada di bumi ini, Momo. Kita hidup di dalam diri
mereka pada saat kita sudah tidak ada. Mereka adalah yang terbaik sekaligus
yang paling sulit ditangani, tapi begitulah adanya. Kau harus percaya padaku.
Hidup ini seperti teka-teki, dan merekalah jawabannya. Kalau jawaban itu ada,
merekalah wujudnya." – halaman 221
Walaupun I Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat mempunyai banyak konflik yang tidak
dimanfaatkan dengan baik dan ceritanya terlalu panjang, isinya tetap menghibur
dan menggambarkan tantangan ibu bekerja yang masih berlangsung sampai sekarang
dengan bagus. Bagian-bagian yang membahas kelemahan ibu bekerja dan posisinya
di mata masyarakat seringkali dibalut dengan humor. Tapi bagian itu tetep bikin
aku sedih, miris dan terenyuh. Tenang saja, isinya tidak membela satu kaum, ibu
rumah tangga atau ibu bekerja, saja koq. Ceritanya hanya memperlihatkan apa
adanya. Pembacalah yang menentukan sendiri kesimpulan mereka. Kalau aku pribadi
belum sempat memikirkan lagi hal tersebut dengan serius. Dulu aku sudah pernah
mengambil keputusan, yang sekarang terdengar sangat naif, lalu banyak perubahan
yang terjadi. Jadi aku nggak mau terburu-buru mengambil keputusan dan mencoba
ikut fleksibel dengan keadaan yang ada.
Seperti yang kutulis di atas,
ceritanya terlalu banyak konflik besar. Konflik yang paling utama tentunya
tantangan yang dihadapi Kate sebagai ibu bekerja dan berkembang menjadi konflik
lebih kecil, tapi sama besarnya, seperti melewatkan perkembangan kedua anak,
melupakan suami, dekat dengan pria lain, dan lainnya. Konflik-konflik yang
lebih kecil itu mulai menunjukan ‘potensi’ dan membantu cerita menuju ‘puncak’
ketegangan. Nyatanya ‘puncak’ itu tidak ada. Cerita malah melebar ke konflik orang-orang
di sekitar Kate, yang menurutku kurang penting karena hanya menyumbang sedikit
cerita ke konflik besar milik Kate. Cerita jadi sangat panjang dan sempat tak
jelas ujungnya. Konflik yang berpotensi tadi kemudian muncul menjelang akhir
cerita. Menarik sih tapi sudah nggak ada geregetnya. Penyelesaiannya pun
seperti terburu-buru dan agak mengecewakan.
Untuk masalah teknis, aku tidak
menemukan typo. Terjemahannya juga
lumayan bagus. Hanya saja aku agak terganggu dengan penerjemahan ungkapan-ungkapannya,
baik yang sarkastik atau tidak. Contohnya adalah ‘turn on’ yang menjadi ‘tombol menyala’. Secara umum, memang tidak
salah. Tapi ungkapan itu muncul saat salah satu tokoh pria mengomentari
penampilan Kate yang tak sengaja memakai pakaian yang berlebihan. Ungkapan ‘tombol
menyala’ jadi tidak pas. Mungkin yang lebih pasnya ‘merangsang’ atau ‘menggoda’.
Ketidaktepatan ini juga sepertinya akibat perbedaan budaya dan kebiasaan di
bahasa sumber, bahasa Inggris, dan bahasa target, Bahasa Indonesia. Jadi
ungkapan seperti itu sering kali tidak teralihbahasakan dengan tepat.
Book
vs Movie Adaptation
Film adaptasinya memiliki banyak perbedaan
yang cukup signifikan seperti perbedaan setting,
jumlah tokoh pembantu dan ending. Selain
itu, semuanya masih setia dengan buku. Tapi harus kuakui konflik di film lebih terfokus,
jelas dan tersampaikan dengan baik. Mana yang lebih aku suka, buku atau filmnya?
Keduanya. Karena dua-duanya bisa bikin aku ketawa dan juga membuka mata dengan
tantangan yang dihadapi para ibu di zaman modern ini.
At
last, dilema ibu bekerja di II Don’t Know How She Does It – Sibuk Berat ini menghibur sekaligus membuatku mengerti bahwa
ibu rumah tangga dan ibu bekerja punya kelebihan dan kelemahannya
masing-masing. Tidak ada yang lebih bagus atau lebih buruk. Bagi yang penasaran
kenapa, bisa membaca buku ini. Aku harap kalian juga sabar dengan isinya yang yang
putar-putar dan menghabiskan banyak halaman. Recommended! :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D