Brak! Udith langsung jatuh ketika Tama memukul pipinya. Beberapa barang di rak jatuh dan membuat keributan sesaat.
” Jangan deketin Friesca lagi” kata Tama
” Tapi aku juga berhak”
” Diam!”
” Tama, Udith, ada apa?” Bunda langsung mengetuk pintu dimana mereka bertengkar
” Gak ada apa-apa” jawab Tama ” Udith cuma kepeleset dan nabrak rak”
” Udith, kamu gak apa-apa?”
” Nggak” Udith mengusap-ngusap pipinya yang sudah jelas bukan luka akibat nabrak rak.
***
Di rumah yang jauh, aku sedang merenung tentang kejadian yang tadi. Tama dan Udith, adik kakak. Kenapa aku gak nyadar dari dulu? Padahal buktinya udah jelas banget. Cerita Udith waktu itu ngarah banget ke Tama. Kenapa aku begitu bodoh? Aku ditembak 2 cowok yang ternyata adik kakak. Kalo aku nerima salah satu, yang lainnya pasti gak terima gara-gara kalah dari saudara sendiri.
Keliatannya Udith hormat banget sama Tama yang keliatan gak suka sama Udith yang telah menghancurkan harapannya mempunyai adik cewek. Aku harus gimana?
” Fries? Friesca, udah tidur ya?” Ayah memanggil dari luar. Aku hanya diam. Aku ingin cerita tapi, kenapa hati jadi galau gini?
” Friesca?”
***
Galau, galau, galau!!! Pagi itu aku masuk kekelas dengan lesu. Semaleman dia mikirin dua cowok yang ternyata adik kakak, adik kakak! Aku ingin cerita. Pandanganku tertuju ke Shyra.
” Ra, aku ada masalah nih” aku menyentuh lengan Shyra dan gak disangka Shyra malah menepisnya ”Ra?”
” Apa? Sekarang siapa yang temen makan temen?” aku bingung. Akukan gak ngapa-ngapain
” Maksudnya apa?” Shyra terlihat makin marah
” Kamu pengkhianat!” jerit Shyra, semua memandang kita berdua. Kenapa sih?
” Seharusnya kamu jangan gitu” kata Ogy. Ogy ngapain lagi? Emang aku kenapa?
” Gy, aku bener-bener gak ngerti. Maksud Shyra apaan sih? Emang aku ngapain?”
” Kamu pulang sama Tamakan kemaren? Sedangkan kamu bilangnya pulang sama Udith. Kebetulan kemaren kita pulang bareng dan ketemu Udith yang jalan sendirian. Dia bilang kamu lebih milih Tama dari pada dia”
Apa?! Kemaren aku memang pulang sama Tama, karena Udith ngalah. Apa dia pikir aku milih Tama? Pantesan Shyra marah banget. Akukan udah janji bantuin dia.
” Gak kayak gitu. Kamu tau gak kalo Tama sama Udith itu adik kakak? Udith itu hormat banget sama Tama. Jadi dia ngalah dan aku malah pulang sama Tama”
” Adik kakak?” Ogy kaget banget ” Sumpah, aku gak tau. Udith gak pernah cerita”
” Aku juga kaget. Tadinya aku mau nolak Tama dan nerima Udith. Sekarang . . .”
” Kenapa? kamu suka lagi sama Tama?”
” Bukan. Akukan tadi bilang. Udith itu hormat banget sama Tama. Dia ngalah, Gy. Ngalah demi kakaknya. Aku gak tega kalo harus mereka musuhan gara-gara aku. Aku bingung harus gimana” Ogy terdiam
” Fries, aku juga gak tau” jawaban Ogy sama sekali gak ngebantu.
Kenapa banyak masalah nimpa aku. Dari soal Tama dan Udith yang adik kakak sampai salah paham sama Shyra. Aku binggguuunngggg!!!!!
***
Teet, teet, teet
Bel pulang yang selalu aku tunggu-tunggu gak membahagiakan seperti biasa. Walaupun ternyata cepat 5 menit. Shyra yang mulai pagi dan sepertinya seterusnya duduk sama Indra yang kebetulan sendirian langsung pergi tanpa bilang ’bye’ atau ’nanti aku sms’ yang biasa dia lakukan. Serasa sendirian.
Saat tiba digerbang dengan susah payah, masalah baru datang. Tama dan Udith udah standby dengan kendaraan masing-masing dan saling cuek. Tuhkan, aku bikin adik kakak jadi musuhan.
” Friesca” Tama memanggilku lebih cepat dari Udith. Mereka berdua menghampiriku ” Pulang yuk” kata mereka dengan suara berbalapan
Aku bingung. Kalo aku pilih salah satu, tambah kacau nantinya. Kenapa jadi gini sih? Di saat membingungkan itu, Ogy lewat dengan motornya
” Gy, ikut dong” Ogy menggeleng
” Aku gak mau ikut campur” bisiknya.
Aku menghentakkan kakiku dengan kesal. Aku harus gimana? Hpku bergetar. Sms dari Ayah udah nyampe. Aku harus pulang sekarang.
” Ayah udah sms?” tanya Tama ” Berarti kamu harus pulang sekarang” aku emang pengen pulang, tapi kalian yang bikin aku gak bisa pulang. Aku memandang Tama dan Udith
” Udith, koq pipinya biru?” tanyaku
” Kepeleset trus nimpa rak” jawab Udith sambil mengusap pipinya. Bukan, masa kepleset lukanya dipipi. Kalo gak di kaki mungkin di tangan. Aku memandang Tama terutama tangannya dan warnanya biru juga.
” Kalian berantem ya?”
Tama terdiam, aku langsung curiga. Sedangkan Udith dengan cepat menggeleng
” Nggak koq. Gak terjadi apa-apa” dia pasti ngelindungin Tama
” Kalo gitu hari ini aku pulang sama Udith” Tama langsung kecewa. Dengan marah dia menatap Udith
” Fries, kamu pulang sama Kak Tama aja” apa? Tadi dia minta aku pulang bareng, sekarang malah kayak kemaren
” Kenapa? kemaren aku pulang sama Tama. Sekarang sama kamu dong”
” Iya, tapi . . .” lagi-lagi Tama menatapnya tajam tapi langsung berubah jadi senyum ketika aku memandangnya ” Pokoknya kamu pulang sama Kak Tama deh”
” Iya, sama aku aja. kita bisa makan dulu di kafe yang aku ceritain kemaren” kata Tama. Ini gak adil. Udith keliatan serba salah disini. Dia kayak yang ngeharapin aku tapi dia juga ngejaga perasaan Tama.
” Aku mau pulang sama Udith. Kalian nyuruh aku milihkan?” Tama dan Udith terdiam ” Dan aku milih Udith buat pulang bareng. Ayo”
” Kamu pulang sama Kak Tama, kebetulan aku ada keperluan mendadak. Duluan ya” Udith langsung pergi dengan motornya. Meninggalkan aku sama Tama
” Pulang sekarang?” aku bingung sebentar dan akhirnya mengangguk.
***
Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Abis bikin masalah sama Shyra, sekarang aku terjebak sama Tama. Sepanjang perjalanan terasa panas terus. Apalagi dia nanya yang aneh-aneh
” Siapa yang duluan kenalan, aku apa Udith?” tanya Tama
” Kamu” Tama terlihat senang mendengarnya
” Kalo yang nembak duluan siapa?”
” Udith” Tama jadi diam mendengar jawaban itu
” Trus kamu milih siapa?” suara Tama jadi agak pelan
” Harus ya?” aku mengangguk
” Kamu harus milih salah satu. Kita butuh kepastian”
Kepastian? Kalo sikap Udith yang hormat banget sama kamu, kamu memang pasti yakin aku bakal milih kamu. Tapi, kalo aku milih kamu, Shyra . . .
” Aku gak tau”
” Kenapa?”
” Karena aku gak tau!” aku memberi sedikit penekanan dan itu membuat Tama diam sampai mobilnya sampai di depan rumahku.
” Sampai besok” lagi-lagi kata itu. Ketika aku keluar, muncul sebuah ide
” Tam . .” Tama membalikkan badannya ” Kamu butuh kepastian?” selanjutnya Tama mengangguk ” Bilang ke Udith, kita pergi bareng bertiga Sabtu besok dan aku bakal milih kalian” Tama tersenyum senang
” Iya, aku bakal bilang ke Udith” dan sedetik kemudian Tama pergi. Aku gak yakin Tama bakal bilang ke Udith. Tapi sekarang bukan itu masalahnya. Masalah sebenernya, aku bakal pilih siapa?
ini fiksi ato beneran?
ReplyDeletefiksi lah,
ReplyDeletebtw, makasih udah baca ya!
aku tunggu cerita2 berikutnya ya!
ReplyDelete