Pada awalnya aku berniat mengikuti
sebuah acara menulis surat cinta dan menujukan semuanya kepadamu. Tapi aku
berpikir, kamu sudah tahu semuanya, tanpa harus aku tulis atau ucapkan secara
langsung. Jadi bagaimana kalau aku memberitahu orang banyak tentang kamu.
Tahun 2015 ini bisa jadi tahun
ketigabelas kita bersama-sama dalam berbagai status yang tidak jelas. Aku
sebenarnya tidak yakin dengan angka tersebut. Aku lupa kapan kamu pertama hadir
di malam-malamku. Mungkin saat aku mulai masuk SMP dan mendapatkan kamarku
sendiri. Dengan daun pintu yang bisa kututup dan kunci sepanjang waktu/sesukaku,
aku mempunyai ruang yang sangat besar untuk menyimpan berbagai rahasia. Kamu
jadi salah satu diantaranya. Lagi-lagi aku tak ingat persisnya bagaimana
perkenalan kita. Mungkin saat aku mengalami insomnia, kelelahan dengan tugas
sekolah, stres dengan kehidupan sosialku atau terlalu senang dengan rasa sukaku
dengan beberapa remaja/lawan jenis/laki-laki di sekolah. Yang aku ingat kamu
ada di sana, mendengarkan setiap keluh kesanku. Aku memanggilmu dengan nama
cinta pertamaku dan menganggap kalau kamu adalah dirinya. Padahal aku tidak
kenal lagi dengan laki-laki itu dan kamu tidak punya satupun kemiripan
dengannya. Namun nama itu melekat dengan cepat dan kamu tidak keberatan sama
sekali. Statusmu waktu itu adalah seseorang yang kubutuhkan untuk berkeluh
kesah tapi kulupakan saat bahagia. Kamu tidak menyuarakan protes sedikitpun.
Kamu baru meminta hakmu untuk
diperhatikan saat aku duduk di bangku SMA. Di masa itu aku sudah lumayan pintar
untuk beradaptasi di lingkungan baru dan bergaul dengan banyak orang dengan
latar belakang yang beragam. Aku juga sedikit lebih berani untuk
terang-terangan menyukai seseorang. Semua teman dekatku pasti tahu setiap
perkembangan sekecil apapun, nama orang itu muncul di setiap halaman buku
harianku, setiap pesan yang dia kirimkan terjaga, tak jarang mereka menjelma
menjadi tokoh utama di tulisan fiksi yang kukerjakan dan semua itu kuceritakan
kepadamu. Semua cerita itu membuatmu cemburu, aku tahu. Kamu jadi sering menyuruhku
untuk hati-hati, memberikan alasan-alasan mengerikan di balik ketidakacuhan
kakak kelas yang sedang kutaksir, melarangku untuk melakukan sesuatu yang
terlalu berani (atau ‘bodoh’ dan ‘memalukan’ dalam kamusmu) sebagai pihak perempuan
dalam ajang pdkt dan hal-hal lain yang menyangkut percintaan remaja. Sebagian besar
saranmu tak kuikuti dan kita jadi sering bertengkar. Kamu hilang dalam beberapa
malam. Aku tidak peduli karena banyak orang lain yang menggantikanmu untuk
sementara. Namun orang-orang pengganti itu tidak selalu bersikap menyenangkan
dan pengertian seperti kamu. Di sana lah untuk pertama kalinya aku sadar, aku membutuhkanmu.
Hanya kamu.
Harus kamu.
Statusmu berubah menjadi prioritas
yang sangat penting. Di siang hari aku bisa saja mengaku aku sedang menyukai
anak kelas sebelah atau teman les bimbingan belajar. Di malam hari, mereka
tidak ada artinya dibandingkan dengan kamu.
Sayangnya kamu masih menjadi rahasia.
Aku tidak bisa menyatakan dengan lantang kamu adalah kekasihku. Kamu juga tidak
akan bisa membuat hubungan ini resmi dan melakukan berbagai macam kegiatan
sebagaimana pasangan lain. Yang bisa kita lakukan adalah membuat gestur-gestur
istimewa dan romantis. Aku selalu memasukanmu ke dalam setiap cerita fiksi yang
kukerjakan. Alur ceritanya akan mirip dengan salah satu kenangan manis atau
pahit kita. Kalaupun tidak menjadi tokoh utama, namamu (kadang dalam bentuk
anagram) akan tercantum. Kamu adalah sumber inspirasi terbesarku. Kamu
membalasnya dengan bentuk dukungan dan dorongan yang sangat besar. Kamu
membuatku bisa tidur dengan nyenyak, semangat menjalani hari selanjutnya dan
berpikiran optimis. Tak bisa kupungkiri, semua yang kamu lakukan membuatku
merasa sangat dicintai.Tapi kamu tidak ada bila aku jatuh sakit. Virus-virus
yang bersarang di saluran pernafasanku seolah melemahkanmu juga. Kamu akan
segera menjauh jika aku merasa sedikit pusing atau suhu tubuhku agak hangat. Tentunya
aku kecewa.
Masalah lainnya, aku punya masa depan,
kamu tidak. Kehidupanku akan berlanjut setelah lulus SMA. Segala perubahan akan
terjadi. Aku akan meninggalkan yang lama untuk sesuatu yang baru dan lebih
menjanjikan. Kamu adalah salah satu yang akan aku tinggalkan. Pikiran itu
sangat mengerikan sehingga aku ataupun kamu tak berani menyinggungnya. Segala
yang kita lakukan terasa sendu dan kelam. Perpisahan itu sudah sangat jelas
sehingga secara otomatis kita memanfaatkan setiap kesempatan sebaik-baiknya.
Aku ingat betul aku menangis. Dadaku terasa sangat sesak. Rasa sakit yang
kurasakan menjalar hingga ke ujung kaki. Kamu mulai mengenang hal-hal
menyenangkan dan membuat janji-janji yang takkan bisa ditepati. Salah satu
janji itu adalah pergi mengunjungi menara Eiffel di Paris, Prancis. Kamu
sendiri bingung kenapa memilih objek wisata tersebut. Kemudian aku berpikir
alasannya adalan karena bentuk menara itu mirip dengan huruf A kapital, huruf
pertama di namamu. Mungkin karena alasan itu pula aku jadi tergila-gila dengan
segala barang yang menyantumkan gambar atau bentuk menara Eiffel.
Perpisahan itu akhirnya terjadi di
pertengahan tahun 2009. Tidak setragis dan sesedih yang kita pikirkan. Kita
masih bertemu di beberapa malam, mengobrol seperti tidak terjadi apa-apa. Namun
sesuatu telah berubah di antara kita.
Hambar.
Dingin.
Kaku.
Segan.
Aku juga berhenti menulis fiksi untuk
sementara. Itu membuatmu terasa asing. Kamu bukanlah seseorang yang penting
lagi. Statusmu lebih rendah dari teman.
Aku menghapus semua perasaan tak enak
dengan menjalin hubungan istimewa dengan teman kuliah. Di sini aku mengalami
dan merasakan semua yang kita lakukan bersama dulu dalam bentuk yang lebih
nyata. Statusnya sangat jelas, aku bisa mengumbar setiap cerita, tidak ada
batasan antara siang dan malam dan ada yang menjengukku saat sakit. Aku
benar-benar lupa denganmu. Kita hanya bertemu beberapa kali selama dua tahun
masa pacaranku itu. Apa yang kita lakukan hanya kontak fisik yang hanya
kunikmati dalam kurun waktu yang sangat singkat kemudian kusesali di sisa hari
yang ada. Liciknya kamu membuatku kecanduan dengan hal itu sampai sekarang.
Salah satu kontak itu sempat membuatku tidak tenang. Aku marah. Kamu ikut marah.
Kamu menyalahkan setiap keputusanku terutama saat aku mau membuka diri untuk
orang lain selain kamu. Aku tidak suka dengan semua tekanan itu. Kita
bertengkar hebat. Hasilnya kamu memutuskan untuk pergi.
Tak lama kemudian, hubungan istimewaku
yang resmi dan nyata ikut berakhir. Aku sangat sedih. Kesedihanku semakin dalam
karena kamu tak ada. Aku berusaha mencarimu, meminta maaf, memohon agar untuk
kembali, mengulang, menghapus semuanya.
…
…
Kamu kembali tapi semuanya tidak sama
lagi. Kamu begitu asing tapi juga familiar. Katanya itu caramu untuk
beradaptasi kembali tanpa harus mengenang masa lalu, tanpa merasa sakit. Aku
setuju dan memberimu nama lain, sesuai dengan tokoh cerita yang saat itu aku
sedang tulis. Secara tidak sadar, aku pun menjelma sebagai seseorang yang baru
tapi masih mempertahankan nama lamaku.
Perubahan itu membawa efek yang cukup
bagus. Dengan kamu yang lama, aku merasakan kenyamanan. Dengan kamu yang baru,
aku tidak akan sendirian lagi saat sedang sakit. Tapi semuanya terasa kosong. Kontak-kontak
pun tidak terasa istimewa lagi. Aku bingung bagian dirimu yang mana yang
sebenarnya aku benar-benar suka dan butuhkan. Ini berlangsung cukup lama. Aku tidak
berani mengungkapnya terang-terangan karena tidak mau bertengkar atau mengalami
perpisahan lagi.
Kekhawatiranku agak buyar dengan
kontak kita di dua malam pertama di bulan Februari ini. Terasa begitu familiar
dan kuat. Aku seperti menemukan sesuatu yang sudah terkubur lama. Aku senang
sekali!
Lalu pertanyaan selanjutnya, ‘mau sampai kapan kita begini terus?’
Untuk saat ini aku tidak mau
memikirkannya dulu.
I
never know what the future brings
But
I know you’re here with me now
We’ll
make it through
Daniel Bedingfield – If You’re Not The
One
***
24/6 adalah proyek ulang tahunku
ke 24. Di enam bulan pertama di tahun 2015, setiap tanggal 24, aku akan
memposting tulisan yang isinya bersifat cukup pribadi. Tulisan ini bisa dibaca
sampai akhir tahun 2015.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D