Lauren Oliver
124 Halaman
HarperCollins, Februari 2012
eBook
I’m pushing aside
the memory of my nightmare,
pushing aside thoughts of Alex,
pushing aside thoughts of Hana
and my old school,
push,
push,
push,
like Raven taught me to do.
The old life is dead.
But the old Lena is dead too.
I buried her.
I left her beyond a fence,
behind a wall of smoke and flame.
Lauren Oliver delivers an electrifying follow-up to her acclaimed New York Times bestseller, Delirium. This riveting, brilliant novel crackles with the fire of fierce defiance, forbidden romance, and the sparks of a revolution about to ignite.
the memory of my nightmare,
pushing aside thoughts of Alex,
pushing aside thoughts of Hana
and my old school,
push,
push,
push,
like Raven taught me to do.
The old life is dead.
But the old Lena is dead too.
I buried her.
I left her beyond a fence,
behind a wall of smoke and flame.
Lauren Oliver delivers an electrifying follow-up to her acclaimed New York Times bestseller, Delirium. This riveting, brilliant novel crackles with the fire of fierce defiance, forbidden romance, and the sparks of a revolution about to ignite.
Setelah Delirium, aku tidak
langsung membaca Pandemonium. Padahal
ending di buku pertamanya bikin super
penasaran sekaligus sedih. Yang kurasakan lebih banyak sedihnya sih. Jadi aku mengambil
jeda beberapa hari untuk ‘berduka’ dan menulis review-review yang tertunda ;p. Saat
melihat daftar isinya, aku berencana membaca hanya dua bab per harinya atau
sekitar dua belas hari. Tapi, ya, dasar ceritanya bikin nagih, aku melanggar ‘aturan’
itu dan menyelesaikannya dalam tujuh hari saja. Now, let’s review it :D
"Of course it makes sense that girls and boys
would be sharing a house in the Wilds – that’s the whole point, after all:
freedom to choose, freedom to be around one another, freedom to look and touch
and love one another – but the idea is very different from the reality, and I
can’t help but start to panic a little."
Setelah terpisah dari Alex, Magnalena ‘Lena’
Haloway memasuki wilayah asing The Wilds. Dia ditemukan oleh Raven, seorang
Invalids yang menjadi komando sebuah tempat persinggahan untuk para Invalids.
Kehidupan sebagai Invalids yang serba kekurangan, tidak menentu dan tanpa
kehadiran Alex, membuat Lena jadi keras. Dia melupakan segala yang terjadi di
masa lalu dan berubah menjadi Lena Morgan Jones. Dengan identitas dan bekas
luka prosedur palsu, dia menyusup menjadi anggota DFA – Deliria Free America yang dipimpin oleh Thomas Fineman dan anaknya,
Julian. Lena mendapatkan tugas untuk mengawasi Julian apapun yang terjadi.
Di sebuah acara DFA yang digelar di
ruang publik, sebuah pemberontakan The Scavengers, Invalids yang brutal,
terjadi. Julian diculik dan Lena ikut terbawa. Berhari-hari mereka dikurung di
sebuah ruangan sempit dan gelap. Julian, yang sudah berusia delapan belas tahun
tapi belum menjalani prosedur penyembuhan karena masalah medis, jadi was-was
berdekatan dengan Lena. Lena tidak mengacuhkannya sampai dia dan Julian semakin
akrab, saling berbagi cerita dan akhirnya bersentuhan.
"All the remaining doors in the hallway are
closed, and we hear no more voice, and see no evidence of other Scavengers. I
wonder what the rooms contain: Maybe, I think, there are prisoners in all of them,
lying in twin cots, waiting to be ransomed or killed. The idea makes me sick,
but I can’t think about it too long."
Pandemonium sangat menegangkan dan penuh aksi. Lena sebagai tokoh
utama juga mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Itu bisa dilihat cerita
yang dibagi menjadi dua masa, ‘Now’: Lena bergabung dengan DFA dan
berurusan dengan Julian dan ‘Then’: Lena masih beradaptasi dengan
kehidupan Invalids di The Wilds. Buatku bagian ‘Now’ lebih rame dibandingkan ‘Then’.
Memang sih interaksi Lena dan Julian agak mirip dengan Lena dan Alex dulu. Julian
bagaikan ‘Lena polos’ yang masih takut terjangkit deliria dan Lena bagaikan ‘Alex
kharismatik’ yang memalsukan latar belakang dan bekas luka. Lena sendiri malah
terang-terangan membandingkan Alex dengan Julian. Namun di bagian ini ceritanya
lebih bergerak dan ada teka-teki yang harus dipecahkan juga.
Sedangkan kejadian-kejadian di
bagian ‘Then’, separah apapun itu, hanya menjadi riwayat perubahan karakter
Lena dan tidak berdampak langsung ke bagian ‘Now’. Bagian itu jadi semacam
penjelasan saja tentang bagaimana Lena bertahan dan akhirnya bertemu Julian.
Ngomong-ngomong soal Julian, aku seneng dia datang sebagai tokoh love interest baru buat Lena. Masih
sedih sih sama ‘kepergian’ Alex, tapi aku suka dengan pilihan penulis untuk
tidak membuat tokoh utamanya, apalagi perempuan, stuck sama satu laki-laki yang sama di sepanjang seri ini. Yang
bisa aku pahami, novel ini tidak hanya mengelu-elukan makna cinta, tapi juga
tentang kehilangan dan kehidupan setelahnya. Secara tidak langsung ngajarin move on juga, ya, hahaha.
Dibandingkan dengan buku
pertamanya, aku merasa cerita di sini lebih pendek. Dulu ceritanya agak luas
tentang deliria dan kehidupan Lena. Sekarang bagian Lena tidak terlalu banyak
dan hanya fokus pada perlawanan pada DFA dan pemerintah yang membuat prosedur
penyembuhan itu. Aku rasa cerita yang dibagi menjadi bab ‘Now’ dan ‘Then’ dan
disajikan berselingan juga jadi alasannya. Porsi cerita di kedua bab itu kadang
tidak seimbang. Bab terakhirnya, ‘Now’, saja sangat panjang. Tapi harus kuakui
ceritanya lebih fokus pada satu hal dan lebih menarik. Aku juga sebenarnya tidak
benar-benar keberatan dengan bab terakhir yang panjang itu. Karena di sana adalah
puncak ceritanya dan punya twisted ending!
Novel vs TV Series – Pilot Episode
Setelah membaca habis dan
berkenalan dengan tokoh-tokoh baru di buku kedua ini, aku paham dengan ‘perbedaan’
yang dimaksud oleh para komentator di episode Pilot Delirium yang sempat
diunggah di YouTube. Di novel Julian dipasangkan dengan Lena, tidak dengan
Hana. Sepertinya mereka ingin mempertahankan Alex sebagai tokoh utama laki-lakinya.
Lalu Invalids yang punya peralatan lengkap, terorganisir dan tujuannya untuk
memberontak saja, di sebut The Scavengers. Sedangkan di versi Pilot, Invalids
tidak atau belum ada penjelasan yang lebih dalam tentang jenis-jenis Invalids
apalagi kehidupan di The Wilds. Perubahan-perubahan itu sepertinya usaha agar
ceritanya bisa melebar dan membuka konflik-konflik baru.
At last, perkembangan cerita Pandemonium
sangat menegangkan, menarik sekaligus menghibur. Tokoh-tokoh lama berkembang
dan tokoh-tokoh baru bisa menyesuaikan diri di hati pembaca. Kejutan di bagian
akhir bikin aku pengen cepet-cepet baca buku terakhirnya. Recommended! :D
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D