Monday, January 26, 2015

Ngeri Ngeri Sedap

Bene Rajagukguk
206 Halaman
Bukune, Oktober 2014
Rp. 45.000,-

Bagi keluargaku yang gengsinya selangit, menerima pemberian dari orang lain, pantang hukumnya. Kayak waktu itu Tulang main ke rumah. Sebelum pulang, Tulang mengeluarkan selembar uang sepuluh ribuan.

Aku mengarahkan tangan menuju lembaran berharga itu. Beberapa senti sebelum uang berpindah tangan, tiba-tiba Mamak nongol, “Eh! Apa Mamak bilang? Jangan terima-terima uang!” Tanganku langsung mundur.

Tulang memasukkan kembali uang itu, kemudian mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan. Belum sempat kuambil, Mamak langsung ngomong, “Apa Mamak bilang? Jangan terima-terima uang!” Mamak melotot sambil melambai-lambaikan tangan isyarat larangan.

Uang dua puluh ribuan kembali masuk dompet. Kali ini uang merah—seratus ribuan—menggantikan posisinya. Aku yang masih bingung harus ngapain, dikejutkan oleh suara Mamak, “Nak, bilang apa sama Tulang? Bilang ‘terima kasih’!”

Rupanya, langit pun ada harganya.

***

Kenalkan, Kawan, namaku Bene Dionysius Rajagukguk.
Dari nama aja, udah keliatan kan aku orang apa?
Tampangku yang amuba—asli muka Batak—pun,
nggak bisa bohong.
Iya, aku memang seratus persen berdarah Batak.

Sebagai Batak tulen, keras dan teguh pada prinsip jadi sifatku yang menonjol. Makanya, aku nggak pernah mau bayar utang dan menolak keras waktu ditagih.
Prinsipku; sesuatu yang udah dikasih, jangan harap balik lagi.

Dalam buku ini, aku akan cerita macam-macam persoalanku sebagai pemuda Batak yang mencoba menaklukkan dunia.
Mungkin keliatannya ngeri, tapi sedap kok waktu dijalani.
Kayak banyak orang Batak bilang, “Nggak usah terlalu dipikirin.
Nikmati aja! Hidup memang ngeri-ngeri sedap, Kawan!”

Aku jarang nonton dan ngikutin acara stand up comedy. Mungkin lebih tepatnya, aku nggak penah minat untuk nonton TV dengan sengaja kecuali untuk acara berita dan sitcom-nya Chealsea Islan. Lalu aku juga belum pernah baca buku  komedi selain karya Raditya Dika. Jadi aku sempet ragu untuk membaca Ngeri Ngeri Sedap ini. Tapi aku yakin isinya paling nggak bisa bikin ketawa. Lumayan lah buat menghibur kepala aku yang lagi ngebul. Let’s review it now :D

"Budaya Batak yang kumiliki ternyata membaca beberapa kesulitan waktu aku pindah ke Jogya. Tapi, kesulitan kayak ketidakcocokan makanan dan minuman, perbedaan gaya bahasa, dan kendala-kendala lainnya, justru nggak seberapa dibanding apa yang kudapat. Di Jogya, banyak hal-hal positif yang kupelajari." – halaman 40

Bene Dionysius Rajagukguk, yang lebih dikenal dengan nama Bene Dion, berbagi cerita dan pengalaman pribadinya tentang kedua orangtua yang termasuk pelit dan galak, merantau ke Jogya untuk kuliah dan budaya suku Batak dalam balutan komedi. Ada 11 cerita yaitu Selayang Pandang, Mamak Lawak-Lawak, Pindah Ke Jogya, Awas Bapak Galak, Hepeng Do Namangatur Negara On, Anakhongki Do Hamoraon Di Au, Obat Paling Mujarab, Mengenal Batak, Air Susu Dibalas Dengan Air Susu, Menikmati Jogya dan Ngeri Ngeri Sedap.

"Orangtua membesarkan anak, mendidik, dan menyekolahkannya dengan tulus, tanpa mengharapkan apa-apa. Keberhasilan anaknyalah yang akan ngasih kebanggaan, yang kemudian terkonversi jadi kebahagiaan. Sementara anak, sering mencapai kebanggaan dengan tujuan yang menyimpang." – halaman 108

Ngeri Ngeri Sedap adalah buku personal literatur dan comedy yang sangat segar buatku. Cerita-ceritanya tak hanya menghibur, tapi juga membuatku berkaca-kaca dan berpikir dengan perjalanan hidupku. Itu sepertinya karena secara angkatan kuliah dan usia, penulis dan aku tidak jauh. Aku juga menikmati cerita yang membahas suku Batak, salah satunya tentang marganya yang beragam. Aku sudah pernah bertanya ke teman kuliahku yang bermarga Sinaga. Tapi penjelasannya tidak selebar yang dibahas di buku ini. Lalu, siapa sih yang nggak suka dan kagum dengan Jogya? Kecuali makanannya yang serba manis itu, ya. Cerita-cerita kesukaanku adalah Pindah Ke Jogya, Anakhongki Do Hamoraon Di Au, Obat Paling Mujarab, Mengenal Batak, Air Susu Dibalas Dengan Air Susu, dan Menikmati Jogya.

Salah satu ilustrasi yang kusuka

Untuk bagian gaya menulis, sebenarnya sudah cukup bagus, mengalir dan rapi. Tapi kemampuan itu harus dikembangkan terus. Soalnya masih ada pemborosan kata dan susunan kalimat yang terlalu kompleks. Berhubung cerita dan mood-nya santai, semua itu masih bisa dimaklumin, lah. Selanjutnya adalah kesalahan klasik, banyak typo. Di cerita Air Susu Dibalas Dengan Air Susu, tiga paragraf pertamanya bahkan tercetak dua kali. Ngomong-ngomong soal pengulangan, ada pengulangan cerita atau semacam rangkuman di cerita Ngeri Ngeri Sedap. Aku sempet bingung ceritanya bakal mengarah ke mana. Padahalkan dari cerita pertama, penulis sudah memberi banyak informasi tentang lokasi dan nama-nama tempat. Jadi menurutku penjelasan dan pengulangan itu berlebihan. Terakhir aku bingung juga dengan foto penulis yang ada di cover dan di bagian tentang penulis yang keliatan agak berbeda. Sudut pengambilan foto bisa membuat seseorang terlihat tidak sama. Nggak terlalu penting, ya. Aku penasaran aja hahaha.

At last, Ngeri Ngeri Sedap merupakan buku debut yang bagus. Cerita-ceritanya lucu, menghibur dan menginspirasi. Unsur ke-Batak-annya juga membuatnya jadi unik dan berbeda. Aku jadi tertarik dengan buku komedi dan personel literatur lainnya. Recommeded! :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D