Copycat

by - 10:10 AM


Hari ini jadi hari terakhir ujian praktek dan diakhiri dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Hal yang diujiakan adalah berbicara filsafah hidup tentang puisi yang telah dipilih saat ujian praktek menyimak. Aku baru bikin konsep semalam sebelumnya dan dibantu referensi yang aku dapat dari sebuah blog anak ITB. Aku memberi komentar di postingnya itu sekaligus minta izin. Empunya setuju.

Tapi uraian aku itu Cuma 2 menit 30 detik, jauh dengan ketentuannya yaitu 5 menit. Saat berlatih disekolah, aku menambahkan beberapa kalimat di bagian pembukaan dan penutupan sehingga menjadi 3 menit lebih beberapa detik. Lumayan.

Jam setengah 11 ujian dimulai. Aku pikir sesuai absent ternyata tidak. Aku yang absent 10 jadi harus menunggu lebih lama. Aku gunakan waktu itu untuk melatih beberapa kalimat baru di uraianku. Aku merasa siap berkat referensi dari internet. Icha, teman sebangkuku merasa menyesal tidak mencari di internet sepertiku. Dia membuatnya sendiri dan hampir 4 menit. Itu malahan bagus menurutku.

Di sekitar jam 12, seorang cewek yang sering diledekin dikelas maju dan mulai menyampaikan uraiannya. Awalnya rada aneh sehingga membuat pendengarnya termasuk aku agak bingung. Selanjutnya dia mengatakan sesuatu yang sangat familiar ditelingaku.
Sama seperti referensi yang aku dapat di internet.

Sama persis!

Aku jelas panik dan langsung panas dingin. Bagaimana nasibku? Aku tak tau akan maju kapan, sedangkan sekarang uraianku seolah kurang siap. Aku tidak mengambil materi dari internet itu sama persis. Hanya 2 paragraf awal dan itu juga diselipi dengan kata-kata buatan sendiri.

Di saat-saat terakhir, aku mulai membuat kalimat-kalimat baru yang maksudnya sama walaupun kata-katanya berbeda. aku menyesal. Padahal menulis adalah salah satu duniaku dan aku sering sedikit idealis dalam hal ini. Aku selalu menulis dengan kemampuan sendiri sejelek apapun hasilnya.

Beberapa saat kemudian sesuai dugaanku, namaku dipanggil. Aku bangkit dari tempat duduk, berjalan kemuka kelas di iringi sorakan penyemangat dari orang-orang yang duduk dekatku. Tarik nafas, ucapkan bismillah dan aku mulai berbicara.

Aku menyampaikan pembukaan dan paragraph pertama cukup lancer, tapi saat sampai ke paragraph kedua yang dibuat dadakan, aku mendadak blank apalagi suasana kelas yang hening dan puluhan pasang mata tertuju padaku.

Aku ucapkan semua sesuai dengan apa yang aku rasakan. Uraianku tentang ibu dan tiba-tiba saja yang merasa bersalah dan hampir menangis. Kata-kataku belepotan, kepalaku tertunduk, dan mata mulai menyipit. Si cewek yang berreferensi sama duduk didepan, sesekali melihat catatan uraiannya saat aku mengucapkan kata yang ada disana.

Aku tak kuat dan memilih menutupnya dengan salam. Tak disangka, saat aku berjalan menuju mejaku, they gave me an applause! Ini sangat mengejutkan karena baru satu orang yang dapat applaus dan aku jadi orang kedua. Tapi uraianku itu hanya 2 menit 41 detik.

Setelah itu berbagai ide muncul dikepalaku. Aku terlalu santai sehingga tidak memikirkan hal seperti ini. Padahal kenapa aku tak mengunakan otak dan kepandaianku merangkai kata selama ini? Liat saja kenyataannya, aku bisa berhasil dengan kalimat-kalimat dadakan itu. Aku sudah memastikan diri kalau aku bakal ikut remed senin depan. Dan aku janji akan mengandalkan diri sendiri, karena ujian ini ada untuk menilai kemampuan berbicara.

Tak bisa dibayangkan jika aku maju duluan dengan uraian yang sama. Apa cewek itu akan berbicara kalau itu dari internet? Dan sang penguji pasti tidak akan suka dan langsung ngeblacklist aku. Ada untungnya juga.


nb: He said that I was great. Really?

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D