Fei
280 Halaman
Penerbit Haru, Februari 2013
Rp.45.000,-
“Hoi! Hoi! Maafkan aku. Aku benar-benar tidak bermaksud menakutimu,”
ucapnya penuh penyesalan.
Lagi-lagi ia ceroboh menampakkan wujud aslinya. Tidak mudah memang
untuk mencoba bergaul dengan manusia ketika dirinya memiliki sepasang bola mata
yang mencuat, kulit wajah yang kemerahan, serta sepasang tanduk di kepala. Gadis
yang melihatnya malah pingsan ketakutan. Padahal gadis ini baru saja
membebaskannya dari sebuah bel angin yang mengurungnya selama 400 tahun. Ia
harus segera mengubah wujudnya agar bisa diterima manusia!
Pemuda berwajah cantik itu bilang dia adalah ‘dokkaebi’ dan mengaku
bernama ‘Bi!’. Dia pasti pemuda gila, kan? Di dunia modern begini siapa sih
yang percaya kalau dokkaebi —makhluk yang banyak terdapat di cerita dongeng
Korea—itu benar-benar ada?
Parahnya lagi, dokkaebi itu bertekad membalas dendam pada Jo Hyuk—teman
Min Jeong sejak kecil—yang menurutnya telah menyebabkannya dikurung selama
empat ratus tahun. Min Jeong tahu ia harus segera bertindak!
Bi! adalah novel Korea kedua aku
setelah Coffee Prince. Mungkin aku terdengar kayak yang sensitif ya sama segala
hal tentang Korea. Tapi sebenernya nggak, aku cuma gak mau terlihat kebawa tren
(padahal iya :p). Ada alasan tersendiri kenapa aku memilih Bi! jadi novel Korea
kedua aku. Pertama, aku puas dengan Coffee Prince (walaupun sebelumnya aku
nonton dramanya dulu), kedua aku butuh tema-tema yang segar untuk dibaca (yeaaah, I’m sick of ‘novel yang cuma punya
satu huruf dan sinopsis yang tidak nyambung’) dan ketiga aku tertarik dengan
kenyataan bahwa novel ini mengangkat legenda makhluk halus Korea (dan ditulis
oleh orang Indonesia!). Kayak gimana ya isinya? :D
Novel ini dibuka dengan prolog
yang menceritakan seorang gadis muda yang sedang main petak umpet dengan
teman-temannya. Dia bersembunyi di sebuah gedung tua. Entah kenapa tiba-tiba
dia mengalami pendarahan dan secara tak sadar membangunkan makhluk halus ‘dokkaebi’.
Cerita lalu berpindah ke zaman modern. Diceritakan seorang wanita muda bernama Kim
Min Jeong bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Ibunya sudah meninggal dan ayahnya hanya peduli dengan minuman keras. Min Jeong
jadi harus mengandalkan dirinya sendiri. Untungnya masih ada beberapa orang
yang peduli dengannya. Jo Hyuk dan Cha Ae Ri, kedua teman baiknya dan juga Bibi
Song yang berbaik hati membantunya memenuhi kebutuhan untuk berdagang dan
menghadiahkan sebuah bel angin. Saat Min Jeong hendak memasangnya, dia malah
melepaskan seorang (seekor?) dokkaebi bernama Bi. Bi berterima kasih dan
mengaku sudah terkurung selama empat ratus tahun gara-gara seseorang yang
bernama Gyeon yang ternyata sangat mirip dengan Hyuk. Min Jeong lalu harus
menyembunyikan Hyuk jauh-jauh sebelum Bi sadar. Tapi ayahnya, Kim Young Chul
malah pulang dalam keadaan sadar. Dia melihat Bi dan malah akrab dengannya. Min
Jeong harus menjaga ayahnya, yang sempat lepas tangan atas dirinya, dari segala
hal yang bisa disebabkan oleh Bi.
Aku emang butuh lama buat
nyelesain novel ini. Disamping karena jadwal magang aku baru beres saat itu dan
banyak yang harus diurus, aku juga nggak mau cepet-cepet ngeberesin novel yang
rame ini. Iya, Bi! was amaaaaaaaaaaazing!
Ceritanya gak cuma soal ketar-ketir Min Jeong menghadapi si dokkaebi, tapi juga
soal masalah dengan ayah kandungnya, kedua sahabatnya yang ternyata berbumbu
asmara dan juga perjuangan Min Jeong untuk makin bertanggung jawab dan dewasa.
Komplit banget lah! :D
Ada banyak hal yang terus
berputar-putar dan bahkan menjadi inspirasi aku. Satu, food truck Min Jeong (bisa dicontoh untuk yang mau membangun usaha and go mobile). Dua, daftar makanan yang
sangat mengunggah Bi (dan aku) :D
Maeuntang = sup ikan pedas - source
Kimchi-jeon = kimchi pancake - source
Kimbab = nasi dan sayuran yang
digulung dalam rumput laut - source
Ramyeon = mie - source
Yukgaejang = sup daging sapi
pedas - source
Sayangnya, kisah ‘petak umpet’
Min Jeong, Bi, Hyuk dan juga ayahnya ditutup terlalu cepat. Akhirnya cuma .
. yah begitu deh. Berbagai konflik yang
sebelumnya begitu rumit langsung selesai begitu saja. Harusnya aku sadar itu
saat mencapai halaman 200an dan konflik masih saja bermunculan. But it was pretty good :D
Walaupun aku kagum akan setting
Korea yang begitu apik, aku masih mendapati hal-hal yang Indonesia banget dan
kayaknya gak bakal ditemuin di Korea. Hal ini bukan soal budaya atau tradisi
sih, hal ini lebih kepada pemilihan kata. Kata ‘kuper’ atau ‘menowel’ menurut
aku Indonesia banget. Kata-kata itu mungkin dipilih untuk lebih dimengerti oleh
pembaca, tapi hei! Ini kan bukan novel terjemahan. Aku sih berharap penulis
benar-benar memusatkan perhatiannya pada Korea aja dalam novel ‘Korea’ ini. Selain
hal itu, aku juga agak kesal saat menemukan kata ‘mengacuhkan’ dalam kalimat
yang bernada negatif. Taukan kamu, arti dari kata ‘acuh’ adalah ‘peduli’. Jadi
selama ini banyak orang (and me loooooong
time ago) menggunakan kata itu dalam konteks yang terbalik. Pihak penerbit
dan editor harusnya sadar agar tidak ‘membodohi’ membacanya secara tidak langsung
:(
At last, tema Bi! yang tidak
biasa benar-benar menarik dan tidak bikin aku nyesel belinya. Kayaknya aku jadi
semakin yakin deh kalo beli dan baca novel dari atau bersetting Korea. Bisa
jadi guilty pleasures baru nih
hehehehe. Tapi aku agak sedih sih liat penulis yang berasal dari Indonesia tapi
memilih menceritakan budaya dan legenda negeri orang. Masih banyak koq budaya
dan legenda Indonesia yang bisa digali dan dijadikan karya sastra modern dan
kontemporer. Semoga saja suatu saat aku bisa menemukan penulis yang juga sadar
dengan hal itu. Well, recommended!
Yup, novel Korea memang guilty pleasure. Kayaknya menarik deh novel Bi ini, bikin lapar.
ReplyDeleteOrang Korea (menurut drama atau novelnya)emang semangat banget kalo urusan perut ;p
ReplyDeleteHalooo, yang penasaran sama buku ini bisa beli buku punyaku, kujual dengan harga murah. Cek https://twitter.com/23rdProject/status/477283707829514241
ReplyDelete