Biondy Alfian
207 Halaman
Ice Cube Publisher, Februari 2015
Rp. 48.000,-
"Lo yang nemuin dompet gue, kan?" tanya Navin.
"Ya," jawabku.
"Berarti lo sudah lihat semua isinya?"
"Ya," jawabku lagi.
"Berarti lo sudah-"
"Melihat kedua KTP-mu?" tanyaku. "Sudah."
Navin menarik napas panjang. Kedua matanya melotot padaku. Rahangnya
tampak mengeras.
Ada yang aneh dalam diri Navin, si anak baru itu. Tania tidak sengaja
menemukan dompetnya di tangga sekolah dan melihat di dalamnya ada dua KTP
dengan data-data yang sama, hanya berbeda nama. Satunya tertera nama Navin
Naftali, satunya lagi tertera nama Budi Sanjaya. Selain itu, ternyata Navin
sudah berumur 20 tahun. Apa yang dilakukan seorang pria berumur 20 tahun di
SMA? Sebagai seorang murid pula. Tania memutuskan untuk mencari tahu kebenaran
tentang identitas ganda Navin. Sementara itu, Navin juga penasaran dengan sosok
Tania yang kini mengetahui rahasianya. Karena sepertinya gadis itu punya
rahasia yang lebih besar darinya.
Remedy adalah salah satu pemenang dari lomba menulis bertema Young
Adult Realistic Novel (YARN). Satu persatu naskah pemenang lain terbit dan cover cantik nan uniknya berseliweran di
Goodreads. Aku jadi penasaran dan pengen baca dong! Tapi bingung mau mulai dari
novel yang mana, apalagi waktu itu pilihannya semakin banyak. Pertanyaan itu
terjawab oleh salah satu penulisnya, yang sangat baik hati mengirimkan sebuah
novelnya untukku. Now, let’s review it
:D
"Andai
saja semua emosiku dapat kukuras hanya dengan menangis. Mungkin aku tidak usah
selalu bingung akan kedua lenganku. Tak usah berhati-hati agar tidak membuat goresan
yang lebih panjang dari lengan baju seragamku. Tak usah khawatir kalau aku
mengangkat tangan lalu lukaku terlihat tanpa kusadari." – halaman 41
Semenjak mamanya meninggal dunia, Tania
mempunyai kebiasaan mengoreskan pisau pada kedua lengannya. Tidak ada seorang
pun yang tahu, ditambah papa Tania bekerja di luar pulau Jawa. Selain itu, demi
menghindari rumah, Tania sering menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan
sepulang sekolah. Saat uangnya tidak cukup untuk jalan-jalan di mall, Tania
menemukan sebuah dompet dengan isi yang menggoda. Selain uang, ada dua KTP dengan
data yang sama, tapi nama yang terteranya beda. Tania tidak mempedulikannya sampai
seorang murid baru muncul dan punya nama yang sama dengan salah satu KTP itu.
Setelah kehilangan dompet, Navin
Naftali sibuk mengurus segala surat dan laporan untuk segala kartu yang ada di
sana. Hal yang paling menganggunya adalah KTP lama yang ikut hilang dan
beresiko menghancurkan hidup barunya di sekolah. Kekhawatiranya semakin tinggi
saat melihat seorang siswi tak dikenal mengembalikan dompet dan kemungkinan
sudah melihat KTP itu. Navin sempat mengancam Tania untuk tidak menyebarkannya.
Reaksi acuh tak acuh dari Tania melegakan sekaligus membingungkan. Untuk
berjaga-jaga, Navin mengawasi pergerakan Tania. Salah satu caranya adalah
memaksanya masuk panitia acara Porseni.
"Kamu
bilang ingin maju ke depan, kan? Menyelesaikan urusan masa lalu itu modal yang
baik untuk maju ke depan." – halaman 85
Karena dikasih dari penulisnya,
aku sempat takut tidak menyukai cerita Remedy
ini. Kritikanku sering kali terlalu pedas sampai aku sendiri merasa sangat
bersalah. Terus aku juga lagi kecapekan (alasan basi, dhyn), jadi jadwal baca dan
reviewnya agak telat. Untungnya aku menyukai cerita Tania dan Navin ini. Sangat
suka malahan! Saat membaca ulang beberapa bagian, untuk menulis review ini, aku
menemukan detail yang semula terabaikan dan lebih memahami apa pesan yang ingin
disampai. Jadinya semakin suka, lupa deh sama capeknya :D Gaya menulisnya yang
mengalir, dua sudut pandang yang menarik, dan chemistry antara Tania dan Navin membuatku terus membaca dan
menikmati ceritanya. Aku suka bagaimana mereka saling ‘menyembuhkan’ satu sama
lain secara tidak sadar. Suasana remajanya juga sangat terasa dan berhasil
membuatku merasa tua, hahaha. Banyak dialog yang lucu yang berhasil membuatku
tertawa! Bagian kesukaanku adalah saat Tania memergoki baju Navin yang tak
dikancingkan. Komentar datar Tania membuatnya sangat lucu. Seperti agak mesum,
tapi sebenarnya tidak koq ;p
Sampai pertengahan cerita, rahasia
Navin tidak tersentuh sama sekali. Aku tidak ambil pusing sih karena sudah
cukup senang dengan apa yang ada. Tapi rahasia Navin itu adalah awal mula dari
segalanya. Kalau ternyata tidak memenuhi ekspetasiku, walaupun aku tidak
memasangnya, semua kesan di awalnya akan hancur. Aku nantinya malah kecewa.
Untungnya itu tidak terjadi.
Rahasia Navin memang sangat tidak
terduga tapi tidak mengecewakan. Bagiku pribadi, ‘dua kata’ di halaman 159
menyelamatkannya dan ada kejutan dari Tania yang tidak aku antisipasi sama sekali.
Apa dan bagaimana dua kebenaran itu terungkap terasa agak mendadak. Aku
benar-benar tidak pernah berpikir ke sana.
Tapi seperti yang tulis di atas, banyak petunjuk kecil yang mengarah ke sana
yang baru terlihat olehku. Semuanya masih terbilang umum dan tidak mengarah ke
satu permasalahan khusus. Jadi, wajar saja kalau aku kaget.
Penyelesaiannya konflik dari
terungkapnya rahasia itu memang tidak sebesar dan seribet yang kubayangkan.
Banyak yang bilang ending-nya agak terburu-buru
dan terkesan selesai begitu saja. Lagi-lagi aku tidak terlalu mempermasalahkannya.
Karena aku bisa ‘nyambung’ dan mengerti dengan perasaan dua tokoh utamanya. Lagian
ada pesan yang bagus koq yang kudapat, yaitu memberi kesempatan untuk diri sendiri.
Kita pantas koq untuk mendapatkan yang lebih baik, apapun yang terjadi di masa
lalu. Mungkin terdengar sepele atau malah naif, tapi sangat ngena buatku.
Sebesar apapun aku menyukai
cerita sebuah novel, selalu ada yang aku pertanyakan. Dengan umur segitu,
kenapa Navin tidak sekalipun dicurigai teman-temanya? Apa dia punya wajah yang
terlihat muda atau malah tua? Lalu aku mengerti dengan pembaca lain
yang berpendapat cerita ini kurang geregetnya. Rasanya kurang ada pendekatan
antara pembaca dan tokoh-tokohnya. Aku tidak tahu harus menjelaskannya
bagaimana, yang pasti tidak ada sesuatu yang khas, seperti fisik atau
kebiasaan, dari mereka. Tidak ada yang menonjol dan berkesan dari mereka. Dan
terakhir, aku menyesalkan ukuran huruf nama penulis dan nomor halaman yang
kelewat kecil -.-
At last, Remedy menceritakan
dua orang remaja yang mengalami masa lalu menyakitkan dan saling menyembuhkan
dengan menarik sekaligus menghibur. Gaya penceritaan dan chemistry para tokohnya sangat baik. Pesan yang disampaikan
sederhana tapi tetap menyentuh. Karya penulis selanjutnya pasti aku tunggu. Recommended!
:D
Watch me on YouTube
Beh, dibikin penasaran sama isi novel "Remedy" itu, kak :D
ReplyDelete