Sunday, February 7, 2010
Paris
Kepalaku menoleh.
" Kenapa harus Paris?" tanyaku bingung " Kenapa bukan . ."
" Jerman?" Tebakannya sangat tepat.
" Iya. Kenapa?"
" Cepat tidur" suruhnya acuh tak acuh " Kamu harus bangun sangat pagi besok. Benar, kan? Kesempatan untuk menghabiskan setengah hari dengan hanya tidur tidak ada lagi"
" Hei, kenapa kamu mengalihkan topik?" aku menarik selimut, menolak bantuannya, dengan kesal " Dan kembali ke topik awal, kenapa ke Paris?"
Dia memandangku dalam diam dan mengusapkan jarinya ke pipiku.
" Karena aku dan kau menginginkannya"
" Aku tak pernah berkata begitu"
Dia terkekeh " Adakah yang menghapus memori di otakmu sehingga kamu merasa tak pernah mengatakan hal itu?"
" Tentu saja tidak"
" Sebenarnya aku agak berharap" nadanya menjadi serius " Mungkin aku bisa dihapus dari pikiranmu"
Aku menegang dan rasanya wajahku panas. Apalagi bagian mata. Rasa sedih tiba-tiba saja datang.
" Ngg-nggak . . "
" Semua akan lebih mudah bukan?" senyumnya tidak menunjukan rasa senang sedikitpun " Kamu tak perlu menyia-nyiakan waktu tidurmu dengan menangis diam-diam karena benda mati ini . ."
" Nggak!"
Kehilangan dia adalah salah satu impianku selain kematian. Selalu ku coba. Tapi tidak saat ini.
" Kenapa?" kini senyum itu terlihat mengejek " Semester barumu datang besok"
Aku memejamkan mata, menahan air mata rapat-rapat.
" Kamu ingin 100 persen konsen dengan kuliahmu dan mungkin saja kamu menemukan anak luar kota lain setelah . ."
" Lalu sebulan kemudian aku kembali!!" jeritku " Kamu tak tahu betapa kesepiannya aku"
" Kau pikir aku tidak?" dimatanya terlihat rasa sakit yang dalam " Ku pikir kamu akan pindah. Tapi ternyata tetap disini dan bertingkah seakan kita tak saling mengenal"
Lalu aku benar-benar menangis. Dia hanya menghela nafas.
" Aku seperti mayat hidup waktu itu. Menjalani hari seakan semua baik-baik saja. Aku memaksakan diri dengan orang-orang baru yang belum tentu maksudnya. Dan lagi . . "
Aku terus saja mengicau sampai sadar saat aku dipelukannya.
" Sudahlah. Sekarang waktunya tidur. Kurasa kamu bisa tidur nyenyak walau hanya menangis sebentar"
" Apa?"
Ternyata dia hanya mengodaku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D