3 Anak Kucing-Book 1-Chapter 7

by - 10:00 AM


Saat istirahat ada dua orang cewek yang merenung di mejanya. Dan kebetulan mereka itu satu meja. Yang satu jelas adalah aku yang bingung dengan tembakan Udith kemaren dan yang satu lagi adalah Shyra yang sepertinya memikirkan seseorang.

” Ah . . .” keduanya menghela nafas bersamaan. Aku langsung tersenyum

” Ra, kamu kenapa?” Shyra malah nanya balik

” Kalo kamu?”

” Khas cewek, masalah sama cowok”

“ Aku juga tentang cowok”

“ Cerita dong” sebelum Shyra membuka mulutnya, kerumunan anak cowok yang lagi nongkrong di luar langsung pada masuk membuat anak cewek yang kebanyakan didalam bertanya-tanya ” Ada apa?”

” Ada Kak Shanty” orang yang dimaksud Ogy itu langsung masuk dengan seseorang yang tidak lain adalah Tama yang membawa laptop, yang sempet aku.. tolong, jangan dibahas lagi!

” Siang semua” sapa Shanty

” Siang!” semua cowok langsung semangat dan menjawab sapaan itu dengan teriakan ” Kebetulan guru yang ngajar kalian gak masuk hari ini. Jadi kami diberi kesempatan untuk melanjutkan diskusi kita yang kepotong bel waktu itu”

Semua langsung ribut

” Dan bagusnya laptopnya udah bisa nyala” Tama sepertinya sengaja memberitahu hal itu padaku. Dia sibuk menyambung kabel-kabel ke sebuah stop kontak yang ada di dekat meja guru.

” Hari ini kita akan membahas global warming atau pemanasan global” Shanty langsung menerangkan semua hal yang menyangkut pemanasan global sedangkan Tama dengan sigap mengganti setiap gambar yang telah Shanty terangkan. Begitu semua selesai dijelaskan, sekarang waktunya diskusi

” Ada yang ditanyakan atau masih kurang jelas?” semua tangan langsung mengacung terutama tangan cowok-cowok. Kelas 2 ips 3 ributnya minta ampun.

Setelah semua selesai cowok-cowok tetep ribut. Sampai Shanty dan Tama keluar, kelas itu tetep ribut. Kelas lain sampai berusaha ngeliat saking penasarannya. Sebelum keluar Tama tidak lupa membisikkan sesuatu

“ Nanti aku sms” bisiknya. Aku mengangguk. Hanya sebuah bisikan kecil yang aku yakin cuma dia dan Tama yang tau. Tapi ternyata ada orang lain yang tau. Shyra tiba-tiba aja udah pergi entah kemana

” Eh, liat Shyra gak?” lagi-lagi semuanya menggeleng. Kemana sih anak itu?

” Ke kantin” jawab Ogy ” Tadi aku liat dia lari ke arah kantin gitu”

” Ogy, makasih banget!” aku seneng banget ” Kamu koq selalu tau Shyra dimana?” Ogy jadi terlihat gugup ” Udah ah, aku mau ke Shyra dulu ya”

Aku langsung keluar dan berjalan ke arah kantin. Tapi sebelum sampai aku mendengar suara yang dia kenal banget.

” Kenapa kamu harus marah?” itu suara Tama

” Karena kamu bilang kamu bakal ngesms dia” dan kali ini suara Shyra ” kenapa kamu gak bilang itu ke aku?”

” Ra, akukan udah bilang. Sering malahan. Aku itu . . .”

” Tam, aku pernah liat dia naik motor sama cowok!”

” Mungkin Ogy atau teman cowok yang lain”

“ Cowok itu bukan anak sini tau. Aku liat sendiri seragamnya”

” Itu bukan berarti dia jadian sama cowok itukan?”

” Tam, aku bener-bener suka kamu” aku kaget mendengar pernyataan Shyra itu. Tambah kaget begitu mendengar jawaban Tama

” Ra, aku juga bener-bener sayang tapi aku sayangnya ke Friesca bukan ke kamu. Ngerti?”

Tama sayang aku?

” Apa bagusnya dia?” sepertinya Shyra mulai menangis

” Dan apa bagusnya kamu dimata aku?”

” Tam, kamu . . .”

PLAK! Shyra nampar Tama!

” Kenapa kamu nampar aku?”

” Karena kamu lebih milih Friesca daripada aku!” dari koridor yang sepi itu Shyra berlari, dia juga sempat menabrakku. Tapi sepertinya dia gak tau itu aku. Dia terus berlari sambil menangis. Kemudian Tama keluar sambil mengusap pipinya yang ditampar Shyra dan melihatku.

” Friesca . . .” Tama kaget dan langsung menahan lenganku ketika cewek itu membalikkan badannya ” Tunggu!”

” Buat apa?” tanyaku. Pantesan Shyra tiba-tiba berusaha pake make-up, pantesan Shyra jadi berubah, ternyata, kalo gini dari dulu aku bakal nolak deket sama Tama. Ini namanya temen makan temen.

” Kamu denger semuanya?” aku mengangguk ” Aku ingin jawaban kamu”

” Jawaban apa?”

Are you gonna be my girl?” aku terdiam

***

Malam minggu, malam yang sungguh sangat panjang sekali bagiku. Bukan cuma malam minggu, tapi malam-malam setelah Udith menembaknya, lalu Tama yang menembaknya lalu malam Shyra menjauhinya. Semuanya terasa panjang sekali.

Hp yang kusimpan di meja langsung bergetar, masuklah sms dari Tama.

Fries, hri ini aku k rmah kmu ya? blehkan? Tmen ak bru bka resto di mall. [Tama]

Aku berpikir sejenak dan satu sms baru masuk. Kali ini dari Udith.

Malm mnggu nih! Aku k rmah km y, aku telp Ayah kmu dlu. [Udith]

Aku menghela nafas. Dia menulis sebuah balesan untuk Udith

Dith, sorry hri ini aq lgi mles. Jgn telp Ayah, dy lgi lembur ksian lmburkan cpe bgt. Thx buat ajakannya. Sorry . . . [Friesca]

Sent. Gak lama dari itu masuk sebuah sms baru

Ayah? Ngpain aku telp Ayah kmu. Akukan g tau no nya. Gpp deh. Tpi lain kli kita prgi ya?[Tama]

Koq ke kirim ke Tama?Sekarang aku mengirim ulang sms yang salah kirim itu ke Udith. Seperti kilat, balesannya langsung nyampe

Ok, ga papa koq. Slam buat Ayah kmu [Udith]

Baru kali ini aku nolak dan bikin orang lain kayaknya sedih banget. Apalagi ngeliat sms dari Udith tadi. Singkat banget.

” Koq anak Ayah sendiri?” tiba-tiba Ayah pulang sambil membawa tas kantornya.aku yang sedang duduk diluar tak menyadarinya. Dia langsung memeluk Ayahnya seperti biasa

” Ayah, mobilnya mana?” aku melepaskan pelukannya dan ikut duduk di sofa luar, disamping Ayahnya

” Lagi dibengkel. Kalo kamu mana pangeran-pangeranmu itu?” lagi-lagi Ayah tersenyum jail

” Pangeran?”

” Itu Tama dan Udith. Masa malam minggu gini gak ngapel sih?” aku langsung terdiam ” Kenapa lagi marahan?”

” Friesca lagi bingung, Yah” semua cerita tentang acara nembak Tama dan Udith, juga tentang hancurnya persahabatannya dengan Shyra ” Friesca harus gimana, Yah?”

Wajah kebapakannya langsung muncul. Tak ada lagi senyum jail. Aku langsung bisa melihat banyaknya kerutan diwajah Ayahnya itu. Tanpa disadarinya Ayah semakin tua. Dia mengusap rambutku pelan dan tetap tersenyum. Walaupun tak mendapat jawaban, aku merasa agak tenang.

” Meow! Meow!”

Ketenanganku hilang mendengar suara dua kucing yang sepertinya sedang berkelahi.

” Kucing siapa sih?” sepertinya Ayah juga terganggu. Aku berdiri dan melihat kedua kucing jantan itu

” Itu si cute sama si emas” Ayah terlihat bingung ” Kucing punya tetangga baru di ujung itu loh” Ayah lalu mengangguk-ngangguk tanpa mengerti

” Berkelahi ya. Gak cuma manusia, kucing yang lucu itu aja berkelahi. Namanya unik. Si cute sama siapa satu lagi?”

” Si emas”

Aku tidak begitu mendengar celotehan Ayahnya. Tapi aku merasa aneh ketika tau ternyata ke dua kucing itu berkelahi di depan kucing yang ada tak jauh dari mereka. Itukan Kitycat. Kucing betina jenis anggora atau persia itu, aku gak begitu ngerti jenis-jenis kucing, emang cantik banget. Itu menurut pandangan dari segi kucing loh. Pantesan aja Cute sama Emas yang akur bisa berkelahi demi Kitycat.

” Ngerasain perasaan Kitycat gak?” tanya Ayah yang juga memperhatikan ketiga kucing itu ” Kayak kamu, Tama dan Udithkan?”

Aku langsung ngeh. Kitycat emang keliatan , kayaknya sih, bingung. Dia mondar-mandir dan akhirnya kucing yang punya ukuran tubuh lebih besar alias Si Emas maju sebagai pemenang lalu dia menghampiri Kitycat dan mulai gak mondar-mandir. Apa nasib aku bakal seperti itu? Apa sebaiknya aku pilih Tama? Tapi, nanti Shyra . . .

” Ternyata benar kata pepatah bijak” kata Ayah sambil tersenyum

” Soal apa?” Ayah lalu menunjuk Kitycat yang malah pergi sama kucing lain. Bukan Si Cute atau Si Emas!

” Sekeras apapun kita berusaha, kalo gak sesuai dengan kehendak Tuhan, hasilnya bakal beda sama harapan kita. Liat aja tuh, Kitycat malah gak milih dua-duanya. Dia malah pergi sama kucing kampung itu”

” Jadi aku harus diem aja dan ngikutin takdir. Gimana nanti, gitu?” Ayah menggeleng pelan

” Bukan itu, sayang” katanya ” Pepatah itu bukan buat kamu tapi buat Tama dan Udith. Sekeras apapun mereka berusaha, keputusan akhirnya tetep ada dikamu. Kamu yang harus milih salah satu. Jadi kamu milih siapa?”

” Gimana nanti deh” mataku tidak lepas dari Kitycat dan gandengan barunya

” Eh, jangan ’gimana nanti’ harusnya ’nanti gimana’. Kamu harus bisa nentuin masa depan kamu”

” Trus, Friesca harus gimana?”

” Gimana kalo kita seduh kopi baru yang Ayah dapetin gratis dari kantor? Enak loh. Kamu pasti suka. Tapi jangan kebanyakan ya” aku heran sebentar tapi akhirnya tersenyum

” Oke deh . . .”

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D