Lauren Oliver
208 Halaman
HarperCollins, 2013
eBook
Now an active member of the resistance, Lena has transformed. The
nascent rebellion that was underway in Pandemonium has ignited into an all-out
revolution in Requiem, and Lena is at the center of the fight. After rescuing
Julian from a death sentence, Lena and her friends fled to the Wilds. But the
Wilds are no longer a safe haven. Pockets of rebellion have opened throughout
the country, and the government cannot deny the existence of Invalids.
Regulators infiltrate the borderlands to stamp out the rebels.
As Lena navigates the increasingly dangerous terrain of the Wilds, her
best friend, Hana, lives a safe, loveless life in Portland as the fiancée of
the young mayor. Requiem is told from both Lena and Hana's points of view. They
live side by side in a world that divides them until, at last, their stories
converge.
Sebelum benar-benar menamatkan
Pandemonium, aku sudah mengintip halaman pertama Requiem. Betapa terkejutnya aku saat menemukan seorang tokoh
‘bangkit’ kembali. Makanya sehabis buku kedua, aku langsung tancap gas menuju
buku ketiga. Now, let’s review it ;D
"Maybe they’re right. Maybe we are driven
crazy by our feelings. Maybe love is a disease, and we would be better off
without it. But we have chosen a different road. And in the end that is the
point of escaping the cure: we are free to choose. We are even free to choose
the wrong thing."
Setelah kejadian di New York,
Magnalena ‘Lena’ Haloway bersama rombongan The Invalids lainnya, termasuk
Julian Fineman dan Alex Sheathes memutuskan untuk kembali ke The Wilds. Kembalinya
Alex dengan sikapnya yang dingin membuat Lena bingung sekaligus bersalah kepada
Julian. Apalagi kehidupan di The Wilds ternyata tidak seaman sebelumnya. The
Invalids menemukan Coral yang terluka parah dan menceritakan kegiatan patroli
yang dengan sengaja membakar orang-orang yang membangkang. Mereka lalu
berdiskusi untuk memilih antara kabur ke negara tetangga atau melawan orang di
balik tembok pembatas dengan terang-terangan.
Di Portland, Hana Tate sedang
menghitung hari menuju pernikahannya dengan Fred Hangrove. Kehidupannya sebagai
calon istri seorang wali kota penuh gosip tak sedap. Salah satunya tentang
mantan istri Fred, Cassie. Selain itu Hana masih bisa merasakan hal-hal yang
seharusnya hilang setelah prosedur penyembuhan. Dia memikirkan Lena yang tidak
diketahui kabarnya dan seorang laki-laki yang sempat dia sukai.
"I feel suddenly disoriented and have to
squeese my nails into my palms until I feel a brief shock of pain. I don’t
understand how everything changes, how the layers of your life get buried.
Impossible. At some point, at some time, we must all explode."
Dengan sedih aku mengaku bahwa Requiem agak mengecewakan. Meskipun dua
sudut pandangnya menarik dan cinta segitiganya berhasil membuatku kesel, masih
banyak bagian yang aku pertanyakan dan tidak terjawab sampai bukunya selesai. Kenapa
mereka kembali ke The Wilds? Penjelasannya sepertinya ada di
Pandemonium. Mungkin aku lupa. Kenapa harus di Portland? Setelah prestasi besar di New
York, langkah terasa sebagai kemunduran dari kawanan The Invalids. Dan yang
paling menganggu, kenapa Alex dingin sama Lena? Seingatku dulu Alex menyuruh
Lena lari meninggalkannya. Sekarang Alex malah marah, sok-sokan udah move on dan dengan gampangnya bilang dia
sebenarnya berkorban demi Lena. Ugh, aku nggak suka banget. Aku sampai
harus scanning dulu di bagian Lena,
untuk mengantisipasi sikap Alex yang kekanakan itu.
Oh, iya, ada dua sudut pandang di
sini, Lena dan Hana. Bagian Hana yang terasa agak hampa – mungkin karena
dia sudah ‘cured’ – cukup bisa menyelamatkanku
dari cinta segitiga di bagian Lena yang bikin frustasi. Agak heran sih kenapa
Hana dapat peran utama ini. Dia kan tidak begitu terdengar di buku kedua. Tapi
aku membaca salah satu review di
Goodreads yang berpendapat Hana ini jadi jalan untuk menceritakan apa yang
terjadi di balik tembok, terutama Portland. Hmm, boleh juga, ya. Cerita Hana
menyelidiki Cassie sangat menarik buatku. Sayangnya di akhir tidak jelas gimana
nasibnya. Nyatanya, kehidupan semua tokoh di dunia tanpa cinta itu tidak jelas.
Keputusan Lena untuk mengakhiri cinta segitiganya sih sudah cukup jelas – dan
lagi-lagi bikin aku kesel - tapi untuk hal-hal umum seperti bagaimana hidup
mereka setelah pemberontakan itu, apakah cinta masih dianggap sebagai penyakit
dan lainnya tidak jelas. Bagian ending-nya
benar-benar menggantung dan sangat membingungkan. Kalo nggak salah, penulisnya
sudah membuat sebuah video untuk menjelaskan pilihannya menulis ending tersebut. Nantilah aku tonton -.-
At last, Requiem menutup
seri Delirium dengan ending yang
tidak menyenangkan buatku. Walaupun kesal dan kecewa, ceritanya masih
menghiburku dan cinta segitiganya berhasil membuatku frustasi, in the good way. Itu berarti aku
menikmati dan benar-benar peduli dengan tokohnya, bukan? :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D