Saturday, February 7, 2015

Requiem

 Lauren Oliver
208 Halaman
HarperCollins, 2013
eBook

Now an active member of the resistance, Lena has transformed. The nascent rebellion that was underway in Pandemonium has ignited into an all-out revolution in Requiem, and Lena is at the center of the fight. After rescuing Julian from a death sentence, Lena and her friends fled to the Wilds. But the Wilds are no longer a safe haven. Pockets of rebellion have opened throughout the country, and the government cannot deny the existence of Invalids. Regulators infiltrate the borderlands to stamp out the rebels.

As Lena navigates the increasingly dangerous terrain of the Wilds, her best friend, Hana, lives a safe, loveless life in Portland as the fiancée of the young mayor. Requiem is told from both Lena and Hana's points of view. They live side by side in a world that divides them until, at last, their stories converge.

Sebelum benar-benar menamatkan Pandemonium, aku sudah mengintip halaman pertama Requiem. Betapa terkejutnya aku saat menemukan seorang tokoh ‘bangkit’ kembali. Makanya sehabis buku kedua, aku langsung tancap gas menuju buku ketiga. Now, let’s review it ;D

"Maybe they’re right. Maybe we are driven crazy by our feelings. Maybe love is a disease, and we would be better off without it. But we have chosen a different road. And in the end that is the point of escaping the cure: we are free to choose. We are even free to choose the wrong thing."

Setelah kejadian di New York, Magnalena ‘Lena’ Haloway bersama rombongan The Invalids lainnya, termasuk Julian Fineman dan Alex Sheathes memutuskan untuk kembali ke The Wilds. Kembalinya Alex dengan sikapnya yang dingin membuat Lena bingung sekaligus bersalah kepada Julian. Apalagi kehidupan di The Wilds ternyata tidak seaman sebelumnya. The Invalids menemukan Coral yang terluka parah dan menceritakan kegiatan patroli yang dengan sengaja membakar orang-orang yang membangkang. Mereka lalu berdiskusi untuk memilih antara kabur ke negara tetangga atau melawan orang di balik tembok pembatas dengan terang-terangan.

Di Portland, Hana Tate sedang menghitung hari menuju pernikahannya dengan Fred Hangrove. Kehidupannya sebagai calon istri seorang wali kota penuh gosip tak sedap. Salah satunya tentang mantan istri Fred, Cassie. Selain itu Hana masih bisa merasakan hal-hal yang seharusnya hilang setelah prosedur penyembuhan. Dia memikirkan Lena yang tidak diketahui kabarnya dan seorang laki-laki yang sempat dia sukai.

"I feel suddenly disoriented and have to squeese my nails into my palms until I feel a brief shock of pain. I don’t understand how everything changes, how the layers of your life get buried. Impossible. At some point, at some time, we must all explode."

Dengan sedih aku mengaku bahwa Requiem agak mengecewakan. Meskipun dua sudut pandangnya menarik dan cinta segitiganya berhasil membuatku kesel, masih banyak bagian yang aku pertanyakan dan tidak terjawab sampai bukunya selesai. Kenapa mereka kembali ke The Wilds? Penjelasannya sepertinya ada di Pandemonium. Mungkin aku lupa. Kenapa harus di Portland? Setelah prestasi besar di New York, langkah terasa sebagai kemunduran dari kawanan The Invalids. Dan yang paling menganggu, kenapa Alex dingin sama Lena? Seingatku dulu Alex menyuruh Lena lari meninggalkannya. Sekarang Alex malah marah, sok-sokan udah move on dan dengan gampangnya bilang dia sebenarnya berkorban demi Lena. Ugh, aku nggak suka banget. Aku sampai harus scanning dulu di bagian Lena, untuk mengantisipasi sikap Alex yang kekanakan itu.

Oh, iya, ada dua sudut pandang di sini, Lena dan Hana. Bagian Hana yang terasa agak hampa – mungkin karena dia sudah ‘cured’ – cukup bisa menyelamatkanku dari cinta segitiga di bagian Lena yang bikin frustasi. Agak heran sih kenapa Hana dapat peran utama ini. Dia kan tidak begitu terdengar di buku kedua. Tapi aku membaca salah satu review di Goodreads yang berpendapat Hana ini jadi jalan untuk menceritakan apa yang terjadi di balik tembok, terutama Portland. Hmm, boleh juga, ya. Cerita Hana menyelidiki Cassie sangat menarik buatku. Sayangnya di akhir tidak jelas gimana nasibnya. Nyatanya, kehidupan semua tokoh di dunia tanpa cinta itu tidak jelas. Keputusan Lena untuk mengakhiri cinta segitiganya sih sudah cukup jelas – dan lagi-lagi bikin aku kesel - tapi untuk hal-hal umum seperti bagaimana hidup mereka setelah pemberontakan itu, apakah cinta masih dianggap sebagai penyakit dan lainnya tidak jelas. Bagian ending-nya benar-benar menggantung dan sangat membingungkan. Kalo nggak salah, penulisnya sudah membuat sebuah video untuk menjelaskan pilihannya menulis ending tersebut. Nantilah aku tonton -.-

At last, Requiem menutup seri Delirium dengan ending yang tidak menyenangkan buatku. Walaupun kesal dan kecewa, ceritanya masih menghiburku dan cinta segitiganya berhasil membuatku frustasi, in the good way. Itu berarti aku menikmati dan benar-benar peduli dengan tokohnya, bukan? :D

No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D