Rebecca A. Wilhite
270 hal. 13 x 20,5 cm.
Atria, Desember 2011
Harga: Rp. 40.000,00
Ini adalah kisah
cewek bertemu cowok. Cowoknya tampan sementara si cewek biasa-biasa saja,
dengan rambut ikal yang liar seperti medusa. Ih. Ada kesalahpahaman, tokoh
antagonis yang kejam, dan pernyataan cinta yang tepat waktu .... Yah, baiklah,
ini memang cerita romantis. Tapi tolong dicatat, tidak ada perempuan berpakaian
ketat di pelukan perampok berotot di sampul tipisnya; aku bukan cewek seperti
itu.
Aku seorang cewek
yang sehari-harinya menjalani kehidupan normal. Dan aku tidak bisa mengerti
kenapa Ben—yang setampan dewa Yunani—ingin menjadi temanku. Apakah karena kami
berdua bisa bermain gitar dan menyukai es krim dengan rasa yang sama? Atau
apakah dia ingin dekat-dekat denganku agar aku bisa membantunya menyelesaikan
tugas kuliah? Kuharap tidak, karena aku sama sekali tidak tertarik pada cowok
yang memanfaatkan cewek seperti itu. Tidak, terima kasih.
Tapi aku sangat
tertarik pada Ben. Dia benar-benar pria terhormat—tokoh jagoan dalam novel
romantis sungguhan. (Seperti Mr. Darcy yang terdaftar di kelas sejarah seniku.)
Mungkinkah ini nyata? Ataukah obsesi romantisku yang konyol berhasil
mengelabuiku—sekali lagi?
Sama seperti Semburat Senyum
Sore, My Ridiculous Romantic Obsessions adalah salah satu novel yang aku
dapetin dari lomba review Dunsanya Penerbit Atria. Kenapa aku pilih novel ini?
Hmm, aku kebetulan pernah liat novel ini di Rumah Buku dan covernya menarik.
Apalagi dengan embel-embel “ini bukan novel romantis biasa”. Aku yang super
penasaran hanya bisa mengigit jari karena tidak ada jatah untuk beli novel baru
(walaupun semua novel di Rumah Buku pasti dapet diskon. Maka aku langsung milih
novel ini begitu dapet kesempatan dari Atria. Lucky me :D
Begitu novelnya sampai di rumah,
aku masih menganggumi covernya. Covernya yang berbeda dengan edisi bahasa
Inggris itu ternyata covernya dibuat oleh Lala Bohang. Siapa Lala Bohang? Aku
juga nggak begitu kenal sih. Tapi aku pernah baca namanya di blog fashion Hot
Chocolate & Mint. She is illustrator, as far I know. What a lucky girl. Someone
famous mentioned your talent and job opportunity come afterwards J
Sekian pembahasan tentang sejarah
dan cover My Ridiculous Romantic Obsession. Sekarang mari kita beranjak ke isi
ceritanya. Hal pertama yang bikin aku susah untuk menyelesaikan sebuah novel
adalah bagian pembukanya. Bagian pembuka sebuah novel kadang-kadang bikin
pusing karena aku harus mengumpulkan semua informasi baru tentang tokoh utama
dan memprosesnya sembari terus lanjut membaca halaman-halaman selanjutnya. Apalagi
ada faktor perbedaan budaya dan kebiasaan yang biasanya ditemui di novel-novel
terjemahan. Kadang aku nyerah dan milih buku yang lain. Tapi seringnya sih
terus lanjut karena terlanjur penasaran dan tokoh-tokohnya udah ‘menari-nari’
dikepalaku. Hal ini yang aku rasain pas mulai baca novel ini. Tapi untungnya
aku lanjut terus sampai benar-benar nyaman dan mengerti situasi dan kondisi si
tokoh utama. Does it happen to you too?
Ketika mulai muncul-muncul
konflik dan kegalauan si tokoh utama, aku baru bisa memutuskan apakah novel ini
jadi novel kesukaan aku. Jawaban untuk novel My Riddiculous Romantic Obsession?
Yes, it is! Ceritanya itu tentang cerita keseharian kita banget. Seorang cewek
yang merasa banyak kekurangan sedang naksir seorang cowok yang gantengnya kayak
dewa Yunani. Cowok itu tampak sangat tertarik dengan si cewek dan itu
jelas-jelas dia tunjukin. Tapi si cewek mulai nyari-nyari faktor lain yang
lebih terdengar masuk akal selain faktor kelebihan diri sendiri yang selalu
terabaikan. Pernah ngerasa something is too good to be true gak sih? Nah itu
yang terjadi sama si cewek bernama Sarah ini. Siapa Sarah dan seberapa
ridiculous-nya dia? Tokoh Sarah akan dibahas lebih lanjut besok J
Bagian kesukaan aku di novel ini
adalah dimana saat Sarah dan Ben masak makan malam bareng di bab sepuluh.
“Sementara ayamnya dimasak dan
sausnya dipanaskan, aku meminta Ben untuk membantuku membuat salad. Dia
melongo. Kulempar selada kepada Ben, dan dia hanya memandangi, pertama kepada
seladanya, lalu kepadaku. Setelah menyerahkan wadah saringan padanya, aku pun
mengambil mangkuk. Ben berdiri di sana dengan seladanya dan tampak kebingungan.”-
Hal 125
What a cute and ‘delicious’
couple :p
Seperti yang sudah ditulis
diatas, My Riddiculous Romantic Obsession is my favorite novel already. Cerita
yang sederhana tapi tetap bisa menyangkut ke pikiran pembaca karena begitu
dekat dengan keseharian kita. Super recommended! :D
Kayaknya boleh juga tuh untuk referensi ke toko buku... Terus puncak ceritanya dimana?
ReplyDeleteHwaaa jd pengen baca novel ini :D Nice reviewww
ReplyDeleteKoreksi sedikit, mungkin yg dimaksud adlh blog fashion "Hot Chocolate & Mint", bukan "Hot Chocolate & Milk" :)
Yang komen di blog ini kayaknya ga pernah dibales ya, hehehe
ReplyDeleteNovi:
ReplyDeleteMaaaaf, kadang aku suka bingung mau bales apa. Taunya malah lupa. Makasih buat kritiknya. Udah diedit reviewnya :)
Fadly:
You should read it yourself :p
Maaf jugaaa, bcs it's actually non of my business, kan. hehe. But I like your blog, and I just think that a nice reply wouldn't hurt anyone. Just my 2 cents ;)
ReplyDelete