Suzanne Collins
13.5 x 20 cm. 408 halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2009
Rp. 58.000,-
Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat.
Amerika Utara musnah sudah. Kini di bekasnya berdiri negara Panem, dengan
Capitol sebagai pusat kota yang dikeliling dua belas distrik. Katniss gadis 16
tahun tinggal bersama adik perempuan dan ibunya di distrik termiskin di
Distrik12.
Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing
Distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung
sampai mati dan ditayangkan secara langsung di acara televisi "The Hunger
Games". Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah: membunuh
atau dibunuh.
Ketika adik perempuannya terpilih mengikuti Hunger Games, Katniss
mengajukan diri untuk menggantikannya. Dan dimulailah pertarungan yang takkan
pernah dilupakan Capitol.
The Hunger Games pernah jadi
salah satu novel yang aku sarankan untuk dibaca, disini. Tapi aku sendiri
tidak punya inisiatif untuk membacanya waktu itu hehehe. Sampai akhirnya film
adaptasinya yang waktu itu masih dalam proses casting pemain begitu gencar
diberitakan, aku kepanasan, pengen baca juga, dan nggak mau ketinggalan!
Untungnya my very good friend, @anyapritafania juga kepanasan (hehehe) dan beli
novel pertamanya. Dia pun dengan senang hati meminjamkannya buat aku. Yayyyyy
:D
Pikiran pertama yang hinggap di
otak aku saat memegang novel itu adalah betapa anehnya mereka mengelompokkan
novel yang ada kisah bunuh-bunuhannya ke dalam karya sastra untuk anak-anak.
Apalagi novel ini juga dianugrahi penghargaan sebagai karya sastra anak-anak
terbaik. Apakah itu berarti deskripsi bunuh-bunuhannya tidak terlalu detail
atau gimana nih? Aku belum bisa mengambil kesimpulan sebelum membaca seluruh
cerita didalamnya, lalu aku baca dalam waktu yang cukup cepat.
Menengangkan tapi menyenangkan!
Perjuangan Katniss dalam sebuah
reality show yang super gila ini sangat hebat! Dia bisa beradaptasi di arena
dengan cepat, tahu bagaimana melindungi diri sendiri, dan mengawasi musuh
dengan cermat. Mungkin semua kemampuan itu diajarkan saat persiapan sebelum
pergi ke arena, tapi apakah begitu lengkap dan sebagus itu? Mungkin kemampuan
itu muncul karena ketakutan dan juga paksaan dari tempat tinggalnya di Distrik
12 yang sudah sama kejamnya dengan arena pertarungan. Katniss disini sikapnya
keras dan tangguh. Aku ngga pernah berpikir dia bakal terlibat kisah cinta,
sampai akhirnya Peeta datang. Karakter Peeta akan dibahas lebih lanjut lagi di
postingan selanjutnya J
Lalu aku mau membahas bagian
kesukaanku di novel ini. Mungkin ini agak melenceng dari cerita tapi aku nggak
bisa nggak suka dengan kebiasaan makan Katniss. Katniss makan seakan dia tidak
akan menemukan makanan lagi dan itu berlawanan dengan aku yang susah banget makan.
Tak hanya cara dia makan, tapi juga bagaimana dia mendeskripsikan bentuk, rasa
dan jumlah makanan tersebut. Ini bisa jadi sebuah motivasi juga ya buat aku
hehehehe :p
Sekian dengan novelnya, mari kita
pindah ke bagian film adaptasinya J
Genre:
Sci-fi
Sutradara:
Gary Ross
Pemain:
Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Stanley Tucci, Woody Harrelson dan Elizabeth Banks,
The Hunger Games versi film memiliki ceritanya tidak jauh beda dengan
novelnya. Tapi tetap saja ada yang aku tidak suka karena ada beberapa bagian
yang dihilangkan, dirubah dan ditampilkan cuma sekilas. Padahal aku menganggap
semua bagian itu penting. Tapi yang sudahlah, namanya juga film adaptasi. Novel
dan film sudah mempunyai bentuk yang berbeda. Tidak semuanya bisa
divisualisasikan sama persis.
Salah satu bagian yang dirubah
adalah tingkat kekejaman para peserta dalam membunuh peserta lainnya. Disini
bagian itu hanya ditampilkan sekilas. Ini mungkin terjadi karena para
pembuatnya tidak ingin menampilkan gambar yang terlalu mengganggu dan juga kebijakan
dari lembaga sensor. Hal lainnya yaitu ketika Katniss mulai bertarung di arena
The Hunger Games. Dalam novelnya dia bernarasi tentang ketakutannya, persiapan
untuk tetap bertahan hidup dan pikiran-pikiran lain mengenai keluarganya. Sedangkan
di filmnya, Katniss tidak menyuarakan pikirannya. Aku sebagai penonton harus
menebak-nebak dan menyimpulkan sendiri segala tindakan yang diambil Katniss.
Filmnya jadi terasa kosong dan hampa. Mungkin ini terjadi karena perbedaan cara
pembuatnya bercerita J
Tapi ada beberapa bagian yang
lebih menakjubkan diolah dalam bentuk visual daripada tulisan. Contohnya
bagaimana orang-orang Capitol mempersiapkan ‘kematian’ para peserta dengan cara
menyiapkan arena pertarungan, membuat kebakaran hutan, mengatur pertemuan para
peserta dan hal lainnya yang sangat kejam untuk sebuah tayangan televisi. Hal lain seperti hari pemungutan di Distrik 12
malah mengingatkanku dengan cerita pendek berjudul The Lottery. Pikiranku itu
malah menambah kesan kelam saat menonton filmnya :O
Pada akhirnya, tidak ada yang
menang antara novel dan film adaptasinya. Novel ya novel. Film ya film. Aku bahkan
menikmati kedua bentuk tersebut bergantian dan akhirnya jadi maklum dengan
segala perbedaan yang ada. Tapi satu hal yang pasti, aku suka banget dengan
cerita The Hunger Games ini. Ini akan jadi sebuah fenomena baru menggantikan Harry
Potter Saga dan juga Twilight Saga. Kedua novel lanjutannya, Catching Fire dan
Mockingjay sudah terbit dalam bahasa Indonesia. Sedangkan film sekuelnya, Catching
Fire masih dalam proses. Kira-kira mau baca novelnya dulu atau nunggu filmnya
ya? ;)
No comments:
Post a Comment
Thanks for leave your comment :D