3 Anak Kucing - Book 3 - Chapter 3

by - 1:09 PM


” Ternyata uang itu ada ditas aku” kataku sambil menahan tawa ” Untung aja Udith bawa uang lebih. Aku sama dia ketawa terus kalo inget kejadian itu. Kak Namira sama Tama sampai bengong gitu, gak tau apa-apa. Lucu ya?” Shyra mengangguk-ngangguk.
” Kamu baik-baik sajakan?” tanya Ogy
” Aku baik” jawabku sambil tersenyum ” Emang kenapa?”
” Nggak. Kalian masih bisa ketawa bareng, walaupun kalian udah putus”
” Shyra!” Shyra serba salah melihat reaksiku
” Kita emang udah putus” aku tersenyum lemah. Shyra merasa aneh dengan senyuman itu. Dia senyum karena apa? ” Tapi, kitakan saudara. Kita masih tetep deket walaupun udah putus. Karena kita saudara . . . tiri” Shyra dan Ogy cuma bisa menatapku.
Teet, teet, teet,
” Wah, udah masuk” kata Ogy ” Sekarang pelajaran Pak Harun loh”
” Emang kenapa? aku udah kerjain semua prnya sampe nomor 25” kataku bangga
” Fries, prnya cuma sampe nomor 5” kata Shyra
” Biarin” kataku tak acuh ” Aku bakal ngebuktiin ke Pak Harun aku bisa” semangatku. Shyra dan Ogy tersenyum melihat itu.
Shyra berpandangan dengan Ogy sebelum Ogy kembali ke tempat duduknya dibelakang. Saat itulah Pak Harun datang. Suasana kelas yang hening membuat setiap langkah Pak Harun bergema ke semua sisi kelas. ketika sampai dan duduk mejanya, Pak Harun membuka daftar absen seperti biasa.
Udah ngabsen, Pak Harun pasti nanya dan nyuruh kerjain pr kemaren didepan. Saat itulah aku bakal ngacung dan Pak Harun pasti terkaget-kaget ngeliat pr aku yang sempurna ini. Pasti!
Pak Harun menutup buku absennya dan semua yang aku pikirin terjadi. Kecuali . . .
***
” Kenapa Bapak melarang saya ngerjain soal nomor 3?” disaat yang lain berhamburan keluar untuk istirahat, aku malah berdiri dengan tatapan lemah di samping meja Pak Harun. Dia sibuk membereskan buku-buku pr kelas lain.
” Karena Indra belum punya nilai yang cukup” jawab Pak Harun
” Tapi, nilai saya juga tidak cukup” belaku ” Berkali-kali saya dikeluarkan dan tidak mengumpulkan tugas. Saya juga tidak pernah memperhatkan pelajaran Bapak sejak kelas 1. Sampai sekarang saya tidak pernah mengerti apa itu trigonomerti dan dimensi tiga”
” Nilai kamu sudah cukup” kata Pak Harun dan berdiri sambil membawa buku-buku pr itu ” Jadi tolong kasih Indra kesempatan”
” Tapi . . .” aku berpikir sejenak ” Saya ingin Bapak tau kalau saya bisa dipelajaran Bapak” Pak harun tersenyum. Sesuatu yang jarang dilakukannya. Apalagi didepanku yang merupakan musuh bebuyutannya.
” Bapak tau kamu bisa dan Bapak yakin”
” Bapak tak perlu bukti? Saya bisa tunjukan jika perlu” aku meraih spidol ” Saya juga masih ingat soal nomor 3 itu. Atau Bapak mau kasih soal baru?”
Pak Harun tersenyum lagi. Dia gak tau kenapa dia bisa tersenyum ke murid yang paling di benci. Perasaannya berkata dia akan jarang melihat murid cerewet ini duduk dibangku paling depan setiap dia mengajar di kelas ini.
” Bapak sudah punya banyak bukti” lalu Pak harun pergi. Mendadak dia berhenti ” Fries, hati-hati dijalan” dan Pak Harun melangkah lagi
Hati-hati? Jam pulang masih lama. Emang nanti ada apa dijalan? Rumus trigonometri? Dengan kesal aku membanting spidol itu ke lantai.
***
” Aku pulang ya” Shyra menahan lenganku
” Kenapa? Ayah kamukan gak ada. Kamu bisa pulang sore hari ini” kata Shyra
” Iya sih” aku memandang lapangan ” Tapi, bukan buat nonton latihan voli doang”
Shyra tertawa mendengar itu. Ngapain pulang sore karena nonton Ogy sama yang lainnya latihan voli. Smashnya keras-keras lagi. Bikin aku ketakutan. Padahal aku dan Shyra cukup jauh dari lapangan.
” Cuma bentar koq” bujuk Shyra.
Bentar? Kita udah 1 jam lebih ngeliat mereka dan itu baru pemanasan doang. Lari 10 keliling lebih, push-up, sit-up, back-up, dan pemanasan lainnya. Kapan permainannya?
“ Pulang, ah”
“ Jangan dong. Nanti aku pulang sama siapa?”
” Kan ada Ogy. Katanya dia bawa mobil” Shyra terdiam
” Iya sih. Eh, kata Ogy itu dari tabungannya loh”
” Tapi, ditambahin lagikan?”
” Ng, dikit”
Aku menghela nafas. Ogy berusaha nabung dan dia dapet mobil. Aku berusaha belajar matematika dan hasilnya? Aku emang gak ingin mobil atau apapun. Aku cuma ingin pengakuan Pak Harun kalo aku bisa.
” Pulang, ya”
” Anter dulu aku ke WC”
” Udah itu pulang?”
” Anter dulu” Shyra menoleh ke Ogy yang lagi ngos-ngosan. Dia menunjuk WC cewek yang gak jauh dari situ. Melihat itu Ogy mengangguk pelan.
Sampai didalem WC cewek, aku malah disuruh nunggu.
” Bentar dong” kata Shyra ketika aku protes
” Lama banget sih”
” Sebentar lagi. Tinggal benerin baju” Shyra, Shyra, pipis aja koq lama? Aku menghentak-hentakkan kaki dengan kesal. Shyra sepertinya masih sibuk benerin baju dan gak ada tanda-tanda mau keluar. Ini kesempatan!
***
” Fries, udah selesai nih” Shyra keluar dari salah satu pintu ” Gak lamakan. Fries?” Shyra kaget menyadari dia sendirian diWC itu ” Fries!” dia langsung berlari keluar ” Fries! Friesca!” Ogy yang sedang istirahat dipinggir lapangan kebingungan melihat ceweknya teriak-teriak
” Ada apa, Shy?” tanyanya. Ogy terlihat sangat kecapean
” Friesca. . . Friesca ilang! Dia kabur”
“ Dia tadi lewat koq. Pamitan dulu lagi. Katanya dia udah bilang sama kamu”
” Boong itu boong” Shyra jadi panik ” Gy, aku takut itu terjadi. Semua yang ada dimimpiku”
” Dia gak bilang sama kamu?” Shyra menggeleng ” Kalo gitu kita kejar Friesca”
Ogy menghampiri pelatihnya yang juga sedang istirahat untuk meminta izin. Setelah beberapa menit bernegosiasi, pelatih itu mengangguk
 ” Ayo!” Ogy menarik tangan Shyra dan pergi dari situ.
Sementara itu, ditempat yang lumayan jauh dari sekolah, aku berlari sambil tertawa senang. Shyra, kamu bego banget! Untung aja aku pinter.
Bbbbrrrr!
Aku menoleh kebelakang dan melihat ada mobil kecil. Aku yakin itu mobil yang berisi Shyra dan Ogy. Apalagi dengan ditambah stiker OSIS SMU Bakti Negara dan teriakan Shyra.
” Fries, berhenti” teriak Shyra. Ih, malu-maluin aja. aku jadi kayak teroris aja.
” Gak mau”
” Fries, kita anter” teriak Ogy
” Gak perlu. Udah sampe jalan raya koq” balasku.
Aku gak habis pikir. Kenapa mereka niat banget ngejar aku? Akukan udah jauh banget dari sekolah. Apa Shyra bener-bener gak mau pulang sendiri?
” Fries, berhenti dulu. Kita anter sampai rumah koq. Kalo perlu sampai depan kamar kamu” tapi, aku gak ngedenger teriak terakhir Shyra itu. Aku sudah menyebrang sambil berlari. Kebetulan jalanannya kosong. Disisi lainnya aku juga berlari. Kulihat lampu menyala merah, tapi jalanan masih kosong.
” Friesca, awas!!!” teriak Shyra. Ogy gak percaya dengan penglihatannya
Tiiit, tiiit, BRAK!!!
Aku terlempar jauh, aku bahkan hampir terbawa oleh truk yang menabrakku itu. Semua orang disekitar situ kaget dan mulai mengerumuniku. Termasuk Shyra dan Ogy. Mata Shyra terlihat berkaca-kaca. Dari balik kerumunan dan dengan tubuh berlumuran darah, aku bisa melihat lampu lalu lintas tadi. Ternyata lampunya sudah berubah jadi hijau.

You May Also Like

0 comment(s)

Thanks for leave your comment :D