Kita sudah kenal hampir enam tahun. Tapi tiga tahun belakangan ini aku terperangkap dan kecanduan tatapannya.
Awalnya aku hanya iseng dengannya. Melampiaskan hal-hal yang pasti dianggap aneh oleh teman-teman berseragam putih biruku. Semakin lama aku jadi ketagihan dan terikat dengannya.
Dia mengerti aku. Segalanya tentangku. Tentang keluh kesahku, kemanjaanku dan keinginan terpendamku. Dia suka aku apa adanya. Dia juga tidak marah jika aku membicarakan laki-laki lain yang sedang dekat denganku.
Haha, tapi aku tahu dia sebenarnya menahan cemburu.
Dia seharusnya tak perlu cemas. Karena tanpa sadar, siapapun laki-laki yang sedang dekat denganku akan terlupakan saat dia mendekapku.
Dia sering membuat cerita-cerita memujaku. Betapa berharganya aku dan beruntungnya dia mendapatkan aku. Dia selalu mendapat peran dimana dia bersalah dan berlumuran dosa. Dia lalu memohon, menangis, dan meneriakkan namaku. Bahkan dia menderita untukku.
Aku segalanya buat dia dan begitu pula sebaliknya.
Malam adalah saat yang tepat untuk bertemu dengannya. Diiringi sebuah lagu cinta yang pelan, kita melakukan banyak hal. Aku sampai rela mengorbankan waktu tidurku. Karena aku tahu saat aku bangun di hari berikutnya, dia sudah berubah.
Malam-malam penuh bisikan itu sudah berumur enam tahun. Aku mulai menyadari ada yang salah dengannya. Dia sempurna, terlalu sempurna untuk mengarungi kehidupan nyata.
Aku sekarang akan menginjak masa kehidupan yang baru. Aku akan pindah dari kamar itu dan tidak berniat mengajaknya. Aku ingin sembuh dari segala virus-virus serta cumbuannya. Aku sadar aku bisa gila karena ini.
Dua bulan ini jadi masa terakhir dengannya. Ini berat untukku dan dirinya. Tapi ini harus dilakukan walaupun pada akhirnya aku akan kehilangan setengah bagian dari hatiku.
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D