Tuesday, December 4, 2012

Books to Movies: The Hunger Games


Suzanne Collins
13.5 x 20 cm. 408 halaman
PT. Gramedia Pustaka Utama, Oktober 2009
Rp. 58.000,-

Dua puluh empat peserta. Hanya satu pemenang yang selamat.

Amerika Utara musnah sudah. Kini di bekasnya berdiri negara Panem, dengan Capitol sebagai pusat kota yang dikeliling dua belas distrik. Katniss gadis 16 tahun tinggal bersama adik perempuan dan ibunya di distrik termiskin di Distrik12. 

Karena pemberontakan di masa lalu terhadap Capitol, setiap tahun masing-masing Distrik harus mengirim seorang anak perempuan dan anak lelaki untuk bertarung sampai mati dan ditayangkan secara langsung di acara televisi "The Hunger Games". Hanya ada satu pemenang setiap tahun. Tujuannya adalah: membunuh atau dibunuh. 

Ketika adik perempuannya terpilih mengikuti Hunger Games, Katniss mengajukan diri untuk menggantikannya. Dan dimulailah pertarungan yang takkan pernah dilupakan Capitol.


The Hunger Games pernah jadi salah satu novel yang aku sarankan untuk dibaca, disini. Tapi aku sendiri tidak punya inisiatif untuk membacanya waktu itu hehehe. Sampai akhirnya film adaptasinya yang waktu itu masih dalam proses casting pemain begitu gencar diberitakan, aku kepanasan, pengen baca juga, dan nggak mau ketinggalan! Untungnya my very good friend, @anyapritafania juga kepanasan (hehehe) dan beli novel pertamanya. Dia pun dengan senang hati meminjamkannya buat aku. Yayyyyy :D

Pikiran pertama yang hinggap di otak aku saat memegang novel itu adalah betapa anehnya mereka mengelompokkan novel yang ada kisah bunuh-bunuhannya ke dalam karya sastra untuk anak-anak. Apalagi novel ini juga dianugrahi penghargaan sebagai karya sastra anak-anak terbaik. Apakah itu berarti deskripsi bunuh-bunuhannya tidak terlalu detail atau gimana nih? Aku belum bisa mengambil kesimpulan sebelum membaca seluruh cerita didalamnya, lalu aku baca dalam waktu yang cukup cepat.

Menengangkan tapi menyenangkan!

Perjuangan Katniss dalam sebuah reality show yang super gila ini sangat hebat! Dia bisa beradaptasi di arena dengan cepat, tahu bagaimana melindungi diri sendiri, dan mengawasi musuh dengan cermat. Mungkin semua kemampuan itu diajarkan saat persiapan sebelum pergi ke arena, tapi apakah begitu lengkap dan sebagus itu? Mungkin kemampuan itu muncul karena ketakutan dan juga paksaan dari tempat tinggalnya di Distrik 12 yang sudah sama kejamnya dengan arena pertarungan. Katniss disini sikapnya keras dan tangguh. Aku ngga pernah berpikir dia bakal terlibat kisah cinta, sampai akhirnya Peeta datang. Karakter Peeta akan dibahas lebih lanjut lagi di postingan selanjutnya J

Lalu aku mau membahas bagian kesukaanku di novel ini. Mungkin ini agak melenceng dari cerita tapi aku nggak bisa nggak suka dengan kebiasaan makan Katniss. Katniss makan seakan dia tidak akan menemukan makanan lagi dan itu berlawanan dengan aku yang susah banget makan. Tak hanya cara dia makan, tapi juga bagaimana dia mendeskripsikan bentuk, rasa dan jumlah makanan tersebut. Ini bisa jadi sebuah motivasi juga ya buat aku hehehehe :p

Sekian dengan novelnya, mari kita pindah ke bagian film adaptasinya J

Genre:
Sci-fi
Sutradara:
Gary Ross
Pemain:
Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Liam Hemsworth, Stanley Tucci, Woody Harrelson dan Elizabeth Banks, 

The Hunger Games versi film memiliki ceritanya tidak jauh beda dengan novelnya. Tapi tetap saja ada yang aku tidak suka karena ada beberapa bagian yang dihilangkan, dirubah dan ditampilkan cuma sekilas. Padahal aku menganggap semua bagian itu penting. Tapi yang sudahlah, namanya juga film adaptasi. Novel dan film sudah mempunyai bentuk yang berbeda. Tidak semuanya bisa divisualisasikan sama persis.

Salah satu bagian yang dirubah adalah tingkat kekejaman para peserta dalam membunuh peserta lainnya. Disini bagian itu hanya ditampilkan sekilas. Ini mungkin terjadi karena para pembuatnya tidak ingin menampilkan gambar yang terlalu mengganggu dan juga kebijakan dari lembaga sensor. Hal lainnya yaitu ketika Katniss mulai bertarung di arena The Hunger Games. Dalam novelnya dia bernarasi tentang ketakutannya, persiapan untuk tetap bertahan hidup dan pikiran-pikiran lain mengenai keluarganya. Sedangkan di filmnya, Katniss tidak menyuarakan pikirannya. Aku sebagai penonton harus menebak-nebak dan menyimpulkan sendiri segala tindakan yang diambil Katniss. Filmnya jadi terasa kosong dan hampa. Mungkin ini terjadi karena perbedaan cara pembuatnya bercerita J

Tapi ada beberapa bagian yang lebih menakjubkan diolah dalam bentuk visual daripada tulisan. Contohnya bagaimana orang-orang Capitol mempersiapkan ‘kematian’ para peserta dengan cara menyiapkan arena pertarungan, membuat kebakaran hutan, mengatur pertemuan para peserta dan hal lainnya yang sangat kejam untuk sebuah tayangan televisi.  Hal lain seperti hari pemungutan di Distrik 12 malah mengingatkanku dengan cerita pendek berjudul The Lottery. Pikiranku itu malah menambah kesan kelam saat menonton filmnya :O

Pada akhirnya, tidak ada yang menang antara novel dan film adaptasinya. Novel ya novel. Film ya film. Aku bahkan menikmati kedua bentuk tersebut bergantian dan akhirnya jadi maklum dengan segala perbedaan yang ada. Tapi satu hal yang pasti, aku suka banget dengan cerita The Hunger Games ini. Ini akan jadi sebuah fenomena baru menggantikan Harry Potter Saga dan juga Twilight Saga. Kedua novel lanjutannya, Catching Fire dan Mockingjay sudah terbit dalam bahasa Indonesia. Sedangkan film sekuelnya, Catching Fire masih dalam proses. Kira-kira mau baca novelnya dulu atau nunggu filmnya ya? ;)


No comments:

Post a Comment

Thanks for leave your comment :D